Perkembangan
Islam di Turki Modern
Disusun Oleh:
Fitri Aprillia (10420009)
Dosen
Pembimbing:
Padila, S.S, M.Hum
FAKULTAS ADAB
& HUMANIORA
JURUSAN
SEJARAH
KEBUDAYAAN
ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2013
PENDAHULUAN
Orang-orang
Turki merasa lekat dengan agama yang mereka anut semenjak berabad-abad lampau,
mereka bahkan marah kalau dikatakan bukan orang Islam. Sudah dipastikan agama
Islam sebagai sesuatu yang sudah berakar di Turki sulit untuk dipengaruhi
dengan ide-ide Barat. Ini tidak mengherankan. Karena rakyat Turki merasa punya
keterikatan yang kental dengan Islam. Setelah tahun 1940 semua aktifitas
keislaman dihidupkan kembali oleh mereka. Imam-imam Tentara pun sudah
diaktifkan lagi di dalam Angkatan Bersenjata Turki. Tahun 1949 pendidikan agama
yang tadinya dihapus dalam lembaga pendidikan Turki pun dihidupkan kembali,
bahkan dijadikan mata pelajaran wajib disekolah. Mulai tahun 1950 orang Turki
yang tadinya dilarang menunaikan ibadah haji dengan alasan pemborosan ekonomi,
diperbolehkan lagi. Lembaga penerbitan Islam juga sudah kembali menyiarkan
ide-ide tentang Islam[1].
Para buruh tani, petani yang tadinya takut mengikuti ajaran Tarikat, kini mulai
berani. Bidang politik Islam yang tadinya dibubarkan dan dimusuhi oleh penguasa
pembaru juga mulai memainkan peranan.
Sejumlah tokoh yang walaupun tidak
terlalu anti dengan ide pembaruan, namun sangat berkompeten untuk menegakkan
citra Islam mencoba membangun kembali kekuatan Islam yang sungguh berbeda dari
sebelumnya. Secara, kehidupan bernegara, Konstitusi Turki tahun 1961 yang
berlaku sekarang ini, mengatur agama baik dalam teksnya sendiri maupun dalam
rujukannya kepada serangkaian hukum organis. Pada intinya telah memberikan
peluang baru bagi Islam sebagai ajaran moral yang mengikat dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara di luar dari momentum konstitusi tersebut, yang
tentu saja mempunyai hakikat pembebasan atas pemberlakuan Islam sebagai pilihan
masyarakat.
Kondisi Turki dewasa ini hanya
meninggalkan warisan sejarah tentang upaya modernisme yang dijiwai oleh
sekulerisasi, namun sekulerisasi itu sendiri boleh dikatakan kurang berhasil
sepenuhnya.[2] Keadaan sosial sendiri
merupakan suatu konsep yang memang sangat kuat bagi rakyat Turki yang Islam
masih mendambakan dewi keberuntungan tersebut, dan mengenai keadilan sosial itu
hanya bisa ditumpukan harapannya kepada jalur-jalur nilai Islam.
PEMBAHASAN
A.
Turki Modern
1. Sejarah Politik Negara Istambul Turki
Para
ahli sejarah kuno menduga, bahwa bangsa Hittiti-lah yang pertama menempati
wilayah Turki sekarang. Pada awal-awal tahun Masehi, ia dinamakan Bizantium
dibawah kekuasaan Romawi yang berkuasa di kawasan ini selama lebih dari empat
abad. Dari tangan Romawi kemudian orang-orang Barbar merebutnya dan memindahkan
ibukota kerajaan dari Roma ke Konstantinopel (Ibukota Turki Sekarang). Pada
abad ke-12 M umat islam dibawah bimbingan dinasti Abbasiyah dengan kekuatan orang-orang Turki di bawah komando
Erthogrul dan anaknya bernama Otsman, akhirnya dapat merebut wilayah ini,
sekaligus dinasti Abbasiyah memercayakan dan menghadiahkan pemerintahannya
kepada mereka. Pada abad ke-13 M berdirilah dinasti Utsmaniyah, dan akhirnya
oleh mereka ibukota kerajaan dinamakan Istanbul. Dulu wilayah kekuasaannya
paling luas di antara tiga kerajaan besar (Syafawi, Mughol, dan Utsmaniyah saat
itu), meliputi tiga benua yakni jazirah Arabia, Balkan, Hungaria hingga kawasan
Afrika Utara.[3]
Dinasti
Utsmaniyah merupakan salah satu dinasti pemerintahan Islam yang paling lama
berkuasa hingga zaman modern. Kekuasaannya meliputi tiga benua Asia, Afrika,
dan Eropa. Pemerintahannya memiliki kekuatan tentara yang mampu bersaing dalam
beberapa pertempuran dalam Perang Dunia di Lautan Mediterania dan ikut
berkoalisis dengan beberapa negara Eropa Modern seperti Jerman dan Itali.
Beberapa puluh sultan ikut memerintah dari keluarga besar pewaris kesultanan.
Akan tetapi, sejak Perang Dunia I Turki akibat banyak terlibat dalam peperangan
negara ini banyak terkuras dalam energi ekonomi, termasuk wilayah-wilayah kekuasaannya
banyak yang merdeka. Apalagi benyak sultan-sultan Utsmaniyah belakangan banyak
memiliki kelemahan. Maka sejak tahun 1925 M Turki diubah menjadi negara
sekuler, dengan menghilangkan sistem kekhalifahan ataupun kesultanan di bawah
pimpinan Mustofa Kemal Attaturk. Sultan yang sedang berkuasa di lengserkan dan
diganti dengan tokoh muda Turki Attaturk. Tahun 1950 untuk pertama kalinya
Turki melakukan pemilu, Partai Republik bentukan Kemal Attaturk dikalahkan oleh
Demokrat. Tahun 1961 Partai Republik berkuasa kembali, namun didominasi oleh
Partai Motherland.[4]
2. Batas-batas Wilayah
Negara
Turki sekarang merupakan negara yang berada di dua benua; Eropa dan Asia,
dengan luas 780.580 km2 dan 95 %-nya berada di Asia. Sejak tahun 1923 M, batas-batas negara Turki
sebelah utara sampai Laut Hitam, sebelah selatan sampai Syiria dan Laut Tengah,
sebelah Barat Laut Aegea dan Iran serta Rusia di sebelah Timur. Ibukota
pemerintahan bernama Ankara. Sebelum runtuhnya sistem kesultanan Utsmaniyah,
geopolitik Turki mencakup dan meliputi area wilayah yang sangat luas. Sejak
munculnya imperialisme Eropa seluruh wilayah Turki yang meliputi
kawasan-kawasan Afrika Utara, Asia Barat termasuk sebagian Eropa Timur sedikit
demi sedikit mulai dilepaskan. Kekuatan Eropa terutama Inggris dan Prancis,
memaksa bagian-bagian kawasan Arab untuk dilepaskan oleh Turki, batas-batas
wilayahnya hanya sebagian kecil dari Eropa dan Asia, seperti disebutkan di
atas.
3. Sosial-Budaya dan Potensi Wilayah Turki
Sekarang
Banyak
suku Kurdi berada dikawasan ini, sehingga secara politis sering kali menjadikan
konflik terutama kesalah-pahaman mengenai kebijakan-kebijakan publik. Apalagi
etnik Kurdi termasuk lebih banyak memilih pemahaman Islam yang lebih
konservatif sehingga upaya-upaya untuk menegakkan syariat Islam kembali
senantiasa disikapi secara represif oleh pemerintahan sekuler Turki. Sekalipun
demikian setengah dari 98% penduduk Turki yang beragama Islam terus melanjutkan
upaya ini meskipun sebatas gerakan bawah tanah. Tokoh cendekiawan Harun Yahya yang
muncul pada Tahun 2000 ini, salah satu di antara mereka merupakan fenomena
nyata dalam bentuk-bentuk perlawanan bawah tanah ini, penentang sekulerisme
sains.[5]
Lebih
dari separuh wilayah Turki adalah pegunungan. Sungai Eufrat dan Tigris yang
pernah menjadi pusat peradaban dunia juga melintasi wilayah ini. Sejumlah
potensi sumber daya alam tersedia dalam deposit yang melimpah. Slah satu
produksinya yang terbesar di dunia adalah kromit, lainnya adalah minyak dan gas
bumi serta batu-bara. Dengan bantuan Barat, industri di Turki berkembang pesat,
namun sektor pertaniannya tak ketinggalan dengan tingkat penyerapan tenaga
kerja mencapai 60 %.[6]
- Islam di Turki
Modern
Bangkitnya
Islam kembali di Turki dalam periode Pasca-Kemalis, merupakan suatu fenomena
yang terjadi bersama-sama dengan pengendoran sekulerisme. Pengaruh umum dari
Islam pada masyarakat Turki, setelah tertimpa pengaruh reformasi-reformasi sekular
yang dilakukan di negeri itu. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana
nilai-nilai tradisi Islam masih ada dalam kehidupan nasional rakyat Turki, dan
hubungan Turki dengan Negara-negara Muslim. Semua usaha untuk melakukan
reformasi dalam bidang agama di Turki kurang lebih telah gagal. Setelah coup d’etat tentara pada tanggal 27 Mei
1960, tuntutan rakyat untuk terjemahan autentik Al-Qur’an ke dalam bahasa Turki
disuarakan kembali. Kelompok agama tidak begitu menaruh perhatian pada tuntutan
itu, sekalipun beberapa surat kabar Turki menerbitkan pertanyaan-pertanyaan
tentang itu untuk menarik pandangan umum. Salah satu tuntutan jawaban terhadap
pertanyaan itu adalah tentang shalat yang harus dilakukan dalam bahasa Turki.
Mantan Direktur Urusan Agama, Omer Nasuhi Bilmen berkata dalam suatu statemen
kepada pers, bahwa menurut prinsip-prinsip syari’ah,
melakukan shalat dalam bahsa Turki tidak dibolehkan. Pemerintah mengambil sikap
yang netral terhadap perbedaan pendapat ini, dan masalah itu berakhir dalam
keadaan tidak menentu.
Kebangkitan
Islam kembali di Turki pada tahun-tahun akhir ini telah menarik perhatian beberapa
pengamat Barat. Sementara dari mereka melahirkan ketakutan bahwa hal itu akan
membawa kebangkitan fanatisme. Jika hal yang sedemikian itu berkembang, maka
hal itu akan berakibat menghapus banyak kerja yang telah dilaksanakan oleh
pembaru-pembaru Turki lebih dari satu Abad lalu. Pendapat-pendapat yang semacam
ini didasarkan kepada pandangan dangkal terhadap situasi menyeluruh.
Kebangkitan kembali Islam menunjukan perhatian yang murni diantara kelas yang
terdidik dari rakyat Turki dalam mempelajari Islam. Harus diingat bahwa
sentimen nasional ini, yang begitu kuat di Turki, sebagian besar juga bercampur
dengan sentiment Islam. Sebagaimana disebutkan diatas. Rupanya hal itu
merupakan tanggapan nasional dari rakyat Turki terhadap dorongan nasional yang
kuat terhadap agama. Adalah merupakan bukti yang jelas, bahwa sekularisme telah
gagal untuk memenuhi tuntutan-tuntutan sosial dan kultural.[7]
Secara politis negara Turki telah mempunyai pandangan bahwa Turki adalah
anggota dari peradaban Barat. Dalam hal loyalitas kultural, rakyat Turki terus
mempertahankan identifikasi mereka dengan Islam.
Orang-orang
Turki dari Anatolia adalah rakyat Turki yang paling mem-Barat. Karena lamanya
hubungan dengan negeri-negeri Eropa Barat, kondisi kehidupan mereka adalah
berbeda dari kondisi bangsa lain di Timur Tengah. Mereka adalah pioner di antara rakyat-rakyat dari
wilayah ini, dalam menegakan institusi-institusi demokratis. Sekalipun adanya
pengaruh-pengaruh dari Barat, namun mereka tetap memelihara sementara
cirri-ciri lama yang berupa keberanian, disiplin, setia kepada keluarga dan
tanah air. Kenyataan bahwa mereka merupakan bangsa terkemuka dalam dunia Islam
berabad-abad lamanya menerangkan, sebagian besar, pengaruh Islam yang begitu
kuat terhadap tradisi-tradisi kebudayaan mereka.
Sistem
keluarga Turki sebagian besar masih didasarkan kepada tipe-tipe ikatan lama dan
otoritas paternal, terutama di
desa-desa di mana hampir 75% dari semua penduduk Turki hidup. Diantara rakyat
yang terdidik, yang hidup di kota-kota besar kecenderungan kearah keluarga
kecil adalah cukup jelas. Karena adanya ongkos hidup yang tinggi di
daerah-daerah kota, maka setiap anggota yang sudah dewasa dari keluarga Turki
berusaha melakukan perdagangan atau bekerja sesuai keahliannya, supaya dapat
membantu penghasilan keluarga. Sekalipun adanya perubahan-perubahan itu,
otoritas orang tua terhadap anak-anaknya termasuk anak-anaknya yang sudah
besar, baik pemuda maupun gadis tetap dirasakan. Wanita-wanita yang belum
menikah hidup bersama orang tua mereka selagi mereka belajar dan bekerja, untuk
menambah penghasilan keluarga. Mereka dengan ketat dibawah kekuasaan orang tua
mereka. Dalam pertemuan mereka dengan kenalan laki-laki, sistem pendamping
biasanya masih dilakukan. Menyimpang dari kebiasaan-kebiasaan ini adalah sangat
langka. Pengawasan orang tua yang semacam ini terhadap anak laki-laki dan
perempuan yang sudah mulai besar tidak kelihatan dalam pengamatan orang-orang
asing. Persetujuan orang tua terhadap calon menantu, laki-laki atau perempuan,
dianggap sangat pokok bagi kelangsungan perkawinan. Tipe pergaulan ala Barat
sebelum perkawinan belum berkembang di Turki, sekalipun wanita-wanita Turki
yang berpendidikan memperoleh kebebasan dalam memilih suami mereka.
- Perkembangan Islam
di Turki Modern
Banyak
orang muda laki-laki maupun perempuan, terus-menerus pindah ke kota, untuk
bekerja, pendidikan, atau latihan kerja. Sekalipun adanya perkembangan yang
semacam ini, tradisi Islam dari Keluarga Turki tetap dipertahankan. Bahkan
industrialisasi di daerah-daerah pedesaan menambah jumlah wanita yang memakai
cadar, karena mereka berpendapat harus menutup muka mereka dihadapan
orang-orang asing.
Pentingnya
pendidikan Islam bagi anak-anak Turki ditekankan diantara segenap lapisan
masyarakat pada tahun-tahun akhir ini. Surat kabar-surat kabar harian dan
berkala Turki menerbitkan banyak artikel tentang keharusan pendidikan Islam bagi
pemuda-pemudi. Semangat orang-orang
Turki modern untuk menjadi suatu bangsa yang modern dan demokratis, selalu
disertai dengan kesadarannya yang mendalam tentang watak dan ideal ke-Turkian
dan keislaman.[8] Pendidikan agama mulai
diadakan atas dasar pilihan oleh rezim Republik di bawah tekanan opini rakyat.
Pada waktu Partai Demokrat memegang kekuasaan pada bulai Mei 1950, rezim baru
itu memperkenalkan pendidikan agama secara wajib, dan mengambil
tindakan-tindakan yang diperlukan untuk pelaksanaan kebijaksanaan itu.
Tuntutan
untuk pendidikan Islam yang lebih tinggi makin meningkat sejak tahun 1950.
Selain daripada 26 sekolah untuk mencetak imam dan khatib, Fakultas Ketuhanan
di Universitas Ankara, Institut Riset Islam di Universitas di Istanbul, tiga
buah Institut Studi Islam Tinggi telah bekerja di Istanbul, Konya, dan Izmir.
Beberapa rencana untuk peningkatan jumlah imam dan khatib telah disiapkan oleh
pemerintah Turki sejak tahun 1960. Sementara mahasiswa dari sekolah-sekolah
imam dan khatib telah pergi ke luar untuk pendidikan yang lebih tinggi pada tahun-tahun
akhir ini. Ini merupakan suatu arah yang sehat yang menujukan dorongan kuat dari
rakyat dan pemerintah Turki untuk mempertahankan tingkatan yang tinggi dari
studi Islam. Bersama-sama dengan sains dan seni modern.
Ketaatan
orang-orang Turki untuk melakukan shalat, berpuasa, dan membangun masjid-masjid
yang indah adalah sangat terkenal.[9]
Orang Muslim dari luar negeri yang datang ke Turki akan sangat terkesan oleh
disiplin dan tertib yang dilakukan oleh
orang-orang Muslim Turki di dalam masjid-masjid mereka. Kedatangan orang-orang
muslim ke masjid di kota-kota dan juga desa-desa adalah peristiwa biasa. Adzan
dikumandangkan dalam bahasa Arab sejak tahun 1950, dan salat juga dilakukan
dalam bahasa Arab seperti biasanya. Pembacaan Al-Qur’an oleh imam biasanya
indah sekali, dan suaranya merdu.
Sa’di
seorang penyair masyhur dari Persia dalam salah satu dari syairnya menyatakan
bahwa orang-orang Turki itu diberi rahmat dengan keindahan pada permulaan
penciptaannya.[10] Tetapi Allah memberikan
banyak sifat baik kepada bangsa Turki, yang berupa kecerdasan otak dan watak
yang baik, seperti keberanian, simpati yang mendalam terhadap sesama manusia,
termasuk musuhnya, sabar dalam menghadapi kesulitan, jujur dalam tujuan, ikhlas
dalam kata-katanya dan perbuatan, cinta yang mendasar terhadap keluarga dan
bangsa, dan dorongan kuat untuk memegang pimpinan dalam setiap lapangan hidup.
Adalah sifat-sifat ini yang memungkinkan bangsa Turki untuk mempertahankan
kedudukan mereka sebagai pemegang bendera Islam selama seribu tahun lamanya.
Perkembangan-perkembangan ini merupakan manifestasi dari ikatan-ikatan persaudaraan
Islam yang ada antara bangsa Turki dengan bangsa-bangsa seagama di
bagian-bagian lain dunia ini. Bangkitnya negeri-negeri Muslim yang merdeka di
Timur Tengah, Afrika Utara, Asia Tenggara, dan Timur Jauh telah memperkuat
kemungkinan kerjasama kebudayaan, ekonomi, dan politik, di antara negeri-negeri
itu dengan Turki. Kebudayaan Turki mempunyai beberapa persamaan dengan
kebudayaan Barat, hal ini disebabkan faktor-faktor sejarah dan geografis. Orang-orang Turki dari Anatolia telah menjadi
penguasa dan pelindung ujung Barat dari dunia Muslim berabad-abad lamanya.
Mereka memerintah wilayah yang luas dari Eropa Timur dalam jangka waktu yang
lama.
Seni
impresionis modern telah diambil oleh seniman-seniman Turki sejak gerakan
sekularisme Republik Turki, melukis dan mematung diajarkan di sekolah-sekolah
Turki. Seni Turki kuno dalam beberapa hal masih tetap dipelihara dalam
alat-alat porselin, yang berisi lukisan-lukisan yang indah dan menarik,
termasuk kaligrafi Arab yang sangat indah. Ahli-ahli kaligrafi Turki adalah
mashyur dalam sejarah kebudayaan Islam, karena sempurnanya teknik dan indahnya
gaya mereka. Masjid-masjid Turki, perpustakaan dan museum telah menyimpan
beberapa contoh yang sangat indah dari kaligrafi Turki dalam bentuk buku,
monogram, dekrit sultan, dan inskripsi.
Dikatakan bahwa al-Qur’an itu
diturunkan di bumi Hijaz, dibaca di Mesir, ditulis di Turki. Adalah betul bahwa
cara orang-orang Mesir membaca Al-Qur’an telah memperoleh kehormatan yang
tinggi diseluruh dunia Islam, dan mushaf al-Qur’an yang paling baik adalah
ditulis oleh penulis-penulis Turki, dan umat Islam yang paling terkenal dengan
sopan-santunnya dan kegiatan melakukan ibadahnya adalah umat Islam Indonesia.
Peninggalan-peninggalan tulisan mereka masih tersimpan di museum-museum dan
perpustakaan-perpustakaan di Turki. Mushaf
Utsmani, mushaf al-Qur’an yang ditulis oleh kaligrafis Turki yang sangat
termasyhur, menjadi sangat populer di seluruh dunia Islam. Pemerintah Turki
selalu menaruh perhatian dalam mencetak mushaf al-Qur’an, dengan maksud untuk
memelihara keshahihannya.
Kecintaan orang-orang Muslim Turki
pada kaligrafi tetap masih hidup hingga dewasa ini, sekalipun adanya penggunaan
tulisanLatin secara resmi. Monogram dan inskripsi Arab dipergunakan sebagai
hiasan di rumah orang-orang Turki, toko, dan masjid-masjid mereka. Industri
kerajinan tangan dari alat-alat yang dibuat dari porselin merupakan alat yang
ampuh untuk memelihara dan memamerkan tulisan Arab. Sebagian besar dari
orang-orang Turki setengah baya, baik laki-laki maupun perempuan, termasuk
pejabat-pejabat tinggi negara maupun diplomat masih menggunakan tulisan Arab
untuk surat-menyurat pribadi mereka. Dalam arsitektur umum, Turki modern
mengambil bentuk Eropa secarra penuh. Namun, bentuk-bentuk mesjid yang baru
rupa-rupanya merupakan bentuk campuran antara arsitektur tua dan modern.
Musik Turki modern telah mengambil
sistem polyphony dan instrument Barat. Latihan musik Barat diberikan dalam
pelbagai sekolah di Ankara, Istanbul, dan kota-kota lain. Konsevatori Musik Nasional,
Ankara, selalu mempertahankan mutu latihan dan pergelaran yang tinggi. Banyak
penyanyi dan ahli musik Turki memberikan konser di ibukota-ibukota Eropa.
Penghargaan terhadap musik Turki modern terbatas pada minoritsas kecil dari
kelompok elite. Pencipta-pencipta musik Turki telah melahirkan banyak simfoni,
opera, dan musik ringan modern. Musik rakyat Turki adalah sangat popular di
antara semua kelompok masyarakat. Alat-alat musik yang dipergunakan oleh mereka
adalah sama dengan alat-alat yang dipergunakan di Timur Tengah. Alat-alat itu
termasuk rubaab, santur, kemence
(instrument kecil yang pakai senar), davul
(drum) dan zurna (seruling). Sebagian
besar dari nyanyian rakyat berupa epik yang menggambarkan sifat-sifat
keberanian dalam perang-perang kepahlawanan. Disamping itu, tentu terdapat juga
nyanyian-nyanyian cinta dan lirik yang menggambarkan perasaan kemanusiaan yang
paling dalam dari rakyat Turki.
Musik Turki Klasik adalah sangat indah dalam
teknik, kehalusan dan gaya. Menurut Ziya Gokalp musik itu diperkenalkan oleh
al-Farabi yang meminjam dari Bizantium. Musik-musik itu bias dinikmati oleh
orang-orang yang kenal musik Turki dan pencinta-pencinta musik Timur di negeri-negeri
Timur Tengah. Nyanyian-nyanyian dan lagu dari musik Timur Klasik mempunyai
keindahan yang sangat cenderung kepada mistik. Musik mistik berkembang dan
dipopulerkan oleh Syaikh-syaikh tarikat sufi dan Anatolia.
Organisasi-organisasi ini adalah yang paling berjasa dalam penyiaran Islam di
Anatolia dan Negara-negara Muslim lainnya. Mereka mengambil keuntungan yang
penuh dari corak musik yang popular, dan dipergunakan sebagai alat untuk
dakwahnya. Jadi, musik mistik mulai dipergunakan untuk peribadatan bersama.
Bangsa Turki diduga merupakan pioner musik perang di Eropa. Dalam imperium
Osmaniyah, musik tentara yang dinamakan Mehter
biasanya digunakan untuk menyertai angkatan perang di medan peperangan.
Di antara bangsa-bangsa Muslim,
bangsa Turki mempunyai selera tinggi untuk merayakan perayaan-perayaan nasional
mereka dengan keanggunan dan kesyahduan. Dua perayaan yang penting dalam
penanggalan Islam, Idul Fitri dan Idul Adha, masing-masing secara resmi
dirayakan selama tiga hari. Hari Nasional Turki dirayakan pada tanggal 29
Oktober, untuk memperingati berdirinya Republik Turki.[11] Parade-parade
militer yang diadakan pada peristiwa-peristiwa nasional adalah mengesankan dan
penuh dengan warna-warni. Parade-parade itu menggambarkan tradisi kepahlawanan
dan keberanian rakyat Turki. Tidak ada parade dianggap lengkap, kecuali dengan barisan kuda dan joki-jokinya.
Adalah menjadi kepercayaan umum di kalangan bangsa Turki, bahwa kemenangan
mereka di medan pertempuran adalah berkat ikut sertanya barisan kuda-kuda
pilihan dan penunggang-penunggangnya yang cekatan. Oleh karena itu, kuda dianggap
membawa berkah. Kuda Turki dianggap kuda yang paling baik di dunia.
Kantor-kantor pemerintah dan
organisasi-organisasi sosial swasta menaruh perhatian dalam melakukan program-program
kesejahteraan sosial, untuk meningkatkan kedudukan sosial wanita-wanita Turki. Kizilay (Bulan Sabit Merah) padanan dari
Palang Merah memberikan segala macam bantuan kepada fakir-miskin dan
orang-orang yang memerlukan, terutama para korban malapetaka dan bencana
nasional. Ia juga mengatur keberangkatan jamaah haji ke Mekah. Dalam beberapa
kejadian, organisasi ini juga memberikan bantuan kepada korban banjir dan gempa
bumi di negeri-negeri lain.
Kemajuan Turki dalam bidang sosial,
kebudayaan, ekonomi dan politik pada tahun-tahun belakangan ini menunjukkan
bahwa dari semua negeri di Timur Tengah.[12] Turki
adalah negeri yang paling cocok untuk perkembangan demokrasi. Perkembangan
institusi-institusi demokrasi sedikit demi sedikit tetapi tetap, adalah suatu bukti bahwa di Turki terdapat
pembawaan yang asli di antara rakyatnya untuk mendapatkan tatanan sosial yang
progresif dan demokratis. Sebaliknya, kebangkitan kembali Islam telah menolak
konsepsi yang salah di antara para pengamat Barat, bahwa Islam dan demokrasi
adalah tidak bias berjalan bersama-sama. Memang mungkin juga ada beberapa
kesalahan dalam menerapkan demokrasi di Turki, dari pandangan Barat, tetapi
tidak bisa dipungkiri bahwa arah
perkembangannya adalah menuju kepada system yang lebih baik, yang didasarkan
kepada struktur ekonomi yang mencukupi diri sendiri.[13]
Hari depan Islam di Turki
rupa-rupanya terang. Dalam pembinaan kembali negeri-negeri Muslim, kita dapat
belajar dari Turki, mana perkembangan kebijaksanaan yang dapat dicontoh dan
mana yang tidak.
C. Tempat-Tempat bersejarah di Turki
1. Gedung Blue Mosque (Masjid Biru), yang dibangun Sultan Mohammad (abad
ke-13). Hiasan lampu di seluruh ruangan, aneka keramik dinding biru diselingi
kaligrafi bagai ukiran.[14]
Masjid ini disebut “masjid biru”
karena kubah penutupnya berwarna biru. Bangunan ini berada di Istambul Turki
dan dibangun oleh Sultan Ahmed I pada tahun 1609 dan selesai pada 1612. Sultan
Ahmed membangun Masjid Biru untuk menandingi bangunan Hagia Sopia buatan kaisar
Bizantium yaitu Constantin I, Hagia Sopia berada satu blok dari Masjid Biru.
Hagia Sopia dulunya adalah Gereja Bizantium sebelum jatuh ke daulah Turki
Otoman pada tahun 1453 M . Masjid Biru memiliki 6 menara, diameter kubah 23,5
meter dan tinggi kubah 43 meter, kolom beton berdiameter 5 meter. Masjid ini adalah satu dari dua buah masjid
di Turki yang mempunyai enam menara, yang satu lagi berada di Adana. Kabarnya,
akibat jumlah menara yang sama dengan Masjidil Haram di Mekkah saat itu, Sultan
Ahmad mendapat kritikan tajam sehingga akhirnya beliau menyumbangkan biaya
pembuatan menara ketujuh untuk Masjidil Haram. Yang menarik, sebuah rantai besi
yang berat dipasang di atas pintu gerbang masjid sebelah barat. Di masa lalu,
hanya Sultan yang boleh memasuki halaman masjid dengan mengendarai kuda, dan
rantai ini dipasang agar Sultan menundukkan kepalanya saat melintas masuk agar
tidak terantuk rantai tersebut. Ini dimaksudkan sebagai simbol kerendahan hati
penguasa di hadapan kekuasaan Ilahi.
2. Bangunan Aya Sofia di masa Romawi
adalah sebuah gereja Setelah Constatinopel berpindah ke tangan kerajaan Islam,
maka Sulthan Mehmed (1451-1481) merubah Aya Sofiya menjadi masjid.[15]
- Tokoh-tokoh Islam di Turki
1. Sultan Muhammad Al-Fatih, Sang
Pembuka Istanbul Sejak kecil Ia telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Kostantinopel.
Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam
ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan
cita-cita umat Islam. Ketika naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah
mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menaklukan Konstantinopel.
2. Sultan Sulaiman I atau Sulaiman
Al-Qanuni (6 November 1494–5/6 September 1566) adalah Sultan dan Khalifah Turki
Utsmani. Sultan Sulaiman berhasil menyebarkan Islam hingga ke tanah Balkan di
Eropa meliputi Hongaria, Beograd, Austria, benua Afrika dan Teluk Persia.
Dilahirkan di Trabzon.Di awal usia 7 tahun, ia telah dididik dengan ilmu
kesusasteraan, sains, sejarah, agama dan taktik ketentaraan di Istana Topkapi,
Istanbul .
PENUTUP
Secara
teoritis dan legal, Negara Turki adalah Negara Islam, sekalipun secara de facto adalah sekular. Setelah
kemenangan Partai Demokrat dalam pemilihan umum bulan Mei 1950, pemerintah
Turki menerapkan pendidikan agama wajib di sekolah-sekolah dan memberikan
kebebasan yang lebih luas dalam kehidupan agama kepada rakyat. Kebebasan agama,
memajukan usaha-usaha pribadi, dan hubungan lebih rapat dengan dunia Muslim.
Perubahan-perubahan ini menciptakan kondisis yang mendukung kebangkitan kembali
Islam, dan membawa keaktifan Turki dalam ikut serta menangani masalah-masalah
dunia Muslim. Rezim demokrat memberikan dorongan bagi perkembangan pers Islam
dan dasar geraknya. Islam adalah agama
dari kurang leibih 99% dari rakyat Turki. Makin meningkatnya perhatian kepada
agama menunjukkan bahwa Islam memberikan tanggapan terhadap keperluan rohani
dan moral bagi rakyat Turki. Kesadaran sebagai umat Islam adalah sangat kuat
diantara rakyat Turki. Pola-pola Islam dan Turki tampak menonjol di kebudayaan
Turki, sekalipun pengaruh kebudayaan Barat juga tampak, khususnya dikalangan
terdidik. Bangsa Turki selalu sadar dengan identitas kulturalnya.
Prinsip-prinsip dan tradisi Islam rupa-rupanya merupakan elemen yang tidak bisa
dipisahkan dari kebudayaan Turki. Ini merupakan faktor yang penting dalam
pengembangan hubungan kultural Turki dengan dunia Muslim.
Turki adalah suatu Negara Muslim
modern yang didasarkan kepada prinsip-prinsip demokrasi Barat. Jiwa
nasionalisme Turki tetap merupakan kekuatan yang dinamis lagi stabil yang
mendorong kemajuan Turki Modern. Negeri-negeri Muslim lain sedang melintasi
tahap-tahap peralihan, dan berusaha untuk menegakkan pola-pola pemerintahan
demokrasi mereka sendiri. Bahwa Turki ingin memperkokoh hubungan-hubungan kultural,
ekonomi, dan politik dengan dunia Muslim lainnya sekarang dan pada masa-masa
yang akan datang. Dengan makin tumbuhnya swasembada dalam kehidupan ekonomi dan
industri, adalah patut bahwa Turki akan memainkan peranan penting dalam
masalah-masalah dunia.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmed,
Akbar S, 2002, Rekonstruksi Agama Islam,
Yogyakarta:Fajar Pustaka Baru.
Ali,
H.A Mukti 1994, Islam dan Sekularisme di
Turki Modern, Jakarta: Djambatan.
Lapindus, Ira M,
1988, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sani,
Abdul, 1998, Perkembangan Modern dalam
Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Thohir, Ajid, 2011, Studi Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Raja grafindo Persada.
Thohir, Ajid
2004, Perkembangan Peradaban di Kawasan
Dunia Islam, Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Yatim, Badri
2008, Sejarah Peradaban Islam,
Jakarta : Raja Grafindo Persada
[1]
Abdul Sani, 1998, Perkembangan Modern dalam Islam,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, Hlm.131
[2] Ibid, Hlm. 132
[4]
Ibid, 230
[5]
Ibid,Hlm. 231
[6]
Ibid, Hlm. 232
[7] H.A. Mukti Ali, 1994, Islam dan Sekularisme di Turki Modern,
Jakarta: Djambatan, Hlm.144
[8] Ibid, Hlm. 148
[9] Akbar S. Ahmed, 2002, Rekonstruksi Agama Islam,
Yogyakarta:Fajar Pustaka Baru, hlm. 156
[10] H.A. Mukti Ali, Islam dan Sekularisme di Turki Modern,
Hlm. 150
[11] Ajid
Thohir, 2004, Perkembangan Peradaban di
Kawasan Dunia Islam, Jakarta:Raja Grafindo Persada, hlm. 219
[13] H.A. Mukti Ali, Islam dan Sekularisme di Turki Modern, Hlm.
161
[15] Badri Yatim, 2008, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Raja
Grafindo Persada, Hlm. 136
Tidak ada komentar:
Posting Komentar