Senin, 12 Mei 2014

ISFAHAN DI PERSIA

PENDAHULUAN

            Isfahan atau Esfahan (pada masa lampau juga ditulis sebagai Ispahan, bahasa Persia Kuna Aspadana, bahasa Persia Pertengahan SpahānFarsi اصفهان), terletak sekitar 340 km selatan Teheran. Kota ini ibu kota provinsi Isfahan dan kota terbesar ketiga di Iran (setelahTeheran dan Mashhad). Penduduk kota ini pada tahun 2000 mencapai 2.040.000.
Lapangan Naqsh-e Jahan yang ada di kota ini masuk daftar warisan dunia UNESCO. Kota ini banyak menyimpan berbagai aneka situs-situs arsitektural Islam dari abad ke-11 sampai abad ke-19.
            Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan bagaimana kondisi letak Isfahan di Persia, selain itu akan dijelaskan pula pusat-pusat peradaban  Isfahan di Persia. Semoga makalah ini berguna bagi para pembaca guna untuk menambah informasi dan wawasan.
            Apabila banyak kesalahan baik dari segi tulisan maupun istilah saya minta maaf, kritik dan saran sangat saya harapkan guna untuk membangun kedepannya dalam menyusun makalah selanjutnya. Apabila ada kesalahan saya minta maaf kepada Allah saya mohon ampun.
Wabillahi topic wal hidayah wassalam mu’alaikum waroh matullahi wabarokatu.






PEMBAHASAN
A.    ISFAHAN DI PERSIA
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/5d/Isfahan_city_map.svg/300px-Isfahan_city_map.svg.pngIsfahan terletak di Iran
             
            Secara geografis kota ini terletak pada 32°38′ LU 51°29′ BT, di dataran Zayandeh-Rud yang subur, di kaki pegunungan Zagros. Kota ini menikmati iklim yang nyaman dan musim yang teratur. Hingga sejauh 90 km utara Isfahan tidak ada rintangan apapun. Angin utara bertiup dari arah ini. Isfahan terletak pada jalur lintasan utara-selatan dan barat-timur utama Iran. Kota ini terletak pada ketinggian 1.590 m di atas permukaan laut. Setiap tahun Isfahan menerima rata-rata 355 mm curah hujan. Temperaturnya merentang antara 2°-28°C. Rekor tertingginya adalah 42°C dan rekor terendahnya -19°C.
Bagian selatan dan barat Isfahan bergunung-gunung dan di sebelah utara dan timurnya berbatasan dengan dataran yang subur. Dengan demikian iklim Isfahan berbeda-beda dan sesekali banyak turun hujan, dengan curah hujan rata-rata antara 100-150 mm.
Isfahan pernah menjadi salah satu kota terbesar di dunia. Kota ini berkembang antara 1050 hingga 1722, khususnya di bawah dinastiSafavid pada abad ke-16 ketika kota ini dijadikan ibu kota Persia. Bahkan pada masa kini, kota ini masih menyimpan banyak dari kejayaannya pada masa lampau. Kota ini terkenal karena arsitektur Islamnya, dengan banyak boulevard yang lebar, jembatan yang beratap, istana-istana, masjid-masjid, dan menaranya. Hal ini menyebabkan timbulnya tamsil Esfahān nesf-e jahan: "Isfahan adalah setengah dari dunia".[1]
            Kota Isfahan adalah ibukota kerajaan safawi. Kota Isfahan merupakan kota tua didirikan oleh Yazdajird I (Buhtanashar) raja Persia. Kota Isfahan dikuasai Islam pada tahun 19 H/640 M pada masa Umar bin Khattab. Kota Isfahan sekarang masuk dalam wilayah Iran pada waktu Abbas I Sultan Safawiyah menjadikan Isfahan sebagai ibukota kerajaannya, kota ini menjadi kota yang luas dan indah. Kota ini terletak diatas sungai Zandah, dan diatasnya membentang jembatan yang indah dan megah.[2]
            Pada tahun 625 H/1228 M terjadi pertempuran besar di Isfahan, ketika tentara mongol menyerbu  negeri-negeri Islam dan menjadikan Isfahan salah satu wilayah kekuasaan mongol itu. Ketika timur lenk menyerbu negeri-negeri Islam pada tahun 790 H/ 1388 M, Kota Isfahan ikut jatuh dibawah kekuasaan timur lenk setelah kota itu, kota Isfahan dikuasai oler Turki Usmani pada tahun 155 H/1548 M. Pada tahun 1134H/1721 M. terjadi pertempuran antara Husain Syah, raja Safawi dengan Mahmud al-Al-fgani yang mengakhiri riwayat kerajaan Safawi pada tahun 1141 H/1729 M  kota Isfahan menjadi kekuasaan Nadir Syah.[3]
            Dikota ini berdiri bangunan-bangunan indah seperti istana, sekolah-sekolah, masjid-masjid, menara, pasar, dan rumah-rumah dengan ukiran arsitektur yang indah. Sultan Abbas I membangun masjid Syah yang merupakan salah satu masjid yang indah dan megah didunia.[4]

B.     Pusat-pusat Peradaban Islam : Isfahan (Persia)

Isfahan adalah kota terkenal di Persia, pernah menjadi ibu kota Kerajaan Safawi. Kota ini merupakan gabungan dari dua kota sebelumnya, yaitu Jayy, tempat berdirinya Syahrastan dan Yahudiyyah yang didirikan oleh Buchtanashshar atau Yazdajir I atas anjuran istrinya yang beragama Yahudi. Ada beberapa pendapat tentang kapan kota ini ditaklukkan oleh tentara Islam. Pendapat pertama mengatakan penaklukkan itu terjadi pada tahun 19 H (640 M), dibawah pimpinan Abdullah Ibn ‘Atban atas perintah Umar Ibn Al’Khaththab untuk menaklukkan kota Jayy yang merupakan salah satu ibu kota provinsi Persia waktu itu. Setelah beberapa peristiwa, pengeuasanya memilih masuk Islam daripada membayar pajak. Pendapat lain, uaitu Al-Thabari, menyebutkan bahwa, penaklukan itu terjadi pada tahun 21 H (642 M). Aliran Bashrah menyebutkan, penaklukan Isfahan terjadi pada tahun 23 H (644 M) di bawah pimpinan Abu Musa Al-Asyi’ari, yaitu setelah penaklukan Nahawand atau di bawah pimpinan Abdullah Ibn Badil yang menerima penyerahan kota itu dengan syarat pembayaran pajak. Penaklukkan ulang terjadi pada masa khalifah Abbasiyah, Al-Mu’tazz, ketika tentara Abbasiyah berusaha memadamkan pemberontakan Al-Alawiyin di Thabaristan tahun 247 H (861 M). Sejak itu, kota ini menjadi kota penting sebagai ibu kota provinsi dan pusat industri dan perdagangan. [5]
Kota ini berbentuk bundar, pintunya ada empat dengan menara pengontrol sebanyak seratus buah. Lebar tembok kota sekitar setelahfarsakh (satu farsakh sekitar 8 KM atau 3,5 mil). Rukn Al-Daulah Ibn Buwaih memperluas kota itu dengan sebidang tanah dan memperbaiki tembok-tembok kota yang masih berdiri hingga abad ke-5 H/11 M. Di dalam kota ini terdapat bangunan menyerupai benteng, disekitarnya terdapat tambang terbuat dari perak yang sudah tidak berfungsi lagi sejak penaklukkan tentara Islam, juga tambang tembaga, dan batu bahan celak. Ardasyir, raja Persia, pernah membangun irigasi untuk pengaturan air dari sungai Zandah, bernama Zirrin Rod, berarti sungai emas. Hingga sekarang, perekonomian negeri ini sangant tergantung kepada pertanian kapas, sandu dan tembakau. [6]

Kota ini, sebelum dibawah kekuasaan Kerajaan Safawi, sudah beberapa kali mengalami pergantian penguasa: Dinasti Samani tahun 301 H/913 H, kemudian, direbut oleh Mardawij  tahun 326 H/928 M dan memerdekakan diri dari kekuasaan Baghdad. Setelah itu, jatuh ke tangan penguasa Bani Buwaih dan pada tahun 421 H/1030 M direbut oleh Mahmud Al-Ghaznawi, penguasa dinasti Ghaznawiah. Dari penguasa Ghaznawiah ini, Isfahan lepas ke tangan spenguasa Saljuk dan dijadikan sebagai tempat tinggal Sultan Maliksyah. Di awal abad ke-6 H/ 12 M, di kota ini Syi’ah Islamiliah banyak memperoleh pengikut. Pada tahun 625 H/ 1228 M, terjadi pertempuran bersar di sini, ketika tentara mongol datang menyerbu negeri-negeri Islam dan menjadikan Isfahan sebagai salah satu bagian dari wilayah kekuasaan Mongol itu. Ketika Timur Lenk menyerbu negeri-negeri Islam, kota ini ikut jatuh ke tangannya tahun 790 H/1388 M dan sekitar 7000 orang penduduknya terbunuh. Setelah itu, kota ini dikuasai oleh kerajaan Usmani tahun 955 H/1548 M dan pada tahun 1134 H/1721 M, terjadi pertempuran anatara Husein Syah, raja Safawi dengan Mahmud Al-Afghani, yang mengakhiri riwayat kerajaan Safawi sendiri. Pada tahun 1141 H/1729 M, kota ini berada id bawah kekuasaan Nadir Syah.[7]
Ketika raja Safawi, Abbas I, menjadikan Isfahan sebagai ibu kota kerajaannya, kota ini menjadi kota yang luas dan ramai dengan penduduk. Sebagaimana telah disebutkan, kota ini terletak di atas sungai Zandah. Di atas sungai ini terbentang tiga buah jembatan yang megah dan indah, satu diantaranya terletak di tengah kota. Sementara, dua lainnya di pinggiran kota. Kota ini, ketika berada di bawah kekuasaan Kerajaan Safawi, dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tanah dengan delapan buah pintu. Di dalam kota banyak berdiri bangunan, seperti istana-istana, sekolah-sekolah, masjid-masjid, menara-menara, pasar-pasar dan rumah-rumah yang indah, terukir rapih dengan warna-warna yang menarik. Masjid Syah yang masih ada sampai sekarang yang didirikan oleh Abbas I, merupakan salah satu masjid terindah di dunia. Pintunya di lapisi dengan perak. Di samping itu, juga ada lapangan dan tanaman yang terawat baik dan menawan.
Gmbar Masjid Syah di Isfahan.[8]
            Sebagai kota wisata ternama di Iran, Isfahan terus berbenah diri untuk menyambut para wisawatan mancanegara. Salah satu caranya dengan terus membangun sejumlah hotel dan penginapan di beberapa sudut kota. Namun dari sekian tempat akomodasi di Isfahan, Hotel King Abbas yang paling menarik perhatian wisatawan. Betapa tidak, bangunan hotel ini begitu megah dan mewah. Hotel berbintang lima ini terdiri atas 230 kamar. Namun yang menjadi daya tarik tempat ini adalah gaya aristekturnya yang mengagumkan. Hotel ini dibangun dengan merujuk pada arsitektur zaman Safavid, yakni dengan menitikberatkan pada konsep kekokohan atap dan penyangga bangunan. Bangunan ini kian indah oleh tampilan sejumlah gambar dan simbol-simbol natural yang didominasi warna zamrud. King Abbas semakin menawan dengan terhamparnya taman luas yang disebut Taman Persia. [9]
INDAHNYA...

Tempat Wisata Lain
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/db/Esfahan_Logo.jpg/300px-Esfahan_Logo.jpg

            Sebagai kawasan wisata budaya, kota Isfahan banyak menampilkan tempat yang layak dikunjungi. Selain Masjid Jum’at dan Chahar Bagh, ada beberapa objek wisata yang selalu menjadi langganan para pelancong mancanegara, seperti berikut ini:
1.      Masjid Imam
Masjid ini termasuk bangunan paling megah di kota Isfahan. Masjid berkubah emas menyerupai bola lampu ini kian indah dengan empat menara yang menjulang setinggi 160 kaki. Sebagian besar masjid ini dibangun dari bahan keramik dan batu piruz. Keindahan dan kemegahan Masjid Imam kian kentara dengan kehadiran sebuah kolam besar di tengah pelataran masjid. Masjid berarsitektur tinggi peninggalan Dinansti Seljuk ini konon dibangun selama 20 tahun.[10]
2.      Istana Checel Sutun
Bangunan ini memperlihatkan warisan budaya yang tak ternilai dalam peradaban Islam masa lalu, khususnya di kawasan Persia. Arti Checel Sutun adalah “40 Tiang”. Namun pada kenyataannya Masjid ini hanya disangga 20 tiang. Disebut 40 tiang karena 20 tiang yang bisa terlihat merupakan pantulan bayangan dari air kolam di istana ini. Istana Checel Sutun menyerupai kompleks dengan ornamen yang luas dan artistik. Dengan luas 67.000 meter persegi, istana ini selalu terawat dan seperti bangunan baru. Padahal istana ini sudah dibangun berabad-abad lalu pada masa Dinasti Safavi.[11]
3.      Istana Ali Qapu
Seperti halnya Checel Sutun, Ali Qapu adalah istana yang indah meskipun dibangun pada zaman dulu. Objek wisata ini dianggap tempat paling tepat untuk menikmati pemandangan secara keseluruhan Masjid Imam. Di setiap sudut dinding istana, para wisatawan bisa menikmati lukisan-lukisan bergaya natural dengan gambar-gambar bunga, pepohonan, dan hewan-hewan. Kabarnya, Istana Ali Qapu seringkali digunakan untuk menjamu para tamu terhormat dan undangan penting.
4.      Menara Jonban
Menara Jonban dianggap bangunan yang unik dan ajaib. Menara ini dinamakan “Jonban”, yang artinya bergerak. Jika menara ini digerakan, semua bangunan di sekitar menara ini akan ikut bergetar. Menara yang dibangun pada tahun 716 Hijriah ini terdiri atas sebuah kamar besar dan dua menara. Di dalam menara ini terdapat makam wali tersohor bernama Amu Abdullah.
5.      Siuse Pool
Siuse Pool bisa diartikan “33 Jembatan”. Dengan panjang 300 meter dan lebar 14 meter, Siuse Pool sering dikunjungi wisatawan karena keunikannya yang memiliki 33 pintu. Meski dibangun pada tahun 1005 Hijriah, jembatan ini tetap kokoh. Maklum, dulu jembatan in dipakai sebagai jalur untuk melintasi angkatan perang. Pembangunan jembatan ini atas perintah seorang perwira militer di zaman Shah Abbas.
6.      Bazar Isfahan
Selain dikenal sebagai objek wisata budaya, Isfahan pun dikenal juga sebagai objek wisata belanja, tepatnya di Bazar Isfahan. Pasar ini berlokasi di sekeliling Masjid Imam. Macam-macam cenderamata khas Isfahan, seperti miniatur istana, seni kaligrafi, lukisan, bisa menjadi
oleh-oleh berharga bagi para wisatawan.[12]




KESIMPULAN

            Kota Isfahan adalah ibukota kerajaan safawi. Kota Isfahan merupakan kota tua didirikan oleh Yazdajird I (Buhtanashar) raja Persia.  Kota ini memiliki luas106.179 km2 ktinggian 1.590 m. populai (2006) total 1.583.609, Peringkat populasi di Iran  ke-3. Kota Isfahan dikuasai Islam pada tahun 19 H/640 M pada masa Umar bin Khattab. Kota Isfahan sekarang masuk dalam wilayah Iran pada waktu Abbas I Sultan Safawiyah menjadikan Isfahan sebagai ibukota kerajaannya, kota ini menjadi kota yang luas dan indah. Kota ini terletak diatas sungai Zandah, dan diatasnya membentang jembatan yang indah dan megah.
            Banyak sekali Pusat-pusat Peradaban Islam : Isfahan (Persia) yakni diantaranya adalah: Masjid Imam, Istana Checel Sutun, Menara Jonban, dan masih banyak lagi.
Sebagai kota wisata ternama di Iran, Isfahan terus berbenah diri untuk menyambut para wisawatan mancanegara. Salah satu caranya dengan terus membangun sejumlah hotel dan penginapan di beberapa sudut kota. Demi untuk memanjakan para wisatawan.












            [1] http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Isfahan
                [2] Samsul Munir Amir, Sejarah Peradaban Islam,Jakarta:Amzah,2010. hlm.289.
                [3] Ibid, hlm.289
                [4] Ibid, hlm.290
            [5] Badri Yatim,2008. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II..Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
                [6] Ibid,
                [7] Ibid.
                [8] Ibid.
                [10] Ibid.
                [11] Ibid.
                [12] Ibid.

WILAYAH-WILAYAH KEKUASAAN TURKI UTSMANI

WILAYAH-WILAYAH KEKUASAAN
TURKI UTSMANI





DISUSUN OLEH
YUSUF YASIN  
10 42 0802



Dosen Pembimbing
Padila, S.S, M.Hum
                                                 

JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2013





PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu, keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, diantaranya Utsmani di Turki, Mughal di India dan Safawi di Persia. Kerajaan Utsmani ini adalah yang pertama berdiri juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya. Untuk mengetahui lebih jelasnya, maka dalam makalah ini akan penulis terangkan lebih lanjut mengenai Turki Utsmani.

2. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas makalah ini maka penulis akan merumuskan masalah sebagai berikut
a.       Asal-Usul Turki Utsmani
b.      Perkembangan Turki Utsmani
c.       Kemajuan-kemajuan Turki Utsmani
d.      Turki Pasca Sulaiman Al-Qanuni
e.       Kemunduran kerajaan Turki Utsmani







PEMBAHASAN

A. Asal-usul Turki Utsmani
Nama kerajaan Utsmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang pertama, Sultan Utsmani Ibnu Sauji Ibnu Erthogrul Ibnu Sulaimansyah Ibnu Kia Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah (Hamka,1975:205). Awal mula berdirinya Dinasti ini banyak tertulis dalam legenda dan sejarah sebelum tahun 1300. Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq.
Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10 ketika menetap di Asia Tengah (Bosworth,1990:163).Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari Mongol, akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di antara saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia kecil (Hasan, 1989:324-325). Di bawah pimpinan Erthogrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin memberi imbalan tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium.
Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibu kota (Badri Yatim, 2003:130). Erthogrul meninggal dunia tahun 1289. kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya, Utsman. Putera Erthogrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Utsmani. Utsman memerintah antara tahun 1290-1326 M. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol kembali menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam pertempuran tersebut Sultan Alauddin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan Alauddin tersebut, Utsman memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya.
Penguasa pertamanya adalah Utsman yang sering disebut Utsman I. Setelah Utsman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar keluarga Utsman) tahun 1300 M setapak demi setapak wilayah kerajaan diperluas.Dipilihnya negeri Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Utsman mengirim surat kepada raja-raja kecil guna memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang besar dan dia memberikan tawaran agar raja-raja kecil itu memilih salah satu diantara tiga perkara, yakni; memeluk Agama Islam, membayar Jizyah dan Perang.
Setelah menerima surat itu, separuh ada yang masuk Islam ada juga yang mau membayar Jizyah. Mereka yang tidak mau menerima tawaran Utsman merasa terganggu sehingga mereka meminta bantuan kepada bangsa Tartar, akan tetapi Utsman tidak merasa takut menghadapinya. Utsman menyiapkan tentaranya dalam menghadapi bangsa Tartar, sehingga mereka dapat ditaklukkan. Utsman mempertahankan kekuasaan nenek moyang dengan setia dan gagah perkasa sehingga kekuasaan tetap tegak dan kokoh sehingga kemudian dilanjutkan dengan putera dan saudara-saudaranya yang gagah berani meneruskan perjuangan sang ayah dan demi kokohnya kekuasaan nenek moyangnya.
 
B. Perkembangan Turki Utsmani 
Setelah Utsman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al Utsman (raja besar keluarga Utsman), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.Pada masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M), kerajaan Turki Utsmani ini dapat menaklukkan Azmir (1327 M), Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M). Daerah-daerah itulah yang pertama kali diduduki kerajaan Utsmani, ketika Murad I, pengganti Orkhan berkuasa (1359-1389 M). Selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa.
Ia dapat menaklukkan Adnanopel yang kemudian dijadikan ibukota kerajaan yang baru. Merasa cemas terhadap ekspansi kerajaan ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Utsmani, namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut.
Ekspansi Bayazid I sempat berhenti karena adanya tekanan dan serangan dari pasukan Timur Lenk ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi antara tahun 1402 M dan pasukan Turki mengalami kekalahan. Bayazid I dan putranya ditawan kemudian meninggal pada tahun 1403 M (Ali, 1991:183). Kekalahan tersebut membawa dampak yang buruk bagi Kerajaan Utsmani yaitu banyaknya penguasa-penguasa Seljuk di Asia kecil yang melepaskan diri. Begitu pula dengan Bulgaria dan Serbia, tetapi hal itu dapat diatasi oleh Sultan Muhammad I (1403-1421 M). Usaha beliau yang pertama yaitu meletakkan dasar-dasar keamanan dan perbaikan-perbaikan dalam negeri.
Usaha beliau kemudian diteruskan oleh Sultan Murad II (1421-1451).Turki Utsmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II (1451-1484 M) atau Muhammad Al-Fatih. Beliau mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M yang merupakan kekuatan terakhir Imperium Romawi Timur. Pada masa Sultan Salim I (1512-1520 M), ekspansi dialihkan ke Timur, Persia, Syiria (suriah) dan Mesir berhasil ditaklukkannya. Ekspansi tersebut dilanjutkan oleh putranya Sulaiman I (1520-1526 M) dan berhasil menaklukkam Irak, Belgaro,kepulauan Rhodes, Tunisia dan Yaman. Masa beliau merupakan puncak keemasan dari kerajaan Turki Utsmani, karena d ibawah pemerintahannya berhasil menyatukan wilayah yang meliputi Afrika Utara, Mesir, Hijaz, Irak, Armenia, Asia Kecil, Krimea, Balkan, Yunani, Bulgaria, Bosnia, Hongaria, Rumania sampai batas sungai Danube dengan tiga lautan, yaitu laut Merah, laut Tengah dan laut Hitam.Utsmani yang berhasil menaklukkan Mesir tetap melestarikan beberapa sistem kemasyarakatan yang ada sekalipun dengan beberapa modifikasi.
Kekhalifahan Utsmani menyusun kembali sistem pemerintahan yang memusat dan mengangkat beberapa Gubernur militer dan pejabat-pejabat keuangan untuk mengamankan pengumpulan pajak dan penyetoran surplus pendapatan ke Istambul. Peranan utama pemerintahan Utsmani adalah menentramkan negeri ini, melindungi pertanian, irigasi dan perdagangan sehingga mengamankan arus perputaran pendapatan pajak.
Dalam rentangan abad pertama dan abad pertengahan dari perieode pemerintahan Utsmani, sistem irigasi di Mesir diperbaiki, kegiatan pertanian meningkat dengan pesat dan kegiatan perdagangan dikembangkan melalui pembukaan kembali beberapa jalur perdagangan antara India dan Mesir. Demikianlah perkembangan dalam kerajaan Turki Utsmani yang selalu berganti penguasa dalam mempertahankan kerajaannya.
Diantara mereka (para penguasa) memimpin dengan tegasnya atas tinggalan dari nenek moyang agar jangan sampai jatuh ke tangan negeri  penguasa lain selain Turki Utsmani. Hal ini terbukti dengan adanya para pemimpin yang saling melengnkapi dalam memimpin perjuangannya menuju kejayaan dengan meraih semua yang membawa kemajuan dalam kehidupan masyarakat.
Peta wilayah kekuasaan Turki Ustman

Adapun Negara-negara kekuasaan Turki Utsmani adalah sebagai berikut:
®    Greece
®    Polandia
®    Arab Saudi
®    Rumania
®    Hongaria
®    Albania
®    Yunani
®    Yugoslavia
®    Bulgaria
®    Algers
®    Armenia
®    Libya
®    Irak
®    Mesir
®    Syria
®    Hijaz
®    Yaman
®    Tunisia
®    Aljazair

C. Kemajuan-Kemajuan Turki Utsmani 
Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin dalam mempertahankan Turki Utsmani membawa dampak yang baik sehingga kemajuan-kemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Utsmani dapat diraihnya dengan cepat. Dengan cara atau taktik yang dimainkan oleh beberapa penguasa Turki seperti Sultan Muhammad yang mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negerinya yang kemudian diteruskan oleh Murad II (1421-1451M)                                                                                                                             (Badri Yatim, hal:133-134), Sehingga Turki Utsmani mencapai puncak kejayaan pada masa Muhammad II (1451- 1484 M). Usaha ini ditindaklanjuti oleh raja-raja berikutnya, sehingga dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qonuni.
Ia tidak mengarahkan ekspansinya ke salah satu arah timur dan Barat, tetapi seluruh wilayah yang berada di sekitar Turki Utsmani itu, sehingga Sulaiman berhasil menguasai wilayah Asia kecil. Kemajuan dan perkembangan wilayah kerajaan Ustmani yang luas berlangsung dengan cepat dan diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan lain yang penting, diantaranya :  
1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan
Untuk pertama kalinya Kerajaan Utsmani mulai mengorganisasi taktik, strategi tempur dan kekuatan militer dengan baik dan teratur. Sejak kepemimpinan Erthogrul sampai Orkhan adalah masa pembentukan kekuatan militer. Perang dengan Bizantium merupakan awal didirikannya pusat pendidikan dan pelatihan militer, sehingga terbentuklah kesatuan militer yang disebut dengan Jenissari dan Inkisyariah. Selain itu kerajaan Utsmani membuat struktur pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan Sultan yang dibantu oleh Perdana Menteri yang membawahi Gubernur. Gubernur mengepalai daerah tingakat I. Di bawahnya terdapat beberapa bupati.
Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I dibuatlah Undang-Undang yang diberi nama Multaqa Al-Abhur , yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Utsmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasanya ini, diujung namanya ditambah gelar Al-Qanuni.
2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya     
Kebudayaan Turki Utsmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap dari Bizantium. Dan ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf diambil dari Arab (Toprak, 1981:60). Dalam bidang Ilmu Pengetahuan di Turki Utsmani tidak begitu menonjol karena mereka lebih memfokuskan pada kegiatan militernya, sehingga dalam khasanah Intelektual Islam tidak ada Ilmuan yang terkemuka dari Turki Utsmani.
3. Bidang Keagamaan
       Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena iru, ajaran-ajaran thorikoh berkembang dan juga mengalami kemajuan di Turki Utsmani. Para Mufti menjadi pejabat tertinggi dalam urusan agama dan beliau mempunyai wewenang dalam memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang terjadi dalam masyarakat.
Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kerajaan Turki Utsmani tersebut tidak terlepas daripada kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, antara lain:
a.       Mereka adalah bangsa yang penuh semangat, berjiwa besar dan giat.
b.      Mereka memiliki kekuatan militer yang besar.
c.       Mereka menghuni tempat yang sangat strategis, yaitu Constantinopel yang                     berada pada tititk temu antara Asia dan Eropa.Disamping itu keberanian, ketangguhan dan kepandaian taktik yang dilakukan olah para penguasa Turki Ustmani sangatlah baik, serta terjalinnya hubungan yang baik dengan rakyat kecil, sehingga hal ini pun juga mendukung dalam memajukan dan mempertahankan kerajaan Turki Utsmani.

D. Turki Pasca Sulaiman Al-Qanuni
Masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566 M) merupakan puncak kejayaan daripada kerajaan Turki Ustmani. Beliau terkenal dengan sebutan Sulaiman Agung atau Sulaiman Al-Qonuni. Akan tetapi setelah beliau wafat sedikit demi sedikit Turki Ustmani mengalami kemunduran. Setelah Sulaiman meninggal Dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putera-puteranya, yang nenyebabkan kerajaan Turki Ustmani mundur akan tetapi meskipun terus mengalami kemunduran kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai militer yang tangguh. Kerajaan ini memang masih bertahan lima abad lagi setelah sepeninggalnya Sultan Sulaiman 1566 Sultan Sulaiman di ganti Salim II.
Pada masa pemerintahan Salim II (1566-1573 M), pasukan laut Ustmani mengalami kekalahan atas serangan gabungan tentara Spanyol, Bandulia, Sri Paus dan sebagian armada pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. Kekalahan ini menyebabkan Tunisia dapat direbut musuh. Tetapi pada tahun 1575 M, Tunisia dapat direbut kembali oleh Sultan Murad III (1574-1595 M). Pada masa pemerintahannya, keadaan dalam negeri mengalami kekacauan. Hal itu disebabkan karena ia mempunyai kepribadian yang buruk. Keadaan itu semakin kacau setelah naiknya Sultan Muhammad III (1595-1603 M), Sultan Ahmad I (1603-1671 M) dan Musthofa I (1617-1622 M), akhirnya Syeikh Al-Islam mengeluarkan fatwa agar Musthofa I turun dari jabatannya dan diganti oleh Utsman II (1618-1622 M).
Pada masa pemerintahan Sultan Murad IV (1623-1640 M), mulai mengadakan perbaikan-perbaikan, tetapi sebelum ia berhasil secara keseluruhan, masa pemerintahannya berakhir. Kemudian pemerintahan dipegang oleh Ibrahim (1640-1648 M),yang pada masanya orang-orang Venesia melakukan peperangan laut dan berhasil mengusir orang Turki Utsmani di Cyprus dan Creta pada tahun 1645 M. Pada tahun 1663 M pasukan Ustmani menderita kekalahan dalam penyerbuan ke Hungaria. Dan juga pada tahun 1676 M dalam pertempuran di Mohakes, Hungaria. Turki Utsmani dipaksa menandatangani perjanjian Karlowitz pada tahun 1699 M yang berisi pernyataan penyerahan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg. Dan penyerahan Hermeniet, Padalia, Ukraenia, More dan sebagian Dalmatia kepada penguasa Venesia.
Pada tahun 1770 M pasukan Rusia mengalahkan armada Utsmani di sepanjang pantai Asia Kecil. Namun kemenangan ini dapat direbut kembali oleh Sultan Musthofa III (1757- 1774 M). Pada tahun 1774 M, penguasa Utsmani Abddul Hamid (1774-1789 M) terpaksa menandatangani kinerja dengan Catherine II dari Rusia yang berisi penyerahan benteng-benteng pertahanan di Laut Hitam kepada Rusia dan pengakuan kemerdekaan atas Crimea (Ali, 1993:191).
Pemerintahan Turki, masa pasca Sulaiman banyak terjadi kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam mempertahankan Turki Utsmani. Hal ini dikarenakan banyaknya berganti pemimpin atau penguasa yang hanya meperebutkan jabatan tanpa memikirkan langkah-langkah selanjutnya yang lebih terarah pada tegaknya kerajaan Utsmani. Sifat dari pada para pemimpin juga mempengaruhi keadaan kerajaan Utsmani, seperti halnya sifat jelek yang dilakukan Sultan Murad III (1574-1595 M) yakni yang selalu menuruti hawa nafsunya sehingga kehidupan moral Sultan Murad yang jelek itu menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri Utsmani itu sendiri. Banyaknya kemunduran yang dirasakan selama kurang lebih dua abad ditinggal Sultan Sulaiman.
Tidak ada tanda-tanda membaik sampai setengah pertama dari abad ke -19 M. Oleh karena itu, satu persatu negara-negara di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan Utsmani ini memerdekakan diri. Bukan hanya negeri-negeri di Eropa yang memang sedang mengalami kemajuan memberontak terhadap kerajaan-kerajaan Utsmani, tetapi juga beberapa didaerah Timur Tengah mencoba bangkit memberontak. Darisinilah dapat disimpulkan bahwa kemunduran Turki Utsmani pasca Sulaiman disebabkan karena banyaknya terjadi kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam kerajaan Utsmani.

E. Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani
Kemunduran Turki Utsmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni. Hal ini disebabkan karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman meninggal diantaranya perebutan kekuasaan antara putera beliau sendiri. Para pengganti Sulaiman sebagian besar orang yang lemah dan mempunyai sifat dan kepribadian yang buruk. Juga karena melemahnya semangat perjuangan prajurit Ustmani yang mengakibatkan kekalahan dalam mengahadapi beberapa peperangan. Ekonomi semakin memburuk dan sistem pemerintahan tidak berjalan semestinya. Selain faktor diatas, ada juga faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Utsmani mengalami kemunduran, diantaranya adalah :
1. Wilayah Kekuasaan Yang Sangat Luas
Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Utsmani, menyebabkan pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Ustmani tidak beres. Tampaknya penguasa Turki Utsmani hanya mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan penataan sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.
2. Heterogenitas Penduduk
Sebagai kerajaan besar yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan, mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain, maka di kerajaan Turki terjadi heterogenitas penduduk. Dari banyaknya dan beragamnya penduduk, maka jelaslah administrasi yang dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi kerajaan Ustmani pasca Sulaiman tidak memiliki administrasi pemerintahan yang bagus di tambah lagi dengan pemimpin-pemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai perangai yang jelek.
3. Kelemahan Para Penguasa
Setelah sultan Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-penguasa tersebut memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang lemah akibatnya pemerintahan menjadi kacau dan susah teratasi.
4. Budaya Pungli
Budaya ini telah meraja lela yang mengakibatkan dekadensi moral terutama dikalangan pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan (jabatan).
5. Pemberontakan Tentara Jenissari
Pemberontakan Jenissari terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826 M. Pada masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi menerapkan prinsip seleksi dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh keturunan dan golongan tertentu yang mengakibatkan adanya pemberontakan-pemberontakan.
6. Merosotnya Ekonomi
Akibat peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin membengkak, sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki pun merosot.
7. Terjadinya Stagnasi Dalam Lapangan Ilmu Dan Teknologi
Ilmu dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga keduanya sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Kerajaan utsmani kurang berhasil dalam pengembagan Ilmu dan Teknologi ini karena hanya mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak diimbangi dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Utsmani tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.

















KESIMPULAN
      
       Nama kerajaan Ustmani diambil dari nama Sultan pertama bernama Utsman.
Perluasan wilayah kerajaan Turki terjadi dengan cepat, sehingga membawa kejayaan, disamping itu raja-raja yang berkuasa sangat mempunyai potensi yang kuat dan baik. Banyak daerah-daerah yang dapat dikuasai (di Asia Kecil) sehingga memperkuat berdirinya kerajaan Turki Utsmani. Salah satu sumbangan terbesar kerajaan Turki Utsmani dalam penyebaran Islam adalah penaklukkan kota benteng Constantinopel (Bizantium) ibukota Romawi Timur (1453 M), penaklukkan kota itu terjadi pada masa Sultan Muhammad II (1451-1481 M) yang terkenal dengan gelar Al-Fatih.
       Dari perkembangan yang sangat baik itu maka Turki Utsmani mengalami kemajuan-kemajuan yang sangat mendukung didalam pemerintahannya diantaranya:
·         Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan. .
·          Dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya.
·         Dalam Bidang Keagamaan.
        Tanda kemunduran kerajan Turki Utsmani terjadi setelah masa pemerintahan Sulaiman (1520-1566 M) berakhir, yaitu terjadi pertikaian diantara anak Sulaiman untuk memperebutkan kekuasaan. Turki Ustmani mengalami kekacauan, satu persatu daerah kekuasaannya melepaskan diri, karena tidak ada pengganti pemimpin yang kuat dan cakap.