Senin, 12 Mei 2014

TURKI USMANI

TURKI USMANI




Disusun Oleh:

SUHERNI
NIM: 10420023


Dosen Pembimbing
PADILA, M. Hum


SEJARAH KEBUDYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
 PALEMBANG
2012




PENDAHULUAN


Sejak zaman dahulu di sebelah barat gurun pasir  Gobi terdapat suku yang bernama Turki, mereka hidup secara modern. Pada saat perkembangan periode Islam mereka dikalahkan oleh bangsa Tar-tar, mereka pindah be Barat sampai tepi laut tengah (kini dikenal dengan sebutan Anatolia), yang sebelah selatannya terdapat bangsa Arab. Mereka bersentuhan dengan orang Arab yang telah beragama Islam. Dengan komunikasi tersebut mereka mulai banyak yang memeluk agama Islam. Bangsa Turki tersebut rajin dan ahli perang, pintar berdiplomasi dan akhirnya dengan waktu yang relative singkat menjadi sebuah kekuatan politk yang besar. Bangsa Turki terbagi dalam berbagai suku diantaranya yang terkenal adalah suku Ughul. Suku ini terbagi menjadi 24 sub suku dalam salah satu sub suku tersebut lahirlah Sultan perama dari Dinasti Turki Usmani yang bernama Usman. Pada saat bangsa Mongol (sebelum Islam) dan orang Kristen ingin menghapuskan Islam dari peta bumi bahkan mereka membawa panji Islam sampai ketengah-tengah daratan Eropa.[1]
            Pada abad ke-13 M, saat Jengis Khan mengusir orang-orang Turki dari Khurasan dan sekitarnya. Kakeknya Usman yang bernama Sulaiman bersama pengikutnya bermukim di Asia kecil. Setelah reda serangan Mongol terhadap mereka, Sulaiman menyebrangi sungai Efrat(dekat Allepo) namun ia tenggelam, empat putera Sulaiman yang bernama Shunkur, Gundogdur, Al-Thugril, Dun Dar. Dua putranya yang pertama kembali ketanah aitr mereka, sementar yang dua yang terakhir bermukim didaerah Asia Kecil. Keduanya akhirnya berhasil mendekati Sultan Saljuk Alaudin di Angara (kini Angkara), maka Al-Thugril menolongnya dan mengusir dari Mongol, sebagai balas jasa Alaudin memberikan daerah Iski Shahr dan sekitarnya kepada Al-Thugil, Al-Thugril mendirikan ibu kota yang bernama Sungut, disanalah lahir putranya yang pertama yaitu Usman pada tahun 1258 M Al-Thugril meninggal dunia. Selanjutnya Usman mendeklarasikan dirinya sebagai Sultan, maka itulah berdiri Dinasti Turki Usmani. Usmani memindahkan ibu kotanya menjadi Yeniy. Pada tahun 1300 M Sltan Alaudin meninggal, maka Usman mengumumkan diri sebagai Sultan yang berdaulat penuh, ia mengkampanyekan dirinya dengan mencetak mata uang dan pembacaan khutbah atas nama dirinya. Kekuatan militer yang dimiliki oleh Usman menjadi benteng pertahanan bagi kerajaan-kerajaan kecil dari serangan Mongol. Dengan demikian secara tidak langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi.






PEMBAHASAN


A.    PROSES TERBENTUKNYA KERAJAAN TURKI USMANI
Pendiri kerajaan Turki Usmani adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Cina.[2] Kerajaan Turki Usmani berdiri tahun 1281 di Asia Kecil. Pendirinya adalah Usman Bin Erthogril wilayah kekuasaanya meliputi Asia kecil dan daerah Trace (1354), kemudian menguasai Selat Dardaneles (1361), Casablanca (1386), kemudian menaklukan kerajaan Romawi (1453).[3] Kata Usman di ambil dari kakek mereka yang pertama dan pendiri kerajaan ini, yaitu Usman bin Ertoghril bin Sulaiman Syah dari suku Qayigh, salah satu cabang keturunan  Oghus Turki. Sulaiman Syah dengan 1000 pengikutnya mengembara ke Anatolia dan singgah di Azerbaijan,namun sebelum sampai ke tujuan, ia meninggal dunia dan digantikan oleh putranya yaitu Erthogril untuk melanjutkan perjalanan sesuai dengan tujuan semula. Sesampainya di Anatolia mereka diterima oleh pasukan Saljuk, Sultan Alaudin yang sedang berperang dengan kerajaann Bizantium atau nama khalifah Abasiyah di Bagdat.      Di bawah Erthogril mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin untuk melawan Bizantium, atas kehebatan Erthogril dan dukungan penuh dari anak buahnya, tentara Saljuk mendapat kemenagna dari Bizantium. Sebagai hadiahnya sang Sultan berkenan memberikan sebidang wilayah di perbatasan Bizantium kepada Erthogril, serta memberikan wewenangnya untuk mengadakan ekspedisi. Sepeninggalnya Erthogril, atas persetujuan Sultan Alaudin, kedudukan Erthogril di gantikan oleh putranya yang bernama Usman, yang memerintah Turki Usmani antara tahun 1281-1324 M, sedangkan menurut Badri Yatim Usman memerintah dari tahun  1290-1326 M. pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Turki Saljuk dan Sultan Alaudin terbunuh, kerajaan Saljuk Rum kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Dalam kondisi kehancuran Saljuk inilah Usman mengklaim kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya, sekaligus memproklamasikan berdirinya kerajaan Turkli Usmani. Kekuatan militer Usman menjadi benteng pertahanan Sultan Dinasti-dinasti kecil dari ancaman bahaya serangan Mongol. Dengan demikian secara tidak langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar “Padiansyah Ali Usman”
Untuk memperkuat posisinya, Turki Usmani harus terus berperang melawan Bizantium, oleh karena itu, pasukannya terus diperbesar jumlahnya dengan merekrut pendatang-pendatang baru orang-orang Turkmen dari Timur yang ingin menjadi Ghazi atau prajurit melawan orang-orang Kristen. Dari Ghazi inilah Dinasti Usmaniyah mendapat tradisi militer dan semangat yang memberi jalan baginya untuk berkembang dan maju yang akhirnya merampas semua kesultanan Turki yang lebih statis.


B.     DAFTAR PENGUASA DINASTI USMANI DI TURKI[4]

NO
TAHUN PELANTIKAN
NAMA-NAMA PENGUASA
1.
1281
Usman I (Osman)
2.
1324
Urhan
3.
1360
Murad I
4.
1389
Bayazid I
5.
1402
Masa peralihan kekuasaan
6.
1413
Muhammad I
7.
1421
Murad II
8.
1444
Muhammad II (Al-Fatih- Sang Penakluk)
9.
1446
Murad II
10.
1451
Muhammad II Al-Fatih (masa jabatan ke-20
11.
1481
Bayazid  II
12.
1512
Salim I
13.
1520
Sulaiman I (Al-Qanuni)
14.
1566
Salim II
15.
1574
Murad II
16.
1594
Muhammad II
17.
1603
Ahmad I
18.
1617
Mustafa I (masa jabatan ke- 1)
19.
1618
Us,an II
20.
1622
Mustafa I (masa jabatan  ke -2)
21.
1623
Murad IV
22.
1640
Ibrahim
23.
1648
Muhammad IV
24.
1674
Sulaiman II
25.
1691
Ahmad II
26.
1695
Mustafa II
27.
1703
Ahmad III
28.
1730
Mahmud I
29.
1754
Usman III
30.
1757
Mustafa III
31.
1774
Abdul Hamid I
32.
1789
Salim III
33.
1807
Mustafa IV
34.
1808
Mahmud II
35.
1839
Abdul Majid I
36.
1861
Abdul Aziz
37.
1876
Murad V
38.
1876
Abdul Hamid II
39.
1909
Muhammad V (Al-Rasyid)
40.
1918
Muhammad VI (Wahid ad-Din)
41.
1922-1924
Abdul Majid II (hanya sebagai khalifah)



C.     PERKEMBANGAN DAN KEMAJUAN PERADABAN
1.            Bidang Militer dan Perluasan Wilayah
            Pecahnya perang dengan Bizantium misalnya mengilhami khalifah Orkhan untuk mendirikan pusat pendidikan dan pelatihan militer sehingga terbentuklah sebuah kesatuan militer yang di sebut Yeniseri atau Inkisariyah. Kebijakan kemiliteran ini lebih dikembangkan oleh pengganti Orkhan, yaitu murad dengan membentuk sejumlah kops atau cabang-cabang Yeniseri. Seluruh pasukan militer dididik dan dilatih dalam sasaran militer dengan pembekalan semangat perjuangan Islam. Kekuatan militer Yenisari ini berhasil mengubah Negara Utsman yang baru lahir menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan sangat besar bagi penaklukan negeri-negeri non muslim. Selain itu juga terdapat tentara yang bernama militer Thaujiah, kelompok militer ini dikirim kepada pemerintah pusat. Sepeninggalnya Orkhan tampuk kepemimpinan dipegang oleh anaknya yaitu Sultan Murad.4 Murad segera melanjutkan cita-cita ayahnya dengan menguasai Andriannopel pada tahun 1365, kemudian dengan berturut-turut disusul jatuhnya kota Macedonia, Bulgaria dan Serbia ke tangan Murad.
            Dari antara 41 penguasa yang memimpin Turki Ustmani, Sultan Muhammad II pantas menyandang gelar Al-fatih (sang penakluk) atas keberhasilannya menaklukkan kekuatan terakhir imperium Romawi Timur yang berpusat di kota Konstantinopel. Setelah berlangsungnya pengepungan selama 53 hari, Konstantinopel jatuh ke tangan kekuasaan Sultan Muhammad II pada tahun 1453. pertahanan istana hancur dan sang kaisar terbunuh bersama sejumlah pasukannya. Muhammad Al-fatih kemudian melanjutkan penaklukkan ke semenanjung Maura, Serbia, Albania sampai keperbatasan Bundukia. Sebagai ibu kota kerajaan, Konstantinopel mendapatka perhatian serius dari Muhammad Al-fatih. Pembangunan dalam berbagai bidang terus diupayakan. Kekayaan yang dimiliki baik dalam bidang perdagangan maupun keahlian telah membantu kemakmuran ibu kota Konstantinopel. Disamping itu, Muhammad II juga mengerahkan pada penduduk dari negeri-negeri taklukannya untuk melakukan perniagaan atas Konstantinopel sehingga kota ini menjadi pusat perdagangan diperlintasan Asia dan Eropa. Peningggalan penting pemerintahan Al-Fatih adalah diubahnya Gereja St. Shopia menjadi Masjid dengan nama Aya Shopia sebagai lambing kemenangan orang Islam di kota Konstantinopel. Masjid  ini dengan struktur Islam dan diperindah dan dihiasi sedemikian rupa sehingga menjadi salah satu masjid yang terindah di dunia. Pada dimding da tiangnya dihiasai dengan Kaligrafi Al-Quran yang tertulis dengan tinta emas yang sangat mengagumkan.
2.      Bidang Pemerintahan
Dalam  bidang pemerintahan, Sultan adalah penguasa tertinggi. Pelantikan Sultan mengikuti system feodal. Pada mulanya Sultan-sultan ini terdiri dari Amir-amir yang menjadi tuan tanah pada Kerajaan Saljuk yang berpusat di Konya. Orkhan adalah salah seorang dari Amir-amir itu yang kemudian memproklamasikan dirinya sebagai seorang Sultan. Setelah itu, Bayazid I juga bergel;ar dengan Sultan Ar-Rum, pemimpin agama Islam. Murad II misalnya telah menggunakan gelar Sultan Al-Barrain( Sultan-sultan di dua Benua dan Lautan). Demikian juga Murad I mengelari dirinya dengan Khalifah Allah di bumi setelah berhasil menaklukan  Andrianopel.
      Keberhasilan di bidang kemiliteran dibarengi pula dengan terciptannya jaringan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas Sultan-sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemeritahan, sultan sebagai penguasa tertinggi dibantu oleh perdana menteri, yang membawahi Gubernur. Gubernur mengepalai daerah tingkat I  di bawah terdapat beberapa orang al-Zanaiq atau Bupati.[5] Untuk mengatur urusan pemerintahan, di masa Sultan Sulaimana I, disusun sebuah kitab undang-undang. Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur, yang menjadi pegangan hokum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman  I yang  amat berharga ini, di ujung namanya ditambah gelar Al-Qanonuni. [6]


3.      Bidang Ilmu Pengetahuan
Peradabana Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam peradaban, diantaranya adalah peradaban Persia, Bizantium dan Arab. Dari peradaban Persia mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata karma dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap di Bizantium. Sedangkan ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, social dan kemasyarakatan dan keilmuan mereka terima dari orang-orang Turki Usmani yang dikenal sebagai bangsa yang senang dan  mudah berasimilasi dengan bangsa  asing dan terbuka untuk menerima budaya dari luar.[7] yang berdarah kemiliteran. Turki Usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam  bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan mereka tampak tidak begitu menonjol, karena itulah dalam khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuan terkemuka dari Turki Usmani.





4.      Bidang Agama
Kehidupan keagamaan merupakan bagian dari sistem sosial dan politik Turki Usmani. Ulama mempunyai kedudukan tinggi dalam kehidupan negara dan masyarakat. Mufti ak dapat berjalan. Pada masa ini kehidupan tarekat berkembang pesat. Al-Bektesi dan Al-Maulawi merupakan dua ajaran tarekat yang paling besar. Al-Bektesi merupakan tarekat yang sangat  berpengaruh terhadap tentara Yeniseri,sedangkan Al-Maulawi berpengaruh besar di kalangan penguasa sebagai imbalan dari kelompok Yeniseri Bektesi.[8]

5.      Sastra dan Bahasa
Munculnya pada saat ini sastrawan-sasrawan dengan hasil karya-karyanya setelah menamatkan studi di luar negeri. Diantaranya Ibrahim Shinesi pendiri Surat Kabar Tasviri Efkyar. Diantara karya yang dihasilkan adalah the Poets Wedding (komedi). Salah seorang pengikutnya adalah Namik Kemal dengan karyanya Fatherland atau Silistria. Disamping itu, terdapat Ahmad Midhat dengan Entertaining Tales dan Mehmed Taufiq dengan Year In Istambul.


D.    FAKTOR-FAKTOR KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN
1.                            Faktor-faktor Kemajuan
Terdapat beberapa faktor yang mendorong kemajuan Turki Usmani, diantaranya adalah sebagai berikut:[9]
a.       Adanya sistem pemberian hadiah  tanah kepada tentara yang berjasa menyebabkan mereka hidup berkecukupan dan mempunyai kedudukan tinggi dimasyarakat.
b.      Tidak adanya Diskriminasi dari pihak penguasa sehingga orang yang mempunyai kedudukan tinggi tidak terbatas pada satu kelompok atau keturunan Sultan saja.
c.       Kepengurusan organisasi yang cakap
d.      Pihak Turki memberikan perlakuan baik terhadap saudara-saudara baru dan memberikan kepada mereka hak rakyat secara penuh baik dalam kehidupan beragama maupun bermasyarakat sehingga mereka menaruh simpati dan akhirnya banyak yang memeluk agama Islam.
e.       Turki telah menggunakan tenaga-tenaga yang profesional dan terampil khusus dalam bidang administrasi pemerintahan
f.       Kedudukan sosial orang-orang Turki telah menarik minat penduduk negeri-negeri Balkan untuk memeluk agama Islam.
g.      Rakyat yang memeluk agama Kristen hanya dibebani biaya perlindungan Jizyah yang relatif murah dibandingkan dengan pada masa pemerintahan Bizantium.
h.      Semua penduduk mendapatkan kebebasan untuk menjalankan agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
i.        Karena Turki Usmani tidak fanatik agama, wilayah-wilayah Turki menjadi tempat perlindungan orang-orang Yahudi dari serangan kerajaan-kerajaan Kristen di Spanyol dan Portugis pada abad XVI.


2.                            Faktor-faktor Keruntuhan
a.                                                     Faktor Internal
1)        Wilayah  kekuasaan yang sangat luas
Administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang sangat luas wilayahnya, sangat rumit dan komplek, sementara administrasi pemerintahan kerajaan Turki Usmani tidak beres
2)        Heterogen penduduk
3)        Kelemahan para penguasa, sepeninggalnya Sulaiman Al-Qanuni, kerajaan Usmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah baik dalam kepribadian terutama dalam kepemimpinan
4)        Kehidupan istimewa yang bermegahan
5)        Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang pada sebagian besar peperangan Turki mengalami kekalahan, di satu sisi negara mengalami defisit, sementara di sisi lain uang negara dihambur-hamburkan.

b.                                                    Faktor Eksternal
1)        Timbulnya gerakan nasionalisme
2)        Terjadinya kemajuan teknologi di Barat, khususnya dalam bidang persenjataan
3)        Pemberontakan tentara Yeniseri, kemajuan ekspansi kerajaan Usmani banyak ditentukan oleh kuatnya tentara Yeniseri. Dengan demikian dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan Yeniseri terjadi sebanyak empat kali, yaitu tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826 M.











KESIMPULAN


            Dinasti Usmani di Turki merupakan kerajaan Islam yang berkuasa cukup lama hampir 7 abad lamanya (1290-1924 M) dan merupakan kerajaan besar. Kerajaan Usmani di dirikan oleh Usmani I putra Ertogul bangsa Turki dari kabilah Oghus yang mula-mula mendiami daerah Mogol dan daerah Utara Cina. Dinasti Turki Usmani mengalami kemajuan dalam berbagai bidang, terutama dalam ekspansi atau perluasan agama Islam. Sebagai bangsa yang terkenal dengan militer yang kuat, wilayah kekuasaannya meliputi tiga benua, Asia, Afrika dan Eropa.[10]
            Peradaban Islam di Turki Usmani mengalami kemajuan antara lain dibidang kemiliteran dan pemerintahan, di mana militer dan pemerintaha Turki sangat kuat. Dalam segi budaya, sastra dan arsitek bangunan sangat berhasil. Dalam bidang keagamaan, suasana keagamaan Islam juga cukup berhasil dengan baik. Adapun dalam bidang ilmu pengetahuan. Turki Usmani tidak mengalami kemajuan yang berarti. Turki Usmani yang pernah berjaya sebagai khalifah terakhir dalam dunia Islam, akhirnya mengalami masa kemunduran kerana beberapa faktor yang melatar belakanginya. Walaupun demikian, kebesaran yang pernah dialami oleh Dinasti Usmani telah membawa pengaruh yang sangat besar dalam dunia peradaban khususnya dunia peradaban Islam.





















DAFTAR ISI


Tohir, Ajil. 2009. Perkembangan Peradaban di Kawasan Islam: Melacak Akar-akar Sejarah Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam. Jakarta: Raja Wali Pers.[11]

Yatim. Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Rajawali Pers.

Karim. M. Abdul. 2009. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Munir. Samsul. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

http//: www. Sejarah masuknyaturki.com





[1] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009), h. 310.
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers,2010), h. 129
[3] Ajil Tohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Islam: Melacak Akar-akar Sejarah Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam. (Jakarta: Raja Wali Pers, 2009), h. 181.
[4] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 211.
[5] Ibid. Badri Yatim. H. 135.
[6] Ibid.
[7] Samsul Munir , Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2010), h. 202.
[8]  Ibid. Ajil Tohir, h. 187.
[9]  Ibid. h. 188.
[10]  http//: www. Sejarah masuknyaturki,com
[11]  tata cara penulisan daftar pustaka mengambil refensi dari Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab, (Palembang, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar