Senin, 12 Mei 2014

Dinasti Pahlevi (Iran)

Dinasti Pahlevi (Iran)


Disusun oleh:
Nur Ikhsan Dwi Candra (10420021)



Dosen Pembimbing
 Padila S.S. M.Hum

Fakultas Adab & Humaniora
Sejarah Kebudayaan Islam
Institut Agama Islam Negeri RadenFatah Palembang

2012






PENDAHULUAN

Revolusi yang terjadi di Negara Eropa membuat peradaban di dunia mulai berubah. Dampak yang di timbulkan  berimbas di berbagai pelosok belahan dunia. Munculnya kemajuan di Eropa itu akhirnya berimbas terhadap Islam yang pada masa itu mulai menunjukkan kemunduran. Kolonialisme dan Imperialisme bangsa Eropa akhirnya menyentuh dunia Islam. Banyak unsur-unsur dari Barat akhirnya mampu masuk ke dalam dunia Islam, mulai dari pemikiran, politik, ekonomi, militer, sosial budaya, dan lainnya. Masuknya arus tersebut akhirnya mampu memberi masukkan. Adanya revolusi di beberapa negara Eropa seperti menjadi sebuah rangsangan untuk melakukan pembenahan dalam dunia Islam. Selain melakukan pembenahan munculnya pemikiran serta beberapa ide yang dihembuskan Barat itu juga mempengaruhi umat Islam untuk  bisa hidup dalam negara yang berdaulat sendiri lepas dari kekuasaan para kolonial. Reaksi yang timbul itu semua karena tekanan yang telah lama dirasakan. pengaruh moderenisasi tersebut banyak memberikan tekanan terhadap perubahan sistem politik negara-negara muslim terutama di Iran.
Negara Iran modern sendiri terbentuk melalui periode anarkis pada tahun 1911 sampai tahun 1925. Pada masa ini itervensi asing begitu kuatnya. Efek dari adanya Perang Dunia I membuat wilayah Iran harus jatuh dalam kekuasaan Inggris. Akibat perjanjian Anglo-Persian Iran menjadi pemerintahan protektorat  Inggris. Lama Iran dalam pimpinan yang tidak memberi kesan, akhirnya keadaan mulai berubah ketika Reza Khan (Reza Shah) muncul dan mampu memberi perubahan. Pada Tahun 1925 Ia menjadikan dirinya sebagai Shah Iran dan mendirikan kerajaan konstitusional sekaligus pendiri dinasti Pahlevi.

 



PEMBAHASAN

·         Reza Khan Pahlevi (1343-1399 H/1925-1941)

Rezā Shāh (Reza Khan) Pahlavi
Description: Reza Shah Pahlavi.jpg
Masa kekuasaan
Pemakaman
Pendahulu
Pengganti
Pasangan
Anak
Wangsa
Ayah
Abbas Ali
Ibu
Noush-Afarin
Sumber foto : Wikipedia[1]
Rezā Shāh Pahlavi (bahasa Persia: رضا شاه پهلوی, (lahir 16 Maret 1878 – meninggal 26 Juli 1944 pada umur 66 tahun) adalah Shah Iran dari tanggal 15 Desember 1925 hingga ia terpaksa untuk turun tahta akibat invasi Inggris-Soviet ke Iran pada tanggal 16 September 1941.[2]
Reza Khan ( Reza Shah) merupakan seorang pejabat dalam Brigade Cossack di Iran, yang berkuasa sebagai panglima militer dan juga sebagai menteri pertahanan. Reza Khan diangkat menjadi panglima militer karena jasanya menundukkan pemberontakan rakyat di Karmasyah di tahun 1916. Maka oleh karena jasa-jasa dan setianya itu pada tanggal 20 Mei 1920 pemerintah Dinasti Qajar memanggilnya datang ke Pusat Kerajaan (kota Teheran), untuk dilantik menjadi Kepala Perang. Namun Reza memiliki keinginan untuk mengkudeta pemerintahn dinansti Qajar. Pada tahun 1921, Ia mampu mengkonsolidasi pengaruhnya di kalangan pasukan militer dan kepolisian untuk melemahkan unsur kekuatan kesukuan dan unsur kekuatan propinsial, menjadikan seluruh wilayah negeri dalam genggaman kekuasaan militer dan berhasil melawan pemerintah dinasti Qajar.[3]
            Awalnya dia adalah seorang pasukan Qajariyah. Karena memiliki kemampuan yang tinggi, dengan cepat dia  dapat menjadi pemimpin Kauzak. Dia sangat ambisius dan cerdas. Saat negeri itu tengah terhuyung-huyung dan harus segera diselamatkan, dia menyerbu dengan kelompoknya dan menjatuhkan kementerian pada 1340 H/1921 M.[4]
            Dia menisbatkan dirinya kepada seseorang politisi Iran terkenal Dhiyauddin Thaba’Thabai. Hal ini dilakukan agar dia dapat berkuasa dari belakang layar dengan menyembunyikan tujuan diktatornya. Lalu, dia membuat langkah besar pada 1343 H/1925 M. Maka, jatuhlah keluarga Qajariyah dan menjadi Raja Iran pada tahun 1343-1360 H. Dialah yang mengubah nama Negara dari Persia menjadi Iran. Usahanya yang terbesar adalah menghapuskan hak-hak istimewa bagi orang asing, membentuk pasukan bersenjata modern dan mengurangi kekuasaan para pemuka agama. Semangat jiwa diktator militer merupakan metode yang dipergunakannya dalam menjalankan kekuasaan. Dia sangat jauh sekali dari orientasi Islam.[5] Pada tahun 1340 H/1921 M, Reza Khan Pahlevi (Reza Shah) melakukan kudeta dan mengambil kekuasaan, serta memaksakan peradaban Barat kepada Iran.[6]
            Pada 31 oktober 1925 Parlemen Iran mengeluarkan undang-undang mencabut hak-hak keluarga Qajar seluruhnya dari kerajaan Iran. Diangkatlah Reza Khan menjadi kepala pemerintahan sementara. Lalu tersiar kabar angin bahwa Reza Shah bermaksud hendak menjadikan Negara Iran menjadi sebuah Negara Republik. Mendengar kabar angin itu ributlah ulama-ulama syiah yang dianut bangsa Iran dan para ulama-ulama syiah tersebut mengeluarkan fatwa bahwa susunan Negara Republik tidak sesuai dengan negeri Iran dan melanggar Syariat Islam dalam mazhab Syiah. Para ulama dan Parlemen datang mendesak kepada Reza Khan agar mau diangkat menjadi Syah Iran, dengan janji bahwa Agama Islam dalam pengakuan mazhab Syiah Isna Asyariyah menjadi agama resmi dari kerajaan Iran. Karena desakan yang keras  dari rakyat dan ulama “terpaksalah” ia menerima dan dilantiknya ia sebagai Shah Iran  dengan gelar Reza Shah Pahlevi, itu nama keturunan  yang diambil oleh Reza.[7]
Kemudian Reza Syah Pahlevi mendirikan kerajaan konstitusional sekaligus pendiri Dinasti Pahlevi, yang berlangsung hingga 1979. Terimbas oleh langkah rekan sezamannya di Turki, Mustafa Kemal (Ataturk) yang memusatkan perhatiannya pada moderenisasi dan pembentukan pemerintahan terpusat yang kuat mengandalkan angkatan bersenjata dan birokrasi modern. Berbeda dengan Ataturk, Syah tidak menghapuskan lembaga-lembaga keagamaan, tetapi hanya membatasi dan mengontrol mereka.[8]
Sejak itu Iran mengalami proses pembentukan negara bangsa yang serupa dengan proses yang berlangsung di Turki dan sejumlah negara lain. Negara menjadi motor perkembangan ekonomi serta perkembangan kebudayaan menurut model Barat. Namun berbeda dengan Turki golongan menengah menjadi kelas penopang utama bagi rezim Pahlevi. Selain itu Syah juga mengembangkan angkatan bersenjata baru yang lebih kuat dengan melakukan pelatihan pejabat-pejabat tentara di Prancis dan memberlakukan wajib militer. Banyak ulama yang mendukung pengambil alihan kekuasaan oleh Reza Shah guna memulihkan monarki yang kuat untuk meredam pengaruh asing.[9]
Pasca resmi menjadi Syah Iran, Reza mulai melakukan pemerintahan. Reza Syah punya rencana ambisius untuk modernisasi Iran. Rencana yang akan dilakukan ialah mengembangkan industri besar-besaran, melaksanakan proyek-proyek infrastruktur besar, membangun sistem rel kereta api lintas-negara, membangun sistem pendidikan nasional publik, reformasi peradilan, dan meningkatkan pelayanan kesehatan. Dia percaya pemerintah yang kuat, dikelola oleh tenaga terdidik dan bisa melaksanakan rencananya. Langkah pertama yang dilakukan Syah Reza adalah membangun kekuatan militer modern. Syah Reza mengadakan pelatihan pejabat-pejabat tentara di Perancis dan memberlakukan wajib militer. Ia melakukan westernisasi pasukan militer. Dengan dukungan pasukan militer yang kuat rezim ini mampu mengatasi oposisi elit agama, pedagang, dan elit kesukuan, merendahkan posisi parlementer yang hanya sebagai formalitas belaka dan mengsensor pers, untuk melancarkan tujuan politik Pahlevi mengharap dukungan kalangan tuan tanah.[10]
Perundang-undangan tahun 1928 dan tahun 1929 mengakui penguasaan tanah secara de facto sebagai bukti kepemilikan dan mempersyaratkan regestrasi yang ditujukan kepada tuan tanah yang kaya raya namun tidak terhadap petani  penggarap yang miskin. Pemerintahan ini juga menekan unsur kekuatan kesukuan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah dimana Negara Iran berkuasa penuh atas wilayah negerinya secara utuh dengan melumpuhkan unsur komunitas kesukuan dan kekuatan Khan. Suku-suku dipaksa  menetap (tidak berpindah-pindah) dan kekuasaan politik Khan diambil alih oleh Negara.[11]
Meskipun Syah Reza meraih kekuasaan dengan dukungan ulama yang menginginkan restorasi kerajaan Iran, dan mengharap lahirnya pemerintahan yang kuat untuk menekan pengaruh asing, namun ketika setelah Pahlevi kukuh justru menghapus pengaruh ulama. Kemudian menyebabkan hubungannya dengan ulama memburuk terutama ketika Syah berusaha membatasi kekuasaan kaum ulama. Melalui membentuk system pendidikan sekuler, pengawasan pemerintah terhadap sekolah sekolah agama, pengurangan dana subsidi, dan melalui beberapa langkah lain pemerintahan Pahlevi menggiring ulama dibawah control Negara. Pukulan kedua ulama yaitu kebijakan reorganisasi administrasi yudisial walaupun administrasi yudisial tetap bertahan ditangan ulama namun pada tahun 1928 Syah Reza memberlakukan kitap hukum yang menggeser kedudukan hukum syariah. Pada tahun 1932 parlemen mengundangkan sebuah undang-undang yang mencabut fungsi-fugsi penting pengadilan agama. Undang-undang yang tahun 1936 mempersyarakan seluruh hakim telah menempuh degree (gelar sarjana) dari fakultas hukum Teheran atau dari universitas luar negeri, yang tidak mungkin pihak ulama menduduki jabatan hakim didalam pengadilan.[12]
     Pada pertengahan tahun 1930-an Reza Syah menyebabkan ketidakpuasan di antara beberapa kelompok, terutama para ulama, yang menentang reformasi. Pada tahun 1935 Reza Pahlavi mengeluarkan dekrit meminta delegasi asing untuk menggunakan istilah Iran dalam korespondensi formal, sesuai dengan fakta bahwa "Persia" adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat Barat untuk negara yang disebut "Iran" dalam bahasa Persia.[13]
Ketika Perang Dunia II meletus, Reza Pahlevi berpihak kepada Jerman.[14]lewat perang dunia II, Rusia dan Inggris menguasai Iran. Reza Khan pahlevi menyerah setelah melakukan perlawanan yang tidak berarti. Lalu, dia ditimpa frustasi dan menyerahkan kekuasaan kepada anaknya Muhammad Reza pahlevi pada tahun 1360 H/ 1941 M. kemudian dia mengasingkan diri ke Afrika selatan, lalu meninggal di sana.[15]Reza Pahlevi meninggal dunia di Afrika Selatan, pada 26 Juli 1944.[16]

·         Muhammad Reza Pahlevi (1360-1399 H/1941-1979 M)

Mohammad Reza Pahlavi
Shah Iran
Description: Mohammad-reza-shah.jpg
Masa kekuasaan
Pendahulu
Pewaris takhta
Pengganti
Deklarasi Republik Islam
Pasangan
Fawzia bint Fuad (1941–1948)
Soraya Esfandiary (1951–1958)
Farah Diba (1959–1980)
Anak
Wangsa
Ayah
Ibu

Sumber foto: Wikipedia[17]
Mohammad Reza Pahlavi, (bahasa Persia: محمدرضا پهلوی Moammad Rez̤ā Pahlavī) (lahir di Tehran, Iran, 26 Oktober 1919 – meninggal di Kairo, Mesir, 27 Juli 1980 pada umur 60 tahun), yang menyebut dirinya Yang Mulia Baginda, dan memegang gelar kerajaan Shahanshah (Raja segala raja), dan Aryamehr (Terang bangsa Arya), adalah kaisar Iran dari 16 September 1941 hingga Revolusi Iran pada 11 Februari 1979. Ia adalah kaisar kedua dari Dinasti Pahlavi and Shah terakhir dari monarki Iran.[18]
Kekuasaannya dimulai pada pertengahan Pearang Dunia II, di saat kekuatan sekutu menguasai negerinya. Lalu, didatangkanlah kepadanya segala fasilitas dan bantuan. Setelah peperangan itu kekuatan Barat dan Rusia keluar dari Iran. Maka, dimulailah kekuasaan yang diktator dan sewenang-wenang memerintah secara mutlak. Orientasi kekuasaannya sangat tidak Islami. Pada tahun 1383 H/1963 M, diumumkanlah rencana-rencana perbaikan.[19]Syah Muhammad Reza melakukan Reformasi ekonomi di bawah kepemimpinan Khomaeni. Lalu, Khomaeni dibuang ke Irak, Shah lalu mengubah sejarah Islam di Persia.[20]Maka, berhembuslah di Iran revolusi yang sangat kuat disebabkan oleh tindakan kesewenang-wenangan ini, juga oleh pengakuan negeri ini terhadap eksistensi Negara Israel. Khomaeni memimpin revolusi yang merupakan revolusi agama.[21]
            Poin penting dalam despotisme dan diktatorisme Rezim Pahlevi adalah bahwa hal tersebut mendapat dukungan penuh dari negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat. Barat yang selalu mengklaim diri sebagai pembela Hak Asasi Manusia, kebebasan, dan demokrasi, namun sebelum kemanangan Revolusi Islam, mereka selalu melanggar hak-hak mendasar warga Iran. Para pejabat Gedung Putih berulangkali menyatakan dukungan penuh mereka terhadap Rezim Pahelvi. Presiden Amerika Serikat kala itu, Jimmy Carter, yang mengklaim akan memperluas demokrasi dan HAM di dunia, ketika berkunjung ke Iran pada tahun 1979, kepada Muhammad Reza Khan atau Shah ia mengatakan, "Iran ibarat sebuah pulau yang aman di salah satu wilayah yang rawan di dunia. Ini merupakan apresiasi terbaik yang dapat disampaikan kepada Anda (Shah) dan juga pujian dan penghormatan terbaik oleh masyarakat Anda atas kepemimpinan Anda".[22]
            Shah mengubah UUD dalam rangka mengokohkan kekuasaannya. Namun anehnya, ia sendiri tidak pernah mematuhi UUD tersebut. Tidak ada partai yang diijinkan beraktivitas kecuali dua partai. Tak lama, kedua partai tersebut dibubarkan dan dibentuk Partai Kebangkitan yang dipimpin langsung oleh Shah. Masyarakat Iran pun dipaksa untuk memilih partai tersebut. Pada saat yang sama, parlemen Iran nyaris tidak memiliki kekuatan dan bersifat formalitas, karena anggotanya hanyalah para pendukung Rezim Pahelvi. Secara keseluruhan, hanya perintah Shah yang berlaku di Iran. Kebebasan, pemilu, partai, dan media massa, hanyalah sebuah mimpi bagi rakyat Iran. Pada bulan Oktober tahun 1973, Shah dalam wawancaranya dengan seorang jurnalis Italia, Uryana Flaci, secara terang-terangan ia memaparkan, "Saya mengetahui bahwa seorang raja yang ucapan dan tindakannya tidak dapat diharapkan, maka dipastikan ia akan sendirian". Kepada Flaci, Shah juga mengklaim bahwa ia menerima wahyu dan mendapat dukungan langsung dari Allah swt.[23]
            Satu poin menarik lainnya adalah Shah beranggapan bahwa masyarakat Iran menyetujui politik represif dan anti-kemanusiaannya. Pada hakikatnya, ini menjadi salah satu faktor mengapa Rezim Pahlevi dan badan intelejennya sulit untuk memperhitungkan ketidakpuasan dan perlawanan rakyat. Dengan kata lain, Shah dan para pendukungnya tidak memahami besarnya penentangan rakyat sehingga sewaktu-waktu akan meletus gerakan perlawanan. Mereka tidak memiliki analisa yang benar soal kebencian masyarakat terhadap Rezim Pahlevi dan dukungan AS. Selain itu, hubungan harmonis Rezim Pahlevi dengan Rezim Zionis Israel juga menjadi sebab lain munculnya penentangan rakyat Iran. Hubungan Iran dan Israel saat itu mencakup kerjasama di bidang ekonomi, politik, dan keamanan.[24]
            Salah satu faktor penyulut lahirnya Revolusi Islam adalah gencarnya serangan budaya Rezim Pahlevi terhadap keyakinan agama masyarakat. Tercatat 98 persen warga Iran beragama Islam dan keyakinan mereka ini telah mengakar dalam hati dan jiwa mereka. Tak mengherankan jika serangan Rezim Pahlevi terhadap agama Islam menuai kegeraman warga. Sejak pertama kali dibentuk Rezim Pahlevi telah melakukan aksi penistaan terhadap agama secara konstan dan mencegah warga menunaikan kewajiban agama mereka. Dalam hal ini, perlu ditekankan pula bahwa pada satu periode Rezim Pahlevi melakukan pelaksanaan ritual mengenang kesyahidan Imam Husain as pada bulan Muharram serta pemakaian jilbab. Meski demikian, masyarakat Iran bangkit melawan aksi tersebut.[25]
            Dari sisi karakter, Shah adalah sosok westernis dan berupaya untuk menjiplak budaya materialisme Barat di Iran. Padahal bangsa Iran sendiri memiliki latar belakang peradaban dan kebudayaan kuno yang sangat berbeda dengan Barat. Pada masa itu, melalui media massa dan lembaga-lembaga pendidikan, Shah memperkenalkan budaya Barat kepada masyarakat. Adapun westernisme yang diupayakan oleh lembaga atau instansi yang berafiliasi dengan rezim adalah, penafian budaya nasional, adat-istiadat, dan kebebasan tanpa batas. Seorang pakar Islam, Yann Richard menulis, "Setelah dekade 1960 penentangan rakyat terhadap politik westernis Rezim Shah di seluruh sektor semakin meluas sehingga masalah pengembalian identitas budaya nasional menjadi tuntutan utama masyarkat saat itu".[26]
            Di sisi lain, Rezim Shah secara sengaja menebarkan sejarah peradaban bumi Persia sebelum munculnya Islam dan melalui cara ini ia berupaya meredupkan keyakinan masyarakat terhadap Islam. Dengan membanggakan kebesaran raja-raja Persia, Shah menyebut dirinya sebagai pewaris imperium Persia. Pada tahun 1971, Shah menggelar pesta peringatan 2500 tahun era dinasti di Iran dengan mengundang para presiden, raja, dan pejabat tinggi berbagai negara. Dana pesta tersebut sangat besar bagi bangsa Iran mengingat sebagian besar masyarakat Iran hidup miskin dan menderita.[27]
Shah beranggapan dengan memperluas budaya Barat dan menghidupkan kembali peradaban Persia kuno, ia dapat memudarkan keyakinan masyarakat terhadap Islam. Adapun terhadap para ulama, Shah melakukan berbagai represi. Terhadap Imam Khomeini misalnya, Shah berulangkali memenjarakan dan pada akhirnya mengasingkan beliau ke luar negeri. Seiring dengan semakin meningkatnya aksi destruktif Rezim Shah terhadap Islam, penentangan warga terhadap politik-politik Rezim Pahlevi juga semakin meningkat. Bahkan kesadaran masyarakat saat itu telah sampai pada titik sehingga masyarakat bertekad untuk menggulingkan pemerintahan despotik Pahlevi. Pada saat itu, Imam Khomeini dengan keikhlasan dan keberaniannya, tampil sebagai figur pembimbing bangsa Iran dalam melawan Rezim Shah.[28]

·         Penyebab terjadinya Revolusi Iran dan kemunduran Dinasti Pahlevi akibat kesalahan-kesalahan Shah Iran

Kebijakan Shah Iran yang kuat untuk melakukan westernisasi dan kedekatan dengan negara barat (Amerika Serikat) berbenturan dengan identitas Muslim Syi’ah Iran. Hal ini termasuk pengangkatannya oleh Kekuatan Sekutu dan bantuan dari CIA pada 1953 untuk mengembalikannya ke kekuasaan, menggunakan banyak penasihat dan teknisi militer dari Militer Amerika Serikat dan pemberian kekebalan diplomatik kepada mereka, semua hal tersebut membangkitkan nasionalisme Iran, baik dari pihak kaum agama dan maupun sekuler menganggap Shah Iran sebagai boneka barat.  Pendukung utama revolusi iran ini adalah kaum agamawan muslim terutama mereka yang berasal dari golongan Syi’ah. Kota-kota basis pendukung revolusi ini adalah Teheran, Qom dan Masyhad. [29]
Dampak revolusi iran dalam bidang politik adalah bergantinya bentuk kerrajaan menjadi republik islam dimana terdapat presiden dan jajaranya sebagai kepala pemerintahan, namun juga terdapat dewan ulama yang menjadi semacam atasan badan eksekutif, legislatif, yudikatif maupun angkatan bersenjata. Pada awal revolusi islam dewan ini dipimpin oleh ayatollah rphollah khomeini, sepeninggal beliau, kedudukanya digantikan olerh ayatollah ali khameni. Bentuk pemerintahan seperti ini juga bisa disebut sebagai teokrasi, yaitu dimana tuhan lah yang menjadi pemimpin negara, hanya saja ia diwakili oleh pemuka agama atau pejabat yang memperoleh petunjuk illahi.[30]
Ayatollah adalah gelar peringkat tinggi yang diberikan kepada Dua Belas Ulama Syiah Usuli. Mereka yang membawa gelar tersebut adalah ahli dalam studi Islam seperti hokum, etika, dan filsafat dan biasanya mengajar di seminari Islam. Para ulama peringkat yang lebih rendah berikutnya adalah Hojatoleslam wal-muslemin. Ayatollah adalah sama di peringkat Uskup atau Kardinal dalam Katolik, dan Rabbi Kepala dalam Yudaisme.[31]
Nama "Ayatollah" berasal dari Al-Qur'an di mana manusia juga dapat dianggap sebagai tanda-tanda Allah, terjemahan literal dari judul. 51:20–21 of the Quran states: 51:20-21 dari Quran menyatakan:
“Di bumi adalah tanda-tanda (ayat) untuk kaum yang meyakini, Seperti juga dalam diri Anda sendiri: Apakah kamu tidak melihat?”
Dari sekian banyak ayatollah dikenal sebutan ayatollah utama atau Grand Ayatollah, beberapa nama ayatollah utama yang terkenal antara lain, Ayatollah Rohollah Khomeini, Ayatollah Ali Khameni, dan ayatollah Ali sistani, mereka adalah beberapa nama ulama yang juga menjadi pemimpin spiritual bangsa Iran.[32]Muhammad Reza langsung mengasingkan diri ke Irak. Namun, revolusi menentang sistem yang rusak ini masih terus berlangsung. Bahkan, semakin bertambah sehingga mendorong Reza melarikan diri dari negeri itu bersama keluarganya pada tahun 1399 H/1979 M. Hal ini menandai berakhirnya masa kekuasaan Pahlevi. Imam khomeini lalu kembali dan memulai kekuasaan para mullah (pemuka agama) di negeri Iran.[33]


























KESIMPULAN

Kelemahan dinasti Qajar akhirnya memberi celah untuk Reza Khan merongrong dan akhirnya mampu mengkudeta kedudukan dinasti tersebut dan memulai dengan meretas dinasti baru yang disebut dengan Dinasti Pahlevi. Dalam sejarah Iran, tercatat bahwa perjuangan melawan kolonialisme dan pembentukan negara bangsa dimulai pada masa Dinasti Pahlevi ini. Reza mulai mewujudkan ambisinya untuk memodernisasi Iran mulai dari mengembangkan industri besar-besaran, melaksanakan proyek-proyek infrastruktur besar, membangun sistem rel kereta api lintas-negara, membangun sistem pendidikan nasional publik, reformasi peradilan, dan meningkatkan pelayanan kesehatan. Namun pasang surut dinasti Pahlevi asti ini juga terjadi. Hubungan dengan ulama pun juga demikian dengan adanya ketidak puasan atau protes dari para ulama atas kebijakan - kebijakan penguasa. Dinasti ini berakhir dengan ditandai dengan meletusnya Revolusi  Iran.

















DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, Jakarta: AKBAR MEDIA,  2011
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008
http://sejarahituindah.blogspot.com/2011/07/runtuhnya-kekuasaan-shah-dan-timbulnya.html

http://oldindonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=6650:tiga-dekade-revolusi-islam-iran-02&catid=33:detik-detik-revolusi&Itemid=120

http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Reza_Pahlavi   
http://belajar-sampai-mati.blogspot.com/2009/07/siapakah-reza-pahlevi.html
http://drugovi-sahabatsejati.blogspot.com/2011/02/berbagii-sejarah-berdirinya-dinasti.html
http://dinastipahlevi.html



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Reza_Shah diakses pada tanggal 19-12-2012
[2] Ibid
[3] http://dinastipahlevi.html diakses pada tanggal 17-12-2012
[4] Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, Jakarta: AKBAR MEDIA,  2011, hlm. 440-441
[5] Ibid., hlm. 441
[6] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hlm. 300
[7] http://dinastipahlevi.html diakses pada tanggal 17-12-2012
[8] Ibid.
[9] Ibid
[11] Ibid
[12] Ibid
[13] Ibid
[15] Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, Jakarta: AKBAR MEDIA,  2011, hlm. 441
[17] http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Reza_Pahlavi  diakses pada tanggal 17-12-2012
[18] Ibid
[19] Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, Jakarta: AKBAR MEDIA,  2011, hlm. 441
[20] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hlm. 300
[21] Ibid, Sejarah Islam, Jakarta: AKBAR MEDIA,  2011, hlm. 442
[22] http://oldindonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=6650:tiga-dekade-revolusi-islam-iran-02&catid=33:detik-detik-revolusi&Itemid=120 diakses pada tanggal 19-12-2012
[23] Ibid
[24] Ibid
[25] Ibid
[26] Ibid
[27] Ibid
[28] Ibid
[29] http://sejarahituindah.blogspot.com/2011/07/runtuhnya-kekuasaan-shah-dan-timbulnya.html diakses pada tanggal 17-12-2012
[30] Ibid
[31] Ibid
[32] Ibid
[33] Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, Jakarta: AKBAR MEDIA,  2011, hlm. 442

Tidak ada komentar:

Posting Komentar