PERDABAN ISLAM PADA MASA DINASTI
SALJUK
(469 H /1077 M – 706 H/ 1307 M )
DISUSUN OLEH :
DIAN PERMTA SARI
(10420007)
DOSEN PEMBIMBING
PADILA, S.S, M. Hum
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN
FATAH PALEMBANG
2012
PENDAHULUAN
Saljuk (juga disebut Seljuk) atau Turki Seljuk (dalam Bahasa Turki:Selçuklular;
dalam bahasa
Persia: سلجوقيان Ṣaljūqīyān; dalam Bahasa Arab سلجوق, Saljūq, atau السلاجقة al-Salājiqa) adalah sebuah dinasti Islam yang pernah
menguasai Asia
Tengah dan Timur Tengah dari abad ke 11 hingga abad ke 14. Mereka
mendirikan kekaisaran Islam yang dikenali sebagai Kekaisaran Seljuk Agung. Kekaisaran ini terbentang dari Anatolia hingga ke Rantau Punjab di Asia Selatan. Kekaisaran
ini juga adalah sasaran utama Tentara Salib Pertama.
Dinasti ini didirikan oleh suku Oghuz Turki yang berasal
dari Asia
Tengah. Dinasti Seljuk juga menandakan penguasaan Bangsa Turki di Timur Tengah. Pada hari
ini, mereka dianggap sebagai pengasas kebudayaan Turki Barat yang
ketara di Azerbaijan, Turki dan Turkmenistan dan Seljuk
juga dianggap sebagai penaung Kebudayaan Persia.
Dinasti Seljuk
berasal dari daerah pegunungan dan stepa Turkistan. Menjelang akhir abad ke-2 H
atau abad ke-8 M. orang-orang Oghuz pindah ke arah barat melalui dataran tinggi
Siberia ke laut Arab dan sebagian ke wilayah Rusia. Dan suku Seljuk keturunan
Seljuq bin Yakak. Seorang pemimpin konvederensi suku-suku Turki yang mengabdi
kepada salah seorang Khan di Turkistan. Seljuk pindah dari dataran tinggi
Kirghiz ( Kazakhstan). Bersama seluruh anggota sukunya ke Jand di provinsi
Bukhara. Pada masa pemerintahan, seljuk mengontrol kekhalifaan Abbasiah pada
tahun 447 H/ 1055 M. dan berakhir pada tahun 656 H/ 1258 M. ketika balatentara
Mongol menyerang serta menaklukkan Baghdad.
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH
PERJALANAN DINASTI SALJUK
Saljuk
adalah nama keluarga keturunan Saljuk bin Duqaq (Tuqaq) dari suku bangsa Guzz
dari turki yang menguasai Asia barat daya pada abad ke-11 dan akhirnya
mendirikan sebuah kekaisaran yang meliputi kawasan Mesopotamia, Suriah,
Palestina,dan sebagian besar Iran. Wilayah kekuasaan mereka yang demikian luas
menandai awal kekuasaan suku bangsa Turki di kawasan Timur Tengah hingga abad
ke-14.[1]
Dinasti
saljuk dibagi menjadi lima cabang, yaitu Saljuk Iran, Saljuk Irak, Saljuk
Kirman, Saljuk Asia Kecil dan Saljuk Suriah. Dinasti Saljuk dididirikan oleh
Saljuk bin Duqaq dari suku bangga Guzz. Akan tetapi, tokoh yang dipandang
sebagai pendiri Dinasti Saljuk yang sebenarnya adalah Tugril Beq. Ia berhasil
memperluas wilayah kekuasaan Dinasti Saljuk dan mendapat pengakuan dari Dinasti
Abbasiyah. Dinasti Saljuk melemah setelah para pemimpinnya meninggal atau
ditaklukkan oleh bangsa lain. Peninggalan dinasti ini adalah Kizil Kule (Menara
Merah) di Alanya, Turki Selatan, yang merupakan pangkalan pertahanan Bani
Saljuk dan Masjid Jumar di Isfahan, Iran.[2]
Bani
Saljuq merupakan kepanjangan dari kekhalifahan Bani Abbasiyyah di Baghdad,
dinasti ini merupakan periode ke 2 setelah Bani Abbasiyyah berhasil
menumbangkan Dinasti Buwaihi dan Dinasti Ghaznah. Dinasti saljuk didirikan oleh
Tughri Beg, yang bertahan memerintah wilayah kekuasaannya selama sekitar dua
abad. Dinasti Saljuq
merupakan wilayah kekuasaan Bani Buwaihi yang menganut aliran Syi’ah. Pusat
pemerintahannya berada di kota Naisaphur yang kemudian di pindah ke wilayah Ray
di Iran, dan selanjutnya kota Baghdad difungsikan sebagai kota keagamaan dan
kerohanian. Keberhasilan Bani Saljuq dalam mempertahankan kekuasaannya, tak
lepas dari para wazir (pembantu sulthan/menteri) yang senantiasa loyal dan
patuh terhadap sulthan serta kecintaan mereka terhadap ilmu pengetahuan.
Diantara mereka yang telah berjasa dalam membangun dan mempertahankan dinasti
Bani saljuq adalah:[3]
- Abu Muhammad bin Muhammad Fakhrul,
Wazir pada masa Sulthanal-
Qa’im. - Abu Syarwan bin Khalid al-Qasyani,
Wazir pada masa Sulthan al-
Mustarsyid. - Ibnu al-Attar, ia menjadi Wazir
pada masa al-Nasir.
- Abu Nasr Muhammad bin
Manshural-Kundari, Wazir pada masa Sulthan
Tghrul Beg dan Alb Arsalam. - Tajuddin Abu al-Ghanayim, Wazir
pada masa Sulthan Sanjar.
- Ali bin al-Hasan al-Tughra, Wazir
pada masa Sulthan Sanjar.
- Sa’ad bin Ali bin Isa, Wazir pada
masa Sulthan Mahmud.
- al-Ustadz al-Tughra’i, Wazir pada
masa Sulthan Mas’ud bin Muhammad
di Irak. - Nizam al-Mulk, Wazir Pada masa
Sulthan Sultan Malik Syah.[4]
Prestasi Kerajaan Saljuk Kesultanan
Saljuk meninggalkan beberapa prestasi yang sangat baik. Di antaranya :
- Kesultanan mereka memiliki peran
untuk menunda kehancuran khilafah Abassiyah selama sekitar dua abad.
Dimana sebelum kedatangan mereka pemerintahan Abassiyah hampir saja runtuh
akibat perilaku jahat orang-orang Buwaihi penganut ajaran Syi’ah Rafidhah.
- Kesultanan Saljuk telah mampu
mencegah rencana penyatuan wilayah Timur Arab oleh pemerintahan
Fathimiyah/Ubaidilah di Mesir untuk berada di bawah satu payung
pemerintahan mereka yang Syi’ah.
- Usaha keras kesultanan Saljuk
merupakan bibit yang di tanam untuk mampu menyatukan wilayah Islam yang
kemudian terealisir pada masa pemerintahan Shalahuddin Al-Ayyubi yang
berada di di bawah pemerintahan Bani Abbas yang Sunni.
- Kesultanan Saljuk telah ikut
membangkitkan gairah ilmiah di wilayah-wilayah yang menjadi kekuasaannya.
Mereka juga mampu menebarkan rasa aman di wilayah itu.
- Mereka mampu menghadang gerakan
Salibisme yang dipimpin imperium Bizantium, sebagaimana mereka yang telah
berusaha untuk menghadang gelombang serbuan Mongolia.
- Mereka mampu mengangkat
tinggi-tinggi panji-panji madzhab Sunni di wilayah-wilayah kekuasaannya.[5]
B.
Kemajuan Peradaban Dinasti
Saljuk.
Saljuk (Saljuq)
ibn Tuqaq adalah seorang pemimpin kaum Turki yang tinggal di Asia Tengah
tepatnya Transoxania atau Ma Wara’ al-Nahar atau Mavarranahr. Thughril Beg,
cucu Saljuq yang memulai penampilan kaum Saljuk dalam panggung sejarah. Pada
tahun 429/1037 ia tercatat sudah menguasai Merv. Kekuasaannya makin bertambah
luas dari tahun ke tahun dan pada tahun 1055 menancapkan kekuasaannya atas
Baghdad. Tughril meninggal tanpa meninggalkan keturunan dan digantikan
kemenakannya Alp Arselan yang kemudian digantikan puteranya Maliksyah yang
merupakan penguasa terbesar dari dinasti Saljuk. Sesudah itu bani Saljuk
mengalami kemunduran sebelum kekuasan mereka di Baghdad pudar sama sekali pada
tahun 552 H/ 1157 M.Dalam bidang keagamaan, masa ini ditandai dengan kemenangan
kaum Sunni, terutama dengan kebijakan Nidham al-Mulk mendirikan sekolah-sekolah
yang disebut dengan namanya Madaris Nidzamiyyah. Hal lain yang perlu dicatat
dari masa ini dan masa sebelumnya adalah munculnya berbagai dinasti di dunia
Islam yang menggambarkan mulai hilangnya persatuan dunia Islam di bidang
politik. Seperti dinasti Fatimiyah lahir di Mesir (969) dan bertahan sampai
tahun 1171. Dari segi budaya dan pemikiran keagamaan, terdapat berbagai wilayah
dengan pusatnya sendiri yang masing-masing mempunyai peran sendiri dalam
mengekspresikan Islam, sesuai dengan kondisi masing-masing. Misal, Andalus dan
Afrika Utara mengembangkan seni yang mencapai puncaknya pada al-Hambra dan
pemikiran filsafat denngan tokoh Ibn Tufail dan Ibn Rusyd. Pada masa ini
merupakan puncak kemajuan pendidikan Islam, yaitu pada masa Khalifah Abbasiyah
Malik Syah, wazir Nizham al-Mulk dari bani Saljuk yang membangun Madrasah
Nizhamiyah yang nantinya menjadi perguruan tinggi terbesar di zamannya.[6]
Kekaisaran
Seljuk Agung yang mulai menancapkan kekuasaan pada abad ke-11 M hingga 14 M itu
didirikan suku Oghuz Turki yang memeluk Islam mulai abad ke-10 M. Sejatinya,
Kekaisaran Seljuk dirintis oleh Seljuk Beg. Namun, Kerajaan Seljuk yang berdiri
pada 1037 M itu baru terwujud pada era kepemimpinan Tugrul Beg yang berkuasa
hingga 1063 M. Sejarah mencatat Dinasti Seljuk sebagai kerajaan yang mampu
menghidupkan kembali kekhalifahan Islam yang ketika itu nyaris tenggelam. Dalam
waktu yang singkat, wilayah kekuasaan Kerajaan Seljuk pun kian bertambah luas.
Dinasti Seljuk mencapai puncak kejayaannya ketika menguasai negeri-negeri di
kawasan Timur-Tengah seperti Irak, Persia, Suriah serta Kirman. Sebagai negara
yang sangat kuat, Dinasti Seljuk amat disegani. Pada tahun 1055 M, Kerajaan
Seljuk sudah mampu menembus kekuasaan Dinasti Abbasiyah, Dinasti Fatimiah. Dua
dasawarsa berikutnya, ketangguhan militer Seljuk mampu memukul mundur Bizantium
yang bercokol di Palestina — kota suci ketiga bagi umat Islam — dalam pertemuran
Minzikert 1071 M. Pemerintahan Dinasti Seljuk yang berpusat di Anatolia itu
amat toleran. Kehadirannya seakan menjadi penerang bagi rakyatnya. Meski
berasal dari salah satu suku di Turki, para penguasa Seljuk sangat menghargai
perbedaan ras, agama, dan jender. Tak heran, bila bangunan tempat ibadah umat
Nasrani dan Yahudi berdiri berdampingan dengan masjid. Di bawah bendera Seljuk,
umat Islam dapat hidup dalam kedamaian, keadilan serta kemakmuran. Pada era
dinasti ini aktivitas keagamaan berkembang dengan pesat. Hal itu ditandai
munculnya kegiatan sufisme. Tak cuma itu, ilmu pengetahuan pun turut
berkembang.[7]
Sederet ilmuwan
dan ulama muncul dari Dinasti Seljuk seperti, Al-Ghazali (1038 M - 1111 M)
serta Umar Al-Khayam — seorang penyair terkemuka. Kekaisaran Seljuk juga sangat
mendukung dan mendorong perkembangan kebudayaan, salah satunya seni bina bangun
atau arsitektur. Tak heran, bila pada era kekuasaan Dinasti Seljuk banyak
berdiri karya-karya arsitektur yang mengagumkan. Dinasti ini mampu menghidupkan
kembali pencapaian Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah dalam bidang bina
bangunan. variasi dan kualitas ornamen-ornemen serta bentuk dan teknik
arstitektur peninggalan Dinasti Seljuk mampu menjadi inspirasi bagi para
arsitek Muslim dan para ahli batu di seluruh dunia. Keunggulan dan kehebatan
arsitektur warisan Dinasti Seljuk dapat disaksikan dari bangunan-bangunan
peninggalan bersejarah di Iran, Anatolia serta wilayah Asia Minor Muslim. Para
arsitek dunia mencatat ada dua karya seni arsitektur yang paling unik warisan
Dinasti Seljuk, yakni caravanserai (tempat singgah bagi para pendatang) serta
madrasah. Caravanserai banyak berdiri di wilayah kekuasaan Seljuk lantaran
dinasti itu amat mendorong perdagangan dan bisnis. Sedangkan gedung madrasah
yang menyebar di daerah kekuasaan Kerajaan Seljuk mencerminkan geliat aktivitas
pembelajaran. Kontribusi Dinasti Seljuk dalam bidang arsitektur begitu besar.
Sejarah mencatat beberapa kontribusi Dinasti Seljuk dalam bidang arsitektur
antara lain; pertama, memperkenalkan konsep baru empat iwan masjid. Kedua,
mengembangkan dan memperbanyak madrasah untuk sarana pendidikan. Ketiga,
memperkenalkan caravanserai. Keempat, mengembangkan dan mengelaborasi
arsitektur makam. Kelima, keberhasilan membangun kubah berbentuk kerucut.
Keenam, mempromosikan penggunaan motif-motif muqarnas. Ketujuh, memperkenalkan
elemen pertama seni baroque yang menyebar ke seluruh Eropa di abad ke-16 M.
Kehebatan dan keunikan gaya ersitektur Seljuk telah diakui dunia, termasuk
arsitektur modern. Para arsitek Barat pun banyak belajar dari arsitektur
Seljuk.[8]
Kemajuan yang dicapai Dinasti
Saljuk tersebut antara lain :
1.
Bidang Ilmu
Pengetahuan
Disamping membagi wilayah menjadi lima, dipimpin oleh
gubernur yang bergelar Syeikh atau Malik itu, penguasa Bani Seljuk juga
mengembalikan jabatan perdana menteri yang sebelumnya dihapus oleh penguasa
Bani Buwaih. Jabatan ini membawahi beberapa departemen.Pada masa Alp Arselan
Rahimahullah, ilmu pengetahuan dan agama mulai berkembang dan mengalami
kemajuan pada zaman Sultan Maliksyah yang dibantu oleh perdana menterinya
Nizham al-Mulk. Perdana menteri ini memprakarsai berdirinya Universitas
Nizhamiyah (1065 M) dan Madrasah Hanafiyah di Baghdad. Hampir di setiap kota di
Irak dan Khurasan didirikan cabang Nizhamiyah. Menurut Philip K. Hitti,
Universitas Nizhamiyah inilah yang menjadi model bagi segala perguruan tinggi
di kemudian hari. Perhatian pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
melahirkan banyak ilmuwan muslim pada masanya. Diantara mereka adalah az-Zamakhsyari
dalam bidang tafsir, bahasa, dan teologi; al-Qusyairy dalam bidang tafsir; Abu
Hamid al-Ghazali Rahimahullah dalam bidang teologi; dan Farid al-Din
al-'Aththar dan Umar Khayam dalam bidang sastra.Bukan hanya pembangunan mental
spiritual, dalam pembangunan fisik pun dinasti Seljuk banyak meninggalkan jasa.
Maliksyah terkenal dengan usaha pembangunan di bidang yang terakhir ini. Banyak
masjid, jembatan, irigasi dan jalan raya dibangunnya.[9]
Setelah Sultan Maliksyah dan perdana menteri Nizham al-Mulk
wafat Seljuk Besar mulai mengalami masa kemunduran di bidang politik. Perebutan
kekuasaan diantara anggota keluarga timbul. Setiap propinsi berusaha melepaskan
diri dari pusat. Konflik-konflik dan peperangan antar anggota keluarga
melemahkan mereka sendiri. Sementara itu, beberapa dinasti kecil memerdekakan
diri, seperti Syahat Khawarizm, Ghuz, dan al-Ghuriyah. Pada sisi yang lain,
sedikit demi sedikit kekuasaan politik khalifah juga kembali, terutama untuk
negeri Irak. Kekuasaan dinasti Seljuk di Irak berakhir di tangan Khawarizm Syah
pada tahun 590 H/l199 M.[10]
2.
Bidang Arsitektur Menakjubkan dari Dinasti Saljuk
Penguasa Dinasti Seljuk begitu banyak membangun caravanserai
atau tempat singgah bagi para pendatang atau pelancong. caravanserai dibangun
untuk menopang aktivitas perdagangan dan bisnis. Para pelancong dan pedagang
dari berbagai negeri akan dijamu di caravanserai selama tiga hari secara
cuma-cuma alias gratis. Di caravanserai itulah, para pendatang akan dijamu
dengan makanan serta hiburan. Secara fisik, bangunan caravanserai terdiri dari
halaman, gedungnya dipercantik dengan lengkungan iwan. Dalam caravanserai
terdapat kamar menginap, depo, kamar pengawal serta tersedia juga kandang untuk
alat transportasi seperti kuda. Caravanserai dikelola oleh sebuah lembaga
donor. Organisasi itu pertama kali didirikan di Rabat-i-Malik. Caravanserai di
wilayah Iran itu menjadi cikal bakal berdirinya tempat singgah khas Dinasti
Seljuk. Caravanserai pertama itu dibangun pada tahun 1078 M oleh Sultan Nasr di
antara rute Bukhara-Samarkand. Struktur bangunan caravanserai Seljuk meniru
istana padang pasir Dinasti Abbasiyah. Bentuknya segi empat dan ditopang dengan
dinding yang kuat.[11]
Madrasah Seljuk
Menurut Van Berchem, para arsitektur
di era Dinasti Seljuk mulai mengembangkan bentuk, fungsi dan karakter masjid.
Bangunan masjid diperluas menjadi madrasah. Bangunan madrasah pertama muncul di
Khurasan pada awal abad ke-10 M sebagai sebuah adaptasi dari rumah para guru
untuk menerima murid.Pada pertengahan abad ke-11 M, bangunan madrasah diadopsi
oleh penguasa Seljuk Emir Nizham Al-Mulk menjadi bangunan publik. Sang emir
terispirasi oleh penguasa Ghaznawiyyah dari Persia. Di Persia, madrasah
dijadikan tempat pembelajaran teknologi. Madrasah tertua yang dibangun Nizham
Al-Mulk terdapat di Baghdad pada tahun 1067 M.
Fakta menunjukkan, madrasah yang dibangun antara tahun 1080
M hingga 1092 M di Kharghird, Khurasan sudah menggunakan empat iwan. Secara
fisik, bangunan madrasah Seljuk terdiri dari halaman gedung yang dikelilingi
tembok dan dilengkapi empat iwan. Selain itu juga ada asrama dan ruang
belajar.Salah satu madrasah terbaik yang bisa dijadikan contoh berada di
Anatolia. Bangunan madrasah itu menerapkan karakter khas Iran termasuk penggunaan
iwan dan menara ganda yang membingkai pintu gerbang. Menara Seljuk.Bentuk
menara masjid-masjid di Iran yang dibanguan Dinasti Seljuk secara subtansial
berbeda dengan menara di Afrika Utara. Bentuk menara masjid Seljuk mengadopsi
menara silinder seagai ganti menara berbentuk segi empat.[12]
Makam Seljuk
Pada era kejayaan Dinasti Seljuk pembangunan makam mulai
dikembangkan. Model bangunan makam Seljuk merupakan pengembangan dari tugu yang
dibangun untuk menghormati penguasa Umayyah pada abad ke-8 M. Namun, bangunan
makam yang dikembangkan para arsitek Seljuk mengambil dimensi baru. Bangunan
makam yang megah dibangun pada era Seljuk tak haya ditujukan untuk menghormati
para penguasa yang sudah meninggal. Namun, para ulama dan sarjana atau ilmuwan
terkemuka pun mendapatkan tempat yang sama. Tak heran, bila makam penguasa dan
ilmwuwan terkemuka di era Seljuk hingga kini masih berdiri kokoh. Bangunan makam
Seljuk menampilkan beragam bentuk termasuk oktagonal (persegi delapan),
berbentuk silinder dan bentuk-bentuk segi empat ditutupi dengan kubah (terutama
di Iran). Selain itu ada pula yang atapnya berbentuk kerucut (terutama di
Anatolia). Bangunan makam biasanya dibangun di sekitar tempat tinggal tokoh
atau bisa pula letaknya dekat masjid atau madrasah.[13]
Masjid Seljuk
Inovasi para arsitektur Dinasti Seljuk yang lainnya tampak
pada bangunan masjidnya. Masjid Seljuk sering disebut Masjid Kiosque. Bangunan
masjid ini biasanya lebih kecil yang terdiri dari sebuah kubah, berdiri
melengkung dengan tiga sisi yang terbuka. Itulah ciri khas masjid Kiosque.
Model masjid khas Seljuk ini seringkali dihubungkan dengan kompleks bangunan
yang luas seperti caravanserai dan madrasah.[14]
KESIMPULAN
Pemerintahan Seljuk ini dikenal dengan nama al-Salajiqah
al-Kubra (Seljuk Besar atau Seljuk Agung). Disamping itu, ada beberapa
pemerintahan Seljuk lainnya di beberapa daerah sebagaimana disebutkan
terdahulu. Pada masa Alp Arselan Rahimahullah perluasan daerah yang sudah
dimulai oleh Thugril Bek Rahimahullah dilanjutkan ke arah barat sampai pusat
kebudayaan Romawi di Asia Kecil, yaitu Bizantium.
Peristiwa penting dalam gerakan ekspansi ini adalah apa yang
dikenal dengan peristiwa Manzikert. Tentara Alp Arselan Rahimahullah berhasil
mengalahkan tentara Romawi yang besar yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz,
al-Akraj, al-Hajr, Perancis, dan Armenia. Dengan dikuasainya Manzikert tahun
1071 M itu, terbukalah peluang baginya untuk melakukan gerakan penturkian
(turkification) di Asia Kecil. Gerakan ini dimulai dengan mengangkat Sulaiman
ibn Qutlumish, keponakan Alp Arselan, sebagai gubernur di daerah ini. Pada
tahun 1077 M (470 H), didirikanlah kesultanan Seljuk Ruum dengan ibu kotanya
Iconim. Sementara itu putera Arselan, Tutush Rahimahullah, berhasil mendirikan
dinasti Seljuk di Syria pada tahun 1094 M/487 H..
Perhatian pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
melahirkan banyak ilmuwan muslim pada masanya. Diantara mereka adalah
az-Zamakhsyari dalam bidang tafsir, bahasa, dan teologi; al-Qusyairy dalam
bidang tafsir; Abu Hamid al-Ghazali Rahimahullah dalam bidang teologi; dan
Farid al-Din al-'Aththar dan Umar Khayam dalam bidang sastra.Bukan hanya
pembangunan mental spiritual, dalam pembangunan fisik pun dinasti Seljuk banyak
meninggalkan jasa. Maliksyah terkenal dengan usaha pembangunan di bidang yang
terakhir ini. Banyak masjid, jembatan, irigasi dan jalan raya dibangunnya.
DAFTAR PUSTAKA
Munir Amir, Samsul, 2009, sejarah peradaban islam, jakarta,
amzah
[1] Samsul Munir Amir, 2009, sejarah peradaban islam, jakarta,
amzah, hlm 278
[2] Ibid
[3] http://blog.uin-malang.ac.id/jafar/2011/06/10/peradaban-pendidikan-dinasti-seljuk/
[4] Ibid
[5] ibid
[6] http://id.wikipedia.org/wiki/Dinasti_Seljuk
[7]
http://tataruangislam.blogspot.com/2011/01/arsitektur-dinasti-seljuk.html
[8] ibid
[10] ibid
[11] ibid
[12] ibid
[13] ibid
[14] ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar