PENGARUH
ISLAM DI ASIA TENGAH
Disusun
Oleh
JEPRIADI (10420803)
Dosen
Pembimbing
Padila,S.S,
M.Hum
FAKULTAS
ADAB DAN HUMANIORA
SEJARAH
DAN KEBUDAYAAN ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2012
PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang paling
banyak dipraktekkan di negara – negara bagian Asia Tengah. Islam datang ke Asia Tengah di
bagian awal abad ke-9
sebagai bagian dari penaklukan Muslim di
wilayah itu yang ditaklukkan oleh Turki Usmani.[1]Banyak ilmuwan terkenal dan filsuf
Islam berasal dari Asia Tengah, dan beberapa kerajaan Islam utama,
termasuk Kekaisaran Timurid dan Kekaisaran Mughal , berasal dari Asia
Tengah. Pada abad ke-20, pembatasan kegiatan agama yang diberlakukan
oleh Uni Soviet di Asia Tengah Soviet danRepublik Rakyat Cina di Xinjiang . Kekhawatiran tentang radikalisme Islam dan
kebebasan beragama di wilayah ini bertahan sampai hari ini. Asia
Tengah merupakan salah satu kawasan yang sangat strategis secara geopolitik di
dunia. Selain sebagai lumbung energi dan penghasil kekayaan alam lain, kawasan
Asia Tengah dapat secara geografis menjadi jembatan antara Asia Timur dan Timur
tengah. Sudah pasti dengan begini Asia Tengah menjadi jalur minyak yang
potensial untuk kawasan-kawasan di sekitarnya. Kawasan Asia Tengah lagipula
dapat dikatakan telah ‘ditinggalkan pemiliknya’ sejak keruntuhan negara Uni
Soviet yang sebelumnya berkuasa di kawasan tersebut. Hal ini menjadikan kawasan
Asia Tengah menjadi kawasan yang sangat diperebutkan oleh negara-negara besar,
seperti Amerika Serikat, China, dan Rusia
Islamisasi daerah telah memiliki dampak
mendalam terhadap budaya pribumi di wilayah cetakan mereka sebagai bagian dari
peradaban Islam. Islamisasi di wilayah ini juga memiliki efek pencampuran
Islam ke dalam budaya asli, menciptakan bentuk-bentuk baru dari praktik Islam,
yang dikenal sebagai Islam tradisional,
PEMBAHASAN
Berakhirnya kolonialisme dan imperalisme Barat di
negara-negara Islam, telah mengetuk kesadaran umat akan keterbelakangan,
kebodohan, kejumudan dan ketertindasan. Kesadaran ini lebih terasa lagi ketika
diingat bahwa lintasan sejarah Islam pernah menorehkan tinta emas peradabannya.
Islam pernah berada dalam posisi terdepan dalam penggung peradaban dunia, berbarengan
dengan keunggulannya di pelbagai dimensi kehidupan ; ekonomi, Iptek, militer,
politik dan sebagainya.[2]
Umat Islam belum sempat bangkit dari keterpurukannya akibat
kolonialisme, krisis Timur Tengah kembali mencuat dengan munculnya konflik
Arab-Israel. Pukulan telak menimpa dunia Islam setelah Israel berhasil
“memenangkan” konflik itu yang membuat mereka bertanya-tanya : what’s wrong
dengan sekumpulan negara besar yang mempunyai jumlah tentara dan peralatan yang
cukup memadai dipaksa kalah oleh Israel - negara kecil dengan tidak lebih dari
tiga juta penduduknya? Pada tahun 1967 dianggap sebagai “penggalan” (qathi’ah)
dari keseluruhan wacana Arab modern, karena masa itulah yang mengubah cara
pandang bangsa Arab terhadap beberapa problem sosial-budaya yang dihadapinya.
Inilah awal mula apa yang dinamakan kritik-diri yang kemudian direfleksikan
dalam wacana-wacana keilmiahan, baik dalam ranah akademis maupun
literatur-literatur ilmiah lainnya. Langkah pertama yang
dilakukan oleh para intelektual Arab adalah menjelaskan sebab-sebab kekalahan
(tafsir al-azmah) tersebut. Di antara sebab-sebab yang paling signifikan adalah
masalah cara pandang orang Arab kepada budaya sendiri dan kepada capaian
modernitas. Karena itu, pertanyaan yang mereka ajukan adalah; bagaimana
seharusnya sikap bangsa Arab dalam menghadapi tantangan modernitas dan tuntutan
tradisi? Telah lebih dari dua dekade, masalah tersebut terus dibicarakan dan
didiskusikan dalam seminar-seminar, dalam bentuk buku, artikel dan publikasi
lainnya.Lalu masalah tersebut menjadi common denominator untuk setiap
intelektual Arab yang peduli terhadap masalah kearaban dan keislaman. Persoalan
itu sebenarnya bukan tidak pernah dibahas oleh pemikir-pemikir Arab sebelumnya.
Secara implisit, topik semacam itu pernah dilontarkan oleh
Muhammad ‘Abduh dan ‘Abd al-Rahman Kawâkibi. Namun sebagai satu wacana
epistemik, masalah tersebut baru mendapat sambutan luas pada dua dekade
terakhir. Lebih dari itu semua, masalah tradisi dan modernitas telah menjadi
agenda penting untuk proyek peradaban pemikiran Arab berikutnya. Gerakan-gerakan
pemikiran Islam di Timur Tengah muncul dan berkembang dari latar belakang
situasi sosio-politik seperti tergambar di atas. Gerakan-gerakan itu dalam
tataran idealisme, berada dalam aras persepsional yang sama antara gerakan
pemikiran satu dengan yang lain, tetapi dalam tataran corak atau aksentuasi
intelektualitas dan orientasi mereka berbeda, bahkan dalam banyak kasus
bertolak belakang.[3]
Issa J. Boullata membagi pemikiran Islam Timur Tengah menjadi
dua kecenderungan, yaitu progresif-modernis dan konservatif-tradisionalis.
Menurutnya, kelompok progresif-modernis adalah gerakan pemikiran yang
mengidealkan tatanan masyarakat Arab yang modern, dengan kata lain, gerakan
pemikiran yang berorientasi ke masa depan (future oriented). Pola berfikir
mereka tidak keluar dari frame metodologi Barat yang mereka klaim sebagai
satu-satunya alternatif untuk membangun peradaban Arab modern.
Gerakan pemikiran ini secara mayoritas diwakili oleh
kalangan yang pernah belajar dan berinteraksi dengan pemikiran Barat. Adapun
kelompom konservatif-tradisional adalah gerakan pemikiran yang memiliki pola
pikir dengan frame klasik (salaf). Mereka sangat membanggakan kemajuan dan
kejayaan Islam masa lampau, dan untuk membangun kamajuan dan kejayaan peradaban
Islam masa mendatang, pemikiran Islam harus berbasis metodologi pemikiran Islam
klasik (past oriented).
Muhammad Imarah sedikit berbeda dengan Issa J. Boullata
dalam memetakan pemikiran Islam Timur Tengah. Imarah membagi kecenderungan
pemikiran Islam Timur Tengah dalam tiga varian, yaitu: Pertama,
tradisional-konservatif; kedua, reformis (al-ishlah wa al-tajdid); dan ketiga,
sekuler. Luthfi as-Syaukanie dalam bahasa yang berbeda membagi antara tipologi
transformatik, reformistik dan ideal-totalistik.[4]
Adapun pengaruh Islam di Asia Tengah meliputi berbagai
bidang, yaitu :
A.
Bidang
Arsitektur
Arsitektur
adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas,
arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan,
mulai dari level makro yaitu perencanaan kota perancangan perkotaan arsitektur
lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan
desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan
tersebut. Masjid Samarkand sebagai salah satu contoh dari arsitektur asia
tengah.Walaupun mirip dengan gaya persia, bangunan di Asia Tengah memiliki
ciri-ciri yang berbeda dengan arsitektur islam lainnya, yaitu kubah yang
berukir penuh, penataan jendela dan ornamen yang khas, menara yang berbeda
dengan menara pada gaya islam yang lainnya, sampai pengaturan tamannya. Bentuk
arch-nya tidak seruncing arsitektur persia, bentuk menaranya mirip arsitektur
Moghul dan bentuk kubahnya merupakan produk asli Asia Tengah. Walaupun warna
biru mendominasi semua bangunan, tetapi mereka mengolaborasikannya dengan warna
coklat dan hijau. Contoh karya terbesar dari arsitektur ini adalah Masjid
Samarkand di Uzbekistan, Masjid Kashgar dan Idkah di Xinjiang China dan Masjid
Agung St. Petersburg di Rusia.[5]
B. Bidang
Budaya
Budaya
di Asia Tengah berasal dari bebagai sumber pengaruh Mongol, Zoroaster, dan Sovyet bercampur dengan kebudayaan Islam.
Perkuburan memberi kesaksian pengaruh dari berbagai sumber ini : bulan sabit
yang digambarkan secara kasar menyimbolkan islam – juga barangkali sebuah kata
dalam bahasa arab “ tanduk diatas
tiang menggambarkan tradisi Nomaden Asia Tengah dan pengaruh budaya Sovyet
yaitu sebuah photo, gambar atau image dari orang yang meninggal pada batu
nisan. Susunan – susunan lilin dan api menandakan paham Zoroaster.[6]
Prospek ekonomi berbeda-beda secara luas di Asia Tengah.
Turmenistan memiliki cadangan gas yang lebih besar daripada Aljazair dan karena sekarang keuntungannya tidak lagi
diambil oleh Moskow, penduduknya yang sedikit dapat menjadi sama kayanya
seperti negara teluk manapun. Kirgistan sebaliknya adalah negara miskin dan
kelihatannya menghadapi masa depan ekonomi yang tidak pasti. Potensi ekonomi
Kazakhstan, yang lima kali lebih besar dari ukuran Perancis adalah menjanjikan.
Dibawah gurun yang luas dan dataran tinggi berbatu-batu di Kazakhstaan terdapat
cadangan uranium, Intan, emas,batubara, minyak dan gas yang kaya. Gandum dan
daging diproduksi di wilayah yang paling subur dibagian utara. Yang paling
penting dari sudut pandang internasional, negara ini dikenal memiliki
persediaan hulu ledak nuklir dari masa pemerintahan Soviet. Ukurannya dan
posisinya diantara Eropa dan Asia serta kekayaan alamnya akan memastikan
Kazakhstan menjadi suatu tempat yang penting dimasa depan.
Keseimbangan etnis di negara itu kemungkinan besar
sewaktu-waktu dapat meledak. Sejumlah 60% dari 16 juta penduduk Kazakhstan
adalah etnis Kazakh. Etnis Rusia, Ukraina, Jerman Yunani, Korea dan
minoritas-minoritas lain yang pindah kesana sewaktu dan setelah Perang Dunia
Kedua membentuk komposisi 40% lainnya. Banyak orang yang bukan etnis Kazakh
sekarang meninggalkan negara tersebut.[7]
Pengaruh Islam dalam bidang lain di Asia Tengah sama dengan negara-negara Islam
lainnya, seperti bidang politik, menerapkan sistem perpolitikan yang berbasis
Islam yang bepedoman pada Alquran dan As-Sunnah.
KESIMPULAN
Republik – republik Asia tengah yang secara tradisional
disebut Turkistan, tanah bangsa Turki, mengahsilkan lima negara Muslim merdeka
: Kazakhstan, Uzbekistan, Tajikistan, Tajikistan, Kirghistan, dan Turkmenistan
( yang lainnya yaitu Azerbaijan tidak berada di Asia Tengah, sementara
Tajikistan dengan mayoritas bahasa Persia bukanlah berasal dari Turki).[8]
Pengaruh Islam di Asia Tengah sangat banyak terutama dalam bidang kebudayaan
dan arsitektur.
Pengaruh Islam ini berasal dari kerajaan-kerajaan Islam terdahulu seperti
Turki Usmani, Mongol, dan kerajaan lain yang telah datang ke Asia Tengah
tersebut. Budaya di Asia Tengah berasal dari bebagai sumber
pengaruh Mongol, Zoroaster, dan Sovyet
bercampur dengan kebudayaan Islam.
Kemudian dalam bidang Arsitektur, Masjid Samarkand
sebagai salah satu contoh dari arsitektur asia tengah.Walaupun mirip dengan
gaya persia, bangunan di Asia Tengah memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan
arsitektur islam lainnya, yaitu kubah yang berukir penuh, penataan jendela dan
ornamen yang khas, menara yang berbeda dengan menara pada gaya islam yang
lainnya, sampai pengaturan tamannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed Akbar, Rekonstruksi
Sejarah Islam,( Jogjakarta : Pajar Pustaka Baru,2002)
Hasan, Hasan Ibrahim, Sejarah
dan Kebudayaan Islam,( Yogyakarta : Penerbit Kota Kembang,1989)
Yatim Badri, Sejarah
Peradaban Islam ( Jakarta : Raja Grafindo Persada,2008)
Http://schariev.wordpress.com/2009/01/28/arsitektur-asia-tengah
[3]
Ibid
[4] Hasan
Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan
Islam,( Yogyakarta : Penerbit Kota Kembang,1989),hlm.34
[5] http://schariev.wordpress.com/2009/01/28/arsitektur-asia-tengah/
[6]
Akbar S.Ahmed, Rekonstruksi Sejarah Islam,( Jogjakarta : Pajar Pustaka Baru,2002
),hlm.290
[7]
Ibid.hlm,291
[8]
Ibid, hlm.289
Tidak ada komentar:
Posting Komentar