Perkembangan Islam di Wilayah Pengaruh
Kebudayaan
Turki: Tajikistan
Disusun Oleh :
Eka Hikmawati
(10420008)
Dosen
Pembimbing
Padila, S.S., M.Hum
FAKULTAS ADAB DAN
HUMANIORA
JURUSAN SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM ‘A’
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2012
PENDAHULUAN
Republik-republik
Asia Tengah bekas Uni Soviet yang secara tradisional disebut Turkistan, tanah
bangsa Turki, menghasilkan lima negara muslim merdeka yaitu Kazakhstan,
Uzbekistan, Tajikistan, Kirghistan dan Turkmenistan. Dalam makalah ini akan
membahas negara muslim Tajikistan.
Republik Tajikistan adalah sebuah negara di Asia Tengah
yang berbatasan dengan Afghanistan, RRC, Kirgizstan dan Uzbekistan. kondisi
geografisnya merupakan dataran tinggi yang tidak berbatasan dengan laut.
Sebagian besar penduduk Tajikistan termasuk ke dalam etnis Tajik yang berbahasa
Persia. Berbagi sejarah, bahasa, dan budaya dengan Afghanistan dan Iran.
Setelah menjadi bagian dari Kekaisaran Samanid, Tajikistan menjadi republik
konstitotuen dari Uni Soviet pada abad ke-20 dengan nama Tajik Soviet Socialist
Republik (Tajik SSR).[1]
PEMBAHASAN
A.
Islam di
Tajikistan
Tajikistan
adalah sebuah wilayah yang terletak di
sebelah Tenggara Asia Tengah. Luasnya mencapai 143.100 km2. Jumlah penduduknya
berdasarkan data statistik tahun 1419 H / 1998 M mencapai 6.100.000 jiwa
(terdiri atas orang-orang Tajik, Uzbek, Rusia dan Tartar). Persentase kaum
muslimin di negeri ini mencapai 98%, mayoritas adalah pengikut Syiah.
Perekonomian negeri ini disandarkan kepada pertanian, industri dan minyak.[2]
Pada
tahun 1868 M Rusia menguasai al-Qayashirah di sebelah utara negeri ini. Tahun
1929 M Rusia memberikan batas terpisah bagi Tajikistan dan menjadikannya
sebagai republik dalam Uni Soviet. Identitas Islam masih tetap terpelihara
selama masa kekuasaan komunis ini hingga keruntuhannya. Negara ini mengumumkan
kemerdekaannya bersamaan dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 M.[3] Negara ini ada karena kelalaian, karena
kenyataan bahwa kekuatan Uni Soviet runtuh secara tak di duga dan dramatis.[4]
Tajikistan
memiliki tingkat kelahiran tertinggi dan pendapatan perkapita terendah di
antara bekas republik Uni Soviet. Negara ini juga paling kacau dengan 70%
penduduknya masih tinggal di daerah pedesaan. Negara ini memiliki tingkat
kematian bayi yang tertinggi di dunia. Dengan terbatasnya tanah yang baik untuk
di tanami (kira-kira hanya 6% dari keseluruhan), sektor produksi tidak
berkembang dan keahlian dari bangsa Rusia lenyap, keseimbangan ekonomi berada
di ambang keruntuhan. Keadaan perang saudara di banyak bagian Tajikistan ikut
memperburuk keadaan. Elite – elite baru sebagian besar komunis-komunis lama.[5] Orang-orang Rusia mulai
meninggalkan Tajikistan. Pernah hampir setengah juta orang meninggalkan
Tajikistan mereka sekarang kurang dari setengah angka tersebut.
B.
Perkembangan
Islam di Tajikistan
Bila ditinjau
dari segi politik & demografisnya, Tajikistan secara garis besar terbagi
menjadi 2 wilayah utama. Wilayah pertama adalah wilayah Tajikistan barat yang
etnis mayoritasnya adalah etnis Tajik & cenderung dekat dengan Uni
Soviet sehingga ada banyak simpatisan komunis di daerah tersebut. Wilayah kedua
adalah wilayah timur Tajikistan yang didominasi oleh etnis Pamiri. Sebagai
akibat dari wilayah tinggalnya yang terisolasi dari wilayah Tajikistan lain
karena adanya barisan pegunungan yang membentang di tengah-tengah Tajikistan,
etnis Pamiri pun memiliki budaya & cara pandang yang berbeda bila
dibandingkan dengan rakyat Tajikistan di kawasan barat.[6]
Tahun 1991 menyusul krisis internal berkepanjangan yang menimpanya, Uni
Soviet akhirnya runtuh & negara-negara bagian penyusunnya - termasuk
Tajikistan - memerdekakan diri di tahun yang sama. Pasca merdekanya Tajikistan,
Rakhmon Nabiev (atau Nabiyev) yang menganut paham komunis & berasal dari
kawasan Leninabad, Tajikistan barat, diangkat sebagai presiden baru negara tersebut.
Tak lama sesudah diangkat sebagai presiden, Nabiev menerapkan kebijakan untuk
membatasi ruang gerak dari lawan-lawan politiknya. Kebijakan Nabiev tersebut
lantas memunculkan protes dari pihak-pihak berseberangan (umumnya berasal dari
kawasan Garm & Gorno-Badakhshan, Tajikistan timur) yang memutuskan untuk
melakukan aksi demonstrasi besar-besaran sejak bulan Maret 1992.[7]
Pada periode yang kurang lebih bersamaan, sejumlah anggota milisi
Islam (mujahidin) yang bermukim di Afganistan mulai berbondong-bondong pergi
menuju Tajikistan. Para mujahidin itu sendiri banyak yang aslinya memang
berasal dari Tajikistan, namun secara diam-diam menyeberang ke Afganistan &
membantu mujahidin-mujahidin setempat ketika Uni Soviet menginvasi Afganistan
di tahun 1979. Ketika Uni Soviet pada akhirnya runtuh & Tajikistan merdeka
inilah, mereka memutuskan untuk mendirikan partai politik baru bernama Partai
Renaisans Islam (PRI) di negara asalnya dengan harapan bisa menerapkan ideologi
Islam di ranah politik Tajikistan.[8]
Bulan Mei 1992, Presiden Nabiev membentuk kelompok Pengawal
Presiden yang anggotanya terdiri dari simpatisan-simpatisan komunis dari
kawasan Kulyab, Tajikistan selatan. Salah satu tujuan dari pembentukan kelompok
Pengawal Presiden adalah untuk membubarkan paksa demonstrasi anti pemerintah.
Namun bukannya berhasil meredam aksi demonstrasi dari pihak lawan, yang terjadi
kemudian justru adalah pecahnya kerusuhan besar antara kelompok pendukung &
penentang rezim Tajikistan. Pasca kerusuhan besar tersebut, konflik politik di
Tajikistan semakin berlarut-larut sehingga pecahnya perang sipil pun hanya
tinggal menunggu waktu.[9]
Pahlawan-pahlawan
di Tajikistan adalah Muhammad Abduh, Afghani dan Iqbal, semuanya tokoh-tokoh
pan-Islam sedunia. Bahkan salah-satu puisi dari Iqbal adalah pilihan kaum
oposisi untuk menjadi puisi nasional jika oposisi tersebut berkuasa. Perlunya
Iqbal di masa kini dalam dunia Muslim adalah suatu komentar tentang daya pegas
ide-idenya dan kandungan emosional ide-idenya.
Islamic
Renaissance Party di Tajikistan, yang didesas-desuskan berhubungan dengan
kelompok-kelompok di Afghanistan, menuntut suatu tatanan Islam. Pernah Quran
dilarang di sini karena Uni Soviet melihatnya sebagai literatur yang berbahaya
secara ideologis. Masjid-masjid berkembang secara dramatis di Tajikistan sejak
kemerdekaan. Sebaliknya jumlah gereja tetap yaitu 19 buah.
Banyak
analisis percaya bahwa Tajikistan siap untuk mengambil-alih pemerintahan Islam
lainnya, sebagaimana yang telah terjadi di Afghanistan. Kenyataan bahwa negara
itu berbatasan dengan Afghanistan dimana lebih dari dua juta orang Tajik lebih menambahkan ketakutan ini pada barat.
Banyak pengungsi dari perang Afghan telah menetap di Dushanbe, ibu kota Tajik
dan menyebarkan pengaruh mereka. Peperangan di Afghanistan berakibat 60 ribu
pengungsi masuk ke Tajikistan. Sebutan Greater Tajikistan, yakni bagian-bagian
di Utara Afghanistan dan Tajikistan yang bergabung bersama, makin terdengar.
Bentrokan
yang terjadi di Tajikistan adalah kaum komunis yang memimpin ibu kota Dushanbe
dengan daerah-daerah timur dan tengah dimana pengaruh Islamnya paling kuat.[10]
Hal ini mengakibatkan timbulnya perlawanan. Sehingga, berkobarlah perang
saudara disebabkan oleh praktek politik penindasan yang memaksa presiden
meletakkan jabatannya. Presiden waktu itu ialah Rahman Nabiyev yang memenangkan
pemilu karena memberikan loyalitas kepada partai komunis. Disebabkan oleh
banyaknya perselisihan, komunis kembali berkuasa di bawah pimpinan Imam Ali
Rahmanov (pembantu Nabiyev).[11]
Pemerintah menyandarkan dirinya pada Rusia untuk senjata dan tentaranya.
Penjaga perbatasan Rusia bertindak sebagai penyangga antara Afghanistan dan
Tajikistan. Ada semacam genjatan senjata pada 1994. Pada pemilihan badan
legislatif 1995 kira-kira sepertiga wakil dari badan tersebut berlatar belakang
komunis. Oposisi Islam melihat Rakhmanov dan pendukung-pendukungnya sebagai
rezim yang lalim dan korup. [12]
C.
Kondisi Politik di Tajikistan
Bulan Mei 1992,
perang sipil di Tajikistan akhirnya pecah menyusul timbulnya kontak senjata antara
pasukan simpatisan pemerintah melawan pasukan dari sayap militer milik
partai-partai oposisi di Dushanbe, ibukota Tajikistan. Awalnya pasukan oposisi
berada di atas angin & berhasil memaksa pemerintahan rezim Nabiev untuk
membentuk koalisi pemerintahan yang sebagian anggotanya berasal dari
partai-partai oposisi. Seiring berjalannya waktu, pihak oposisi menjadi semakin
dominan di tubuh pemerintahan & bahkan sempat memaksa Presiden Nabiev untuk
meletakkan jabatannya di bawah todongan senjata pada bulan September 1992.[13]
Ketika kondisi politik Tajikistan semakin tidak menguntungkan bagi
kubu Nabiev & pendukungnya, Rusia
memutuskan untuk mengirim pasukan ke Tajikistan lewat wilayah Uzbekistan.
Hasilnya, di bulan Desember 1992 pasukan oposisi berhasil dipukul mundur keluar
Dushanbe & rezim komunis Nabiev kembali menjadi rezim yang berkuasa di
Tajikistan. Tak lama kemudian, parlemen Tajikistan menggelar pemilu di mana
hasilnya, Emomali Ramon yang berasal dari wilayah Kulyab - wilayah yang
rakyatnya juga merupakan simpatisan eks Presiden Nabiev - terpilih sebagai
presiden baru Tajikistan. Di pihak lawan, pihak-pihak oposisi yang baru dipukul
mundur memutuskan untuk menggabungkan diri & membentuk kelompok baru yang
bernama Oposisi Tajik Bersatu (OTB).[14]
Pihak oposisi sendiri bukannya tanpa bantuan asing sepenuhnya.
Setelah pasukan gabungan Rusia & Tajikistan berhasil mengusir pasukan
oposisi keluar Tajikistan, pasukan oposisi lantas memanfaatkan Afganistan -
negara tetangga Tajikistan di selatan - sebagai markas barunya. Tak hanya itu,
banyak pula anggota mujahidin Afganistan yang secara sukarela ikut bergabung
dengan pasukan oposisi Tajikistan. Kebetulan jumlah etnis Tajik di Afganistan
memang cukup banyak mengingat etnis Tajik adalah etnis terbesar kedua di
Afganistan setelah etnis pashtun.[15]
Tajikistan
pasca perang sipil juga masih sering diwarnai oleh konflik-konflik berskala
kecil. Konflik-konflik tersebut biasanya melibatkan kelompok-kelompok suku atau
milisi-milisi lokal yang ingin berebut pengaruh. Kendati demikian, bayang-bayang
ketakutan bahwa perang sipil akan kembali meletus semakin terkikis menyusul
ditutupnya basis-basis militer OTB di luar Tajikistan & dileburnya sayap
militer milik OTB ke dalam keanggotaan tentara nasional Tajikistan. Dengan
bantuan finansial dari negara-negara luar, Tajikistan juga mulai membangun
fasilitas-fasilitas baru untuk membantu meningkatkan akses pemasaran
produk-produknya keluar negeri. Hasil akhir dari perang tersebut ialah Perang berakhir tanpa pemenang yang jelas, Kelompok-kelompok
penyusun OTB berubah menjadi partai politik legal, Sayap
militer OTB dilebur ke dalam tentara nasional Tajikistan.[16]
D.
Social-budaya Tajikistan
Dushanbe,
Tajikistan Berencana menjadi pusat budaya dan sejarah Islam terbesar di Asia
Tengah dan di dunia, Tajikistan akan membangun salah satu Masjid terbesar di
dunia. "Masjid ini akan mengakomodasi sekitar 150.000 orang," ujar
juru bicara kepresidenan Tajikistan dalam sebuah konferensi pers yang dikutip
oleh situs The Financial, Minnggu 22 Mei. "Pembangunannya diharapkan akan
dimulai pada bulan Oktober."[17]
Ia mengatakan
bahwa Presiden Emomali Rakhmon mengunjungi Dubai pada tanggal 26 September
setelah berpidato pada sesi ke-64 di hadapan Majelis Umum PBB, untuk lebih
mendalami proyek tersebut. Dibiayai oleh Qatar dan Uni Emirat Arab, Masjid itu
akan siap untuk digunakan pada tahun 2014. Bercermin pada arsitektur
tradisional Tajikistan, Masjid tersebut akan dibangun di atas lahan seluar 7.5
hektar di tengah ibukota Dushanbe.
"Masjid
ini akan dihiasi dengan menara yang sangat besar, tujuh kolom berwarna yang
merangkum tujuh tahapan Tuhan menciptakan dunia dan tujuh gerbang menuju surga,
juga sumber air dan air terjun yang memperlihatkan Tajikistan sebagai sebuah
negara yang memiliki air murni," ujar juru bicara tersebut, menambahkan
bahwa Masjid itu akan dibangun oleh perusahaan Emirat, Adnan Saffarini.[18]
Ia mengatakan
bahwa proyek yang didanai oleh Qatar ini didesain untuk menjadi pusat budaya
dan sejarah Islam yang besar. Tempat ibadah kaum Muslim itu akan dilengkapi
dengan ruang-ruang konferensi untuk pertemuan tingkat tinggi. Tak ketinggalan
pula sebuah perpustakaan dan museum. Proyek besar ini juga akan membangun
sebuah universitas Islam di samping Masjid. Muslim mencakup hampir 90% dari
seluruh penduduk Tajikistan yang berjumlah 7.2 juta dengan 249 Masjid dan 18
institusi pendidikan Islam, namun merupakan sebuah negara sekuler dengan
jaminan kebebasan beragama dalam konstitusinya.[19]
KESIMPULAN
Republik Tajikistan adalah sebuah negara di Asia Tengah
yang berbatasan dengan Afghanistan, RRC, Kirgizstan dan Uzbekistan. kondisi
geografisnya merupakan dataran tinggi yang tidak berbatasan dengan laut.
Sebagian besar penduduk Tajikistan termasuk ke dalam etnis Tajik yang berbahasa
Persia. Berbagi sejarah, bahasa, dan budaya dengan Afghanistan dan Iran.
Setelah menjadi bagian dari Kekaisaran Samanid, Tajikistan menjadi republik
konstitotuen dari Uni Soviet pada abad ke-20 dengan nama Tajik Soviet Socialist
Republik (Tajik SSR).
Setelah
kemerdekaan, Tajikistan menderita perang saudara yang berlangsung mulai dari
1992 sampai 1997. Sejak akhir perang, stabilitas politik yang baru didirikan
dan bantuan asing telah memungkinkan perekonomian negara berkembang.
Perdagangan komoditas seperti kapas,aluminium dan uranium telah memberikan
kontribusi besar untuk negara ini supaya terus membaik. Namun, pertempuran
pecah kembali di akhir Juli 2012, dengan hasil yang kurang jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
H.A. Mukti. 1994. Islam dan Sekularisme
di Turki Modern. Jakarta: Djambatan.
Al-‘usairy,
Ahmad. 2011. Sejarah Islam. Jakarta:
Akbar Media.
Lapidus,
Ira. M.. 1999, Sejarah Sosial Ummat Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
http://www.scribd.com/doc/6122546/islam-tajikistan.
[4] H.A. Mukti Ali. 1994. Islam dan Sekularisme di Turki Modern.
Jakarta: Djambatan. Hlm.315
[6]
http://republik-tawon.blogspot.com/2011/10/perang-sipil-tajikistan-ketika-negeri.html.
Tgl. 11 Desember
2012. Jam 10.20
[13] http://republik-tawon.blogspot.com/2011/10/perang-sipil-tajikistan-ketika-negeri.html.
Tgl. 11 Desember
2012. Jam 10.20
[17] http://www.voa-islam.com/lintasberita/suaramedia/2011/05/23/14867/tajikistan-bangun-masjid-terbesar-di-bumi/. Tgl 06 Desember 2012. Jam 13.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar