TURKI USMANI
Disusun
Oleh:
SUHERNI
NIM: 10420023
Dosen
Pembimbing
PADILA,
M. Hum
SEJARAH KEBUDYAAN ISLAM
FAKULTAS
ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2012
PENDAHULUAN
Sejak zaman dahulu di sebelah barat gurun pasir Gobi terdapat suku yang bernama Turki, mereka
hidup secara modern. Pada saat perkembangan periode Islam mereka dikalahkan
oleh bangsa Tar-tar, mereka pindah be Barat sampai tepi laut tengah (kini
dikenal dengan sebutan Anatolia ), yang sebelah
selatannya terdapat bangsa Arab. Mereka bersentuhan dengan orang Arab yang
telah beragama Islam. Dengan komunikasi tersebut mereka mulai banyak yang
memeluk agama Islam. Bangsa Turki tersebut rajin dan ahli perang, pintar
berdiplomasi dan akhirnya dengan waktu yang relative singkat menjadi sebuah
kekuatan politk yang besar. Bangsa Turki terbagi dalam berbagai suku
diantaranya yang terkenal adalah suku Ughul. Suku ini terbagi menjadi 24 sub
suku dalam salah satu sub suku tersebut lahirlah Sultan perama dari Dinasti
Turki Usmani yang bernama Usman. Pada saat bangsa Mongol (sebelum Islam) dan orang Kristen ingin menghapuskan
Islam dari peta bumi bahkan mereka membawa panji Islam sampai ketengah-tengah
daratan Eropa.[1]
Pada abad ke-13 M, saat Jengis Khan
mengusir orang-orang Turki dari Khurasan dan sekitarnya. Kakeknya Usman yang
bernama Sulaiman bersama pengikutnya bermukim di Asia
kecil. Setelah reda serangan Mongol terhadap mereka, Sulaiman menyebrangi
sungai Efrat(dekat Allepo) namun ia tenggelam, empat putera Sulaiman yang
bernama Shunkur, Gundogdur, Al-Thugril, Dun Dar. Dua putranya yang pertama
kembali ketanah aitr mereka, sementar yang dua yang terakhir bermukim didaerah
Asia Kecil. Keduanya akhirnya berhasil mendekati Sultan Saljuk Alaudin di
Angara (kini Angkara), maka Al-Thugril menolongnya dan mengusir dari Mongol,
sebagai balas jasa Alaudin memberikan daerah Iski Shahr dan sekitarnya kepada
Al-Thugil, Al-Thugril mendirikan ibu kota yang bernama Sungut, disanalah lahir
putranya yang pertama yaitu Usman pada tahun 1258 M Al-Thugril meninggal dunia.
Selanjutnya Usman mendeklarasikan dirinya sebagai Sultan, maka itulah berdiri
Dinasti Turki Usmani. Usmani memindahkan ibu kotanya menjadi Yeniy. Pada tahun 1300
M Sltan Alaudin meninggal, maka Usman mengumumkan diri sebagai Sultan yang
berdaulat penuh, ia mengkampanyekan dirinya dengan mencetak mata uang dan
pembacaan khutbah atas nama dirinya. Kekuatan militer yang dimiliki oleh Usman
menjadi benteng pertahanan bagi kerajaan-kerajaan kecil dari serangan Mongol.
Dengan demikian secara tidak langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa
tertinggi.
PEMBAHASAN
A.
PROSES TERBENTUKNYA KERAJAAN TURKI
USMANI
Pendiri kerajaan Turki Usmani adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang
mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Cina.[2]
Kerajaan Turki Usmani berdiri tahun 1281 di Asia Kecil. Pendirinya adalah Usman
Bin Erthogril wilayah kekuasaanya meliputi Asia kecil dan daerah Trace (1354),
kemudian menguasai Selat Dardaneles (1361), Casablanca (1386), kemudian
menaklukan kerajaan Romawi (1453).[3]
Kata Usman di ambil dari kakek mereka yang pertama dan pendiri kerajaan ini,
yaitu Usman bin Ertoghril bin Sulaiman Syah dari suku Qayigh, salah satu cabang
keturunan Oghus Turki. Sulaiman Syah
dengan 1000 pengikutnya mengembara ke Anatolia dan singgah di Azerbaijan,namun
sebelum sampai ke tujuan, ia meninggal dunia dan digantikan oleh putranya yaitu
Erthogril untuk melanjutkan perjalanan sesuai dengan tujuan semula. Sesampainya
di Anatolia mereka diterima oleh pasukan Saljuk, Sultan Alaudin yang sedang
berperang dengan kerajaann Bizantium atau nama khalifah Abasiyah di Bagdat. Di bawah Erthogril mereka mengabdikan diri
kepada Sultan Alaudin untuk melawan Bizantium, atas kehebatan Erthogril dan
dukungan penuh dari anak buahnya, tentara Saljuk mendapat kemenagna dari
Bizantium. Sebagai hadiahnya sang Sultan berkenan memberikan sebidang wilayah
di perbatasan Bizantium kepada Erthogril, serta memberikan wewenangnya untuk
mengadakan ekspedisi. Sepeninggalnya Erthogril, atas persetujuan Sultan
Alaudin, kedudukan Erthogril di gantikan oleh putranya yang bernama Usman, yang
memerintah Turki Usmani antara tahun 1281-1324 M, sedangkan menurut Badri Yatim
Usman memerintah dari tahun 1290-1326 M.
pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Turki Saljuk dan Sultan
Alaudin terbunuh, kerajaan Saljuk Rum kemudian terpecah-pecah dalam beberapa
kerajaan kecil. Dalam kondisi kehancuran Saljuk inilah Usman mengklaim
kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya, sekaligus memproklamasikan berdirinya kerajaan
Turkli Usmani. Kekuatan militer Usman menjadi benteng pertahanan Sultan
Dinasti-dinasti kecil dari ancaman bahaya serangan Mongol. Dengan demikian
secara tidak langsung mereka
mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar “Padiansyah Ali Usman”
Untuk memperkuat posisinya, Turki Usmani harus terus berperang melawan
Bizantium, oleh karena itu, pasukannya terus diperbesar jumlahnya dengan
merekrut pendatang-pendatang baru orang-orang Turkmen dari Timur yang ingin
menjadi Ghazi atau prajurit melawan orang-orang Kristen. Dari Ghazi
inilah Dinasti Usmaniyah mendapat tradisi militer dan semangat yang memberi
jalan baginya untuk berkembang dan maju yang akhirnya merampas semua kesultanan
Turki yang lebih statis.
B.
DAFTAR PENGUASA DINASTI USMANI DI
TURKI[4]
NO
|
TAHUN
PELANTIKAN
|
NAMA-NAMA
PENGUASA
|
1.
|
1281
|
Usman I
(Osman)
|
2.
|
1324
|
Urhan
|
3.
|
1360
|
Murad I
|
4.
|
1389
|
Bayazid I
|
5.
|
1402
|
Masa peralihan
kekuasaan
|
6.
|
1413
|
Muhammad I
|
7.
|
1421
|
Murad II
|
8.
|
1444
|
Muhammad II
(Al-Fatih- Sang Penakluk)
|
9.
|
1446
|
Murad II
|
10.
|
1451
|
Muhammad II
Al-Fatih (masa jabatan ke-20
|
11.
|
1481
|
Bayazid II
|
12.
|
1512
|
Salim I
|
13.
|
1520
|
Sulaiman I
(Al-Qanuni)
|
14.
|
1566
|
Salim II
|
15.
|
1574
|
Murad II
|
16.
|
1594
|
Muhammad II
|
17.
|
1603
|
Ahmad I
|
18.
|
1617
|
Mustafa I
(masa jabatan ke- 1)
|
19.
|
1618
|
Us,an II
|
20.
|
1622
|
Mustafa I
(masa jabatan ke -2)
|
21.
|
1623
|
Murad IV
|
22.
|
1640
|
Ibrahim
|
23.
|
1648
|
Muhammad IV
|
24.
|
1674
|
Sulaiman II
|
25.
|
1691
|
Ahmad II
|
26.
|
1695
|
Mustafa II
|
27.
|
1703
|
Ahmad III
|
28.
|
1730
|
Mahmud I
|
29.
|
1754
|
Usman III
|
30.
|
1757
|
Mustafa III
|
31.
|
1774
|
Abdul Hamid I
|
32.
|
1789
|
Salim III
|
33.
|
1807
|
Mustafa IV
|
34.
|
1808
|
Mahmud II
|
35.
|
1839
|
Abdul Majid I
|
36.
|
1861
|
Abdul Aziz
|
37.
|
1876
|
Murad V
|
38.
|
1876
|
Abdul Hamid II
|
39.
|
1909
|
Muhammad V
(Al-Rasyid)
|
40.
|
1918
|
Muhammad VI
(Wahid ad-Din)
|
41.
|
1922-1924
|
Abdul Majid II
(hanya sebagai khalifah)
|
C. PERKEMBANGAN DAN KEMAJUAN PERADABAN
1.
Bidang Militer dan Perluasan
Wilayah
Pecahnya
perang dengan Bizantium misalnya mengilhami khalifah Orkhan untuk mendirikan pusat
pendidikan dan pelatihan militer sehingga terbentuklah sebuah kesatuan militer
yang di sebut Yeniseri atau Inkisariyah. Kebijakan kemiliteran
ini lebih dikembangkan oleh pengganti Orkhan, yaitu murad dengan membentuk
sejumlah kops atau cabang-cabang Yeniseri. Seluruh pasukan militer dididik dan
dilatih dalam sasaran militer dengan pembekalan semangat perjuangan Islam.
Kekuatan militer Yenisari ini berhasil mengubah Negara Utsman yang baru lahir
menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan sangat besar bagi
penaklukan negeri-negeri non muslim. Selain itu juga terdapat tentara yang
bernama militer Thaujiah, kelompok militer ini dikirim kepada pemerintah
pusat. Sepeninggalnya Orkhan tampuk kepemimpinan dipegang oleh anaknya yaitu
Sultan Murad.4 Murad segera melanjutkan cita-cita ayahnya dengan
menguasai Andriannopel pada tahun 1365, kemudian dengan berturut-turut disusul
jatuhnya kota Macedonia, Bulgaria dan Serbia ke tangan Murad.
Dari
antara 41 penguasa yang memimpin Turki Ustmani, Sultan Muhammad II pantas
menyandang gelar Al-fatih (sang penakluk) atas keberhasilannya
menaklukkan kekuatan terakhir imperium Romawi Timur yang berpusat di kota
Konstantinopel. Setelah berlangsungnya pengepungan selama 53 hari,
Konstantinopel jatuh ke tangan kekuasaan Sultan Muhammad II pada tahun 1453.
pertahanan istana hancur dan sang kaisar terbunuh bersama sejumlah pasukannya.
Muhammad Al-fatih kemudian melanjutkan penaklukkan ke semenanjung Maura,
Serbia, Albania sampai keperbatasan Bundukia. Sebagai ibu kota kerajaan,
Konstantinopel mendapatka perhatian serius dari Muhammad Al-fatih. Pembangunan
dalam berbagai bidang terus diupayakan. Kekayaan yang dimiliki baik dalam
bidang perdagangan maupun keahlian telah membantu kemakmuran ibu kota Konstantinopel.
Disamping itu, Muhammad II juga mengerahkan pada penduduk dari negeri-negeri taklukannya
untuk melakukan perniagaan atas Konstantinopel sehingga kota ini menjadi pusat perdagangan
diperlintasan Asia dan Eropa. Peningggalan penting pemerintahan Al-Fatih adalah
diubahnya Gereja St. Shopia menjadi Masjid dengan nama Aya Shopia sebagai
lambing kemenangan orang Islam di kota Konstantinopel. Masjid ini dengan struktur Islam dan diperindah dan
dihiasi sedemikian rupa sehingga menjadi salah satu masjid yang terindah di
dunia. Pada dimding da tiangnya dihiasai dengan Kaligrafi Al-Quran yang
tertulis dengan tinta emas yang sangat mengagumkan.
2. Bidang Pemerintahan
Dalam
bidang pemerintahan, Sultan adalah penguasa tertinggi. Pelantikan Sultan
mengikuti system feodal. Pada mulanya Sultan-sultan ini terdiri dari Amir-amir
yang menjadi tuan tanah pada Kerajaan Saljuk yang berpusat di Konya. Orkhan
adalah salah seorang dari Amir-amir itu yang kemudian memproklamasikan dirinya
sebagai seorang Sultan. Setelah itu, Bayazid I juga bergel;ar dengan Sultan
Ar-Rum, pemimpin agama Islam. Murad II misalnya telah menggunakan gelar Sultan
Al-Barrain( Sultan-sultan di dua Benua dan Lautan). Demikian juga Murad I
mengelari dirinya dengan Khalifah Allah di bumi setelah berhasil
menaklukan Andrianopel.
Keberhasilan
di bidang kemiliteran dibarengi pula dengan terciptannya jaringan yang teratur.
Dalam mengelola wilayah yang luas Sultan-sultan Turki Usmani senantiasa
bertindak tegas. Dalam struktur pemeritahan, sultan sebagai penguasa tertinggi
dibantu oleh perdana menteri, yang membawahi Gubernur. Gubernur mengepalai
daerah tingkat I di bawah terdapat
beberapa orang al-Zanaiq atau Bupati.[5]
Untuk mengatur urusan pemerintahan, di masa Sultan Sulaimana I, disusun sebuah
kitab undang-undang. Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur, yang menjadi
pegangan hokum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad
ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman I
yang amat berharga ini, di ujung namanya
ditambah gelar Al-Qanonuni. [6]
3. Bidang Ilmu Pengetahuan
Peradabana Turki Usmani merupakan
perpaduan bermacam-macam peradaban, diantaranya adalah peradaban Persia,
Bizantium dan Arab. Dari peradaban Persia mereka banyak mengambil ajaran-ajaran
tentang etika dan tata karma dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan
dan kemiliteran banyak mereka serap di Bizantium. Sedangkan ajaran tentang
prinsip-prinsip ekonomi, social dan kemasyarakatan dan keilmuan mereka terima
dari orang-orang Turki Usmani yang dikenal sebagai bangsa yang senang dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima budaya dari
luar.[7] yang
berdarah kemiliteran. Turki Usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka
dalam bidang kemiliteran, sementara
dalam bidang ilmu pengetahuan mereka tampak tidak begitu menonjol, karena
itulah dalam khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuan terkemuka
dari Turki Usmani.
4.
Bidang Agama
Kehidupan keagamaan merupakan bagian dari sistem sosial dan politik Turki
Usmani. Ulama mempunyai kedudukan tinggi dalam kehidupan negara dan masyarakat.
Mufti ak dapat berjalan. Pada masa ini kehidupan tarekat berkembang pesat.
Al-Bektesi dan Al-Maulawi merupakan dua ajaran tarekat yang paling besar.
Al-Bektesi merupakan tarekat yang sangat
berpengaruh terhadap tentara Yeniseri,sedangkan Al-Maulawi berpengaruh
besar di kalangan penguasa sebagai imbalan dari kelompok Yeniseri Bektesi.[8]
5.
Sastra dan Bahasa
Munculnya pada saat ini sastrawan-sasrawan dengan hasil karya-karyanya
setelah menamatkan studi di luar negeri. Diantaranya Ibrahim Shinesi pendiri
Surat Kabar Tasviri Efkyar. Diantara karya yang dihasilkan adalah the Poets Wedding (komedi). Salah
seorang pengikutnya adalah Namik Kemal dengan karyanya Fatherland atau Silistria.
Disamping itu, terdapat Ahmad Midhat dengan Entertaining
Tales dan Mehmed Taufiq dengan Year
In Istambul.
D.
FAKTOR-FAKTOR KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN
1.
Faktor-faktor Kemajuan
Terdapat beberapa faktor yang mendorong kemajuan Turki Usmani, diantaranya
adalah sebagai berikut:[9]
a. Adanya sistem pemberian
hadiah tanah kepada tentara yang berjasa
menyebabkan mereka hidup berkecukupan dan mempunyai kedudukan tinggi
dimasyarakat.
b. Tidak adanya Diskriminasi
dari pihak penguasa sehingga orang yang mempunyai kedudukan tinggi tidak
terbatas pada satu kelompok atau keturunan Sultan saja.
c. Kepengurusan
organisasi yang cakap
d. Pihak Turki
memberikan perlakuan baik terhadap saudara-saudara baru dan memberikan kepada
mereka hak rakyat secara penuh baik dalam kehidupan beragama maupun
bermasyarakat sehingga mereka menaruh simpati dan akhirnya banyak yang memeluk
agama Islam.
e. Turki telah
menggunakan tenaga-tenaga yang profesional dan terampil khusus dalam bidang
administrasi pemerintahan
f. Kedudukan sosial
orang-orang Turki telah menarik minat penduduk negeri-negeri Balkan untuk
memeluk agama Islam.
g. Rakyat yang memeluk
agama Kristen hanya dibebani biaya perlindungan Jizyah yang relatif murah
dibandingkan dengan pada masa pemerintahan Bizantium.
h. Semua penduduk
mendapatkan kebebasan untuk menjalankan agama sesuai dengan kepercayaan
masing-masing.
i.
Karena Turki Usmani tidak fanatik agama,
wilayah-wilayah Turki menjadi tempat perlindungan orang-orang Yahudi dari
serangan kerajaan-kerajaan Kristen di Spanyol dan Portugis pada abad XVI.
2.
Faktor-faktor Keruntuhan
a.
Faktor Internal
1)
Wilayah
kekuasaan yang sangat luas
Administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang sangat luas wilayahnya,
sangat rumit dan komplek, sementara administrasi pemerintahan kerajaan Turki
Usmani tidak beres
2)
Heterogen penduduk
3)
Kelemahan para penguasa, sepeninggalnya Sulaiman
Al-Qanuni, kerajaan Usmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah baik dalam
kepribadian terutama dalam kepemimpinan
4)
Kehidupan istimewa yang bermegahan
5)
Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan
yang pada sebagian besar peperangan Turki mengalami kekalahan, di satu sisi
negara mengalami defisit, sementara di sisi lain uang negara
dihambur-hamburkan.
b.
Faktor Eksternal
1)
Timbulnya gerakan nasionalisme
2)
Terjadinya kemajuan teknologi di Barat, khususnya
dalam bidang persenjataan
3)
Pemberontakan tentara Yeniseri, kemajuan ekspansi
kerajaan Usmani banyak ditentukan oleh kuatnya tentara Yeniseri. Dengan
demikian dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak.
Pemberontakan Yeniseri terjadi sebanyak empat kali, yaitu tahun 1525 M, 1632 M,
1727 M dan 1826 M.
KESIMPULAN
Dinasti
Usmani di Turki merupakan kerajaan Islam yang berkuasa cukup lama hampir 7 abad
lamanya (1290-1924 M) dan merupakan kerajaan besar. Kerajaan Usmani di dirikan
oleh Usmani I putra Ertogul bangsa Turki dari kabilah Oghus yang mula-mula
mendiami daerah Mogol dan daerah Utara Cina. Dinasti Turki Usmani mengalami
kemajuan dalam berbagai bidang, terutama dalam ekspansi atau perluasan agama
Islam. Sebagai bangsa yang terkenal dengan militer yang kuat, wilayah
kekuasaannya meliputi tiga benua, Asia, Afrika dan Eropa.[10]
Peradaban
Islam di Turki Usmani mengalami kemajuan antara lain dibidang kemiliteran dan
pemerintahan, di mana militer dan pemerintaha Turki sangat kuat. Dalam segi
budaya, sastra dan arsitek bangunan sangat berhasil. Dalam bidang keagamaan,
suasana keagamaan Islam juga cukup berhasil dengan baik. Adapun dalam bidang
ilmu pengetahuan. Turki Usmani tidak mengalami kemajuan yang berarti. Turki
Usmani yang pernah berjaya sebagai khalifah terakhir dalam dunia Islam,
akhirnya mengalami masa kemunduran kerana beberapa faktor yang melatar
belakanginya. Walaupun demikian, kebesaran yang pernah dialami oleh Dinasti
Usmani telah membawa pengaruh yang sangat besar dalam dunia peradaban khususnya
dunia peradaban Islam.
DAFTAR ISI
Tohir, Ajil. 2009. Perkembangan Peradaban di Kawasan Islam: Melacak
Akar-akar Sejarah Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam. Jakarta: Raja
Wali Pers.[11]
Yatim. Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam Dirasah
Islamiyah II. Jakarta:
Rajawali Pers.
Karim. M. Abdul. 2009. Sejarah Pemikiran dan
Peradaban Islam. Yogyakarta:
Pustaka Book Publisher.
Munir. Samsul. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
http//:
www. Sejarah masuknyaturki.com
[1] M. Abdul Karim, Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009),
h. 310.
[2]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta : Rajawali
Pers,2010), h. 129
[3]
Ajil Tohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Islam: Melacak Akar-akar
Sejarah Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam. (Jakarta : Raja Wali Pers, 2009), h. 181.
[4]
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 211.
[5]
Ibid. Badri Yatim. H. 135.
[6]
Ibid.
[8] Ibid. Ajil Tohir, h. 187.
[9] Ibid. h. 188.
[10] http//: www. Sejarah masuknyaturki,com
[11] tata cara penulisan daftar pustaka mengambil
refensi dari Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Adab, (Palembang, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar