Dinasti Pahlevi (Iran)
Disusun oleh:
Nur Ikhsan Dwi Candra (10420021)
Dosen Pembimbing
Padila S.S. M.Hum
Fakultas Adab & Humaniora
Sejarah Kebudayaan Islam
Institut Agama Islam Negeri RadenFatah Palembang
2012
PENDAHULUAN
Revolusi
yang terjadi di Negara Eropa membuat peradaban di dunia mulai berubah. Dampak
yang di timbulkan berimbas di berbagai pelosok belahan dunia. Munculnya
kemajuan di Eropa itu akhirnya berimbas terhadap Islam yang pada masa itu mulai
menunjukkan kemunduran. Kolonialisme dan Imperialisme bangsa Eropa akhirnya
menyentuh dunia Islam. Banyak unsur-unsur dari Barat akhirnya mampu masuk ke
dalam dunia Islam, mulai dari pemikiran, politik, ekonomi, militer, sosial budaya, dan lainnya. Masuknya arus tersebut akhirnya mampu memberi masukkan. Adanya revolusi di beberapa negara
Eropa seperti menjadi sebuah rangsangan untuk melakukan pembenahan dalam dunia
Islam. Selain melakukan pembenahan munculnya pemikiran serta beberapa ide yang
dihembuskan Barat itu juga mempengaruhi umat Islam untuk bisa hidup dalam
negara yang berdaulat sendiri lepas dari kekuasaan para kolonial. Reaksi yang
timbul itu semua karena tekanan yang telah lama dirasakan. pengaruh
moderenisasi tersebut banyak memberikan tekanan terhadap perubahan sistem
politik negara-negara muslim terutama di Iran.
Negara Iran modern sendiri terbentuk melalui periode
anarkis pada tahun 1911 sampai tahun 1925. Pada masa ini itervensi asing begitu
kuatnya. Efek dari adanya Perang Dunia I membuat wilayah Iran harus jatuh dalam
kekuasaan Inggris. Akibat perjanjian Anglo-Persian Iran menjadi pemerintahan
protektorat Inggris. Lama Iran dalam pimpinan yang tidak memberi kesan,
akhirnya keadaan mulai berubah ketika Reza Khan (Reza Shah) muncul dan mampu
memberi perubahan. Pada Tahun 1925 Ia menjadikan dirinya sebagai Shah Iran dan
mendirikan kerajaan konstitusional sekaligus pendiri dinasti Pahlevi.
PEMBAHASAN
·
Reza Khan Pahlevi (1343-1399 H/1925-1941)
Rezā Shāh
(Reza Khan) Pahlavi
|
|
Masa kekuasaan
|
|
Pemakaman
|
|
Pendahulu
|
|
Pengganti
|
|
Pasangan
|
|
Anak
|
|
Wangsa
|
|
Ayah
|
Abbas Ali
|
Ibu
|
Noush-Afarin
|
Sumber foto :
Wikipedia[1]
Rezā
Shāh Pahlavi (bahasa Persia:
رضا شاه پهلوی, (lahir 16 Maret 1878 – meninggal 26 Juli
1944 pada umur 66 tahun)
adalah Shah
Iran dari tanggal 15 Desember
1925 hingga ia terpaksa
untuk turun tahta akibat invasi Inggris-Soviet ke Iran pada tanggal
16 September
1941.[2]
Reza Khan ( Reza Shah) merupakan seorang pejabat dalam Brigade Cossack di
Iran, yang berkuasa sebagai panglima militer dan juga sebagai menteri
pertahanan. Reza Khan diangkat menjadi panglima militer karena jasanya
menundukkan pemberontakan rakyat di Karmasyah di tahun 1916. Maka oleh karena
jasa-jasa dan setianya itu pada tanggal 20 Mei 1920 pemerintah Dinasti Qajar memanggilnya
datang ke Pusat Kerajaan (kota Teheran), untuk dilantik menjadi Kepala Perang.
Namun Reza memiliki keinginan untuk mengkudeta pemerintahn dinansti Qajar. Pada
tahun 1921, Ia mampu mengkonsolidasi pengaruhnya di kalangan pasukan militer
dan kepolisian untuk melemahkan unsur kekuatan kesukuan dan unsur kekuatan
propinsial, menjadikan seluruh wilayah negeri dalam genggaman kekuasaan militer
dan berhasil melawan pemerintah dinasti Qajar.[3]
Awalnya dia adalah
seorang pasukan Qajariyah. Karena memiliki kemampuan yang tinggi, dengan cepat
dia dapat menjadi pemimpin Kauzak. Dia
sangat ambisius dan cerdas. Saat negeri itu tengah terhuyung-huyung dan harus
segera diselamatkan, dia menyerbu dengan kelompoknya dan menjatuhkan
kementerian pada 1340 H/1921 M.[4]
Dia
menisbatkan dirinya kepada seseorang politisi Iran terkenal Dhiyauddin
Thaba’Thabai. Hal ini dilakukan agar dia dapat berkuasa dari belakang layar
dengan menyembunyikan tujuan diktatornya. Lalu, dia membuat langkah besar pada
1343 H/1925 M. Maka, jatuhlah keluarga Qajariyah dan menjadi Raja Iran pada
tahun 1343-1360 H. Dialah yang mengubah nama Negara dari Persia menjadi Iran.
Usahanya yang terbesar adalah menghapuskan hak-hak istimewa bagi orang asing,
membentuk pasukan bersenjata modern dan mengurangi kekuasaan para pemuka agama.
Semangat jiwa diktator militer
merupakan metode yang dipergunakannya dalam menjalankan kekuasaan. Dia sangat
jauh sekali dari orientasi Islam.[5]
Pada tahun 1340 H/1921 M, Reza Khan Pahlevi (Reza Shah) melakukan kudeta dan mengambil
kekuasaan, serta memaksakan peradaban Barat kepada Iran.[6]
Pada 31 oktober 1925 Parlemen Iran mengeluarkan
undang-undang mencabut hak-hak keluarga Qajar seluruhnya dari kerajaan Iran.
Diangkatlah Reza Khan menjadi kepala pemerintahan sementara. Lalu tersiar kabar
angin bahwa Reza Shah bermaksud hendak menjadikan Negara Iran menjadi sebuah
Negara Republik. Mendengar kabar angin itu ributlah ulama-ulama syiah yang
dianut bangsa Iran dan para ulama-ulama syiah tersebut mengeluarkan fatwa bahwa
susunan Negara Republik tidak sesuai dengan negeri Iran dan melanggar Syariat
Islam dalam mazhab Syiah. Para ulama dan Parlemen datang mendesak kepada Reza
Khan agar mau diangkat menjadi Syah Iran, dengan janji bahwa Agama Islam dalam
pengakuan mazhab Syiah Isna Asyariyah menjadi agama resmi dari kerajaan Iran.
Karena desakan yang keras dari rakyat dan ulama “terpaksalah” ia menerima
dan dilantiknya ia sebagai Shah Iran dengan gelar Reza Shah Pahlevi, itu
nama keturunan yang diambil oleh Reza.[7]
Kemudian Reza Syah Pahlevi mendirikan kerajaan konstitusional sekaligus
pendiri Dinasti Pahlevi, yang berlangsung hingga 1979. Terimbas oleh langkah
rekan sezamannya di Turki, Mustafa Kemal (Ataturk) yang memusatkan perhatiannya
pada moderenisasi dan pembentukan pemerintahan terpusat yang kuat mengandalkan
angkatan bersenjata dan birokrasi modern. Berbeda dengan Ataturk, Syah tidak
menghapuskan lembaga-lembaga keagamaan, tetapi hanya membatasi dan mengontrol
mereka.[8]
Sejak itu Iran mengalami proses pembentukan negara bangsa yang serupa
dengan proses yang berlangsung di Turki dan sejumlah negara lain. Negara
menjadi motor perkembangan ekonomi serta perkembangan kebudayaan menurut model
Barat. Namun berbeda dengan Turki golongan menengah menjadi kelas penopang
utama bagi rezim Pahlevi. Selain itu Syah juga mengembangkan angkatan
bersenjata baru yang lebih kuat dengan melakukan pelatihan pejabat-pejabat
tentara di Prancis dan memberlakukan wajib militer. Banyak ulama yang mendukung
pengambil alihan kekuasaan oleh Reza Shah guna memulihkan monarki yang kuat
untuk meredam pengaruh asing.[9]
Pasca resmi menjadi Syah Iran, Reza mulai melakukan pemerintahan. Reza Syah
punya rencana ambisius untuk modernisasi Iran. Rencana yang akan dilakukan
ialah mengembangkan industri besar-besaran, melaksanakan proyek-proyek
infrastruktur besar, membangun sistem rel kereta api lintas-negara, membangun
sistem pendidikan nasional publik, reformasi peradilan, dan meningkatkan
pelayanan kesehatan. Dia percaya pemerintah yang kuat, dikelola oleh tenaga terdidik
dan bisa melaksanakan rencananya. Langkah pertama yang dilakukan Syah Reza
adalah membangun kekuatan militer modern. Syah Reza mengadakan pelatihan
pejabat-pejabat tentara di Perancis dan memberlakukan wajib militer. Ia melakukan westernisasi pasukan militer. Dengan dukungan pasukan militer yang kuat rezim ini mampu mengatasi
oposisi elit agama, pedagang, dan elit kesukuan, merendahkan posisi parlementer
yang hanya sebagai formalitas belaka dan mengsensor pers, untuk melancarkan
tujuan politik Pahlevi mengharap dukungan kalangan tuan tanah.[10]
Perundang-undangan tahun 1928 dan tahun 1929 mengakui
penguasaan tanah secara de facto sebagai bukti kepemilikan dan mempersyaratkan
regestrasi yang ditujukan kepada tuan tanah yang kaya raya namun tidak terhadap
petani penggarap yang miskin. Pemerintahan ini juga menekan unsur
kekuatan kesukuan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah dimana Negara Iran
berkuasa penuh atas wilayah negerinya secara utuh dengan melumpuhkan unsur
komunitas kesukuan dan kekuatan Khan. Suku-suku dipaksa menetap (tidak
berpindah-pindah) dan kekuasaan politik Khan diambil alih oleh Negara.[11]
Meskipun Syah Reza
meraih kekuasaan dengan dukungan ulama yang menginginkan restorasi kerajaan
Iran, dan mengharap lahirnya pemerintahan yang kuat untuk menekan pengaruh
asing, namun ketika setelah Pahlevi kukuh justru menghapus pengaruh ulama.
Kemudian menyebabkan hubungannya dengan ulama memburuk terutama ketika Syah
berusaha membatasi kekuasaan kaum ulama. Melalui membentuk system pendidikan
sekuler, pengawasan pemerintah terhadap sekolah sekolah agama, pengurangan dana
subsidi, dan melalui beberapa langkah lain pemerintahan Pahlevi menggiring
ulama dibawah control Negara. Pukulan kedua ulama yaitu kebijakan reorganisasi
administrasi yudisial walaupun administrasi yudisial tetap bertahan ditangan
ulama namun pada tahun 1928 Syah Reza memberlakukan kitap hukum yang menggeser
kedudukan hukum
syariah. Pada tahun 1932 parlemen mengundangkan sebuah undang-undang yang
mencabut fungsi-fugsi penting pengadilan agama. Undang-undang yang tahun 1936
mempersyarakan seluruh hakim telah menempuh degree (gelar sarjana) dari
fakultas hukum
Teheran atau dari universitas luar negeri, yang tidak mungkin pihak ulama
menduduki jabatan hakim didalam pengadilan.[12]
Pada pertengahan tahun
1930-an Reza Syah menyebabkan ketidakpuasan di antara beberapa kelompok,
terutama para ulama, yang menentang reformasi. Pada tahun 1935 Reza Pahlavi
mengeluarkan dekrit meminta delegasi asing untuk menggunakan istilah Iran dalam
korespondensi formal, sesuai dengan fakta bahwa "Persia" adalah
istilah yang digunakan oleh masyarakat Barat untuk negara yang disebut "Iran"
dalam bahasa Persia.[13]
Ketika Perang Dunia II meletus,
Reza Pahlevi berpihak kepada Jerman.[14]lewat
perang dunia II, Rusia dan Inggris menguasai Iran. Reza Khan pahlevi menyerah setelah
melakukan perlawanan yang tidak berarti. Lalu, dia ditimpa frustasi dan
menyerahkan kekuasaan kepada anaknya Muhammad Reza pahlevi pada tahun 1360 H/
1941 M. kemudian dia mengasingkan diri ke Afrika selatan, lalu meninggal
di sana.[15]Reza
Pahlevi meninggal dunia di Afrika Selatan, pada 26 Juli 1944.[16]
·
Muhammad Reza Pahlevi (1360-1399 H/1941-1979 M)
Mohammad
Reza Pahlavi
|
|
Shah Iran
|
|
Masa
kekuasaan
|
|
Pendahulu
|
|
Pewaris
takhta
|
|
Pengganti
|
Deklarasi
Republik Islam
|
Pasangan
|
|
Anak
|
|
Wangsa
|
|
Ayah
|
|
Ibu
|
Sumber foto: Wikipedia[17]
Mohammad Reza Pahlavi, (bahasa Persia: محمدرضا پهلوی Moḥammad Rez̤ā Pahlavī) (lahir di Tehran, Iran, 26 Oktober 1919 – meninggal di Kairo, Mesir, 27 Juli 1980 pada umur 60 tahun), yang menyebut dirinya Yang Mulia
Baginda, dan memegang gelar kerajaan Shahanshah (Raja segala raja), dan Aryamehr (Terang bangsa Arya), adalah kaisar Iran dari 16
September 1941 hingga Revolusi
Iran pada 11
Februari 1979. Ia adalah kaisar kedua dari Dinasti
Pahlavi and Shah terakhir dari monarki Iran.[18]
Kekuasaannya
dimulai pada pertengahan Pearang Dunia II, di saat kekuatan sekutu menguasai
negerinya. Lalu, didatangkanlah kepadanya segala fasilitas dan bantuan. Setelah
peperangan itu kekuatan Barat dan Rusia keluar dari Iran. Maka, dimulailah
kekuasaan yang diktator dan sewenang-wenang memerintah secara mutlak. Orientasi
kekuasaannya sangat tidak Islami. Pada tahun 1383 H/1963 M, diumumkanlah
rencana-rencana perbaikan.[19]Syah
Muhammad Reza melakukan Reformasi ekonomi di bawah kepemimpinan Khomaeni. Lalu,
Khomaeni dibuang ke Irak, Shah lalu mengubah sejarah Islam di Persia.[20]Maka,
berhembuslah di Iran revolusi yang sangat kuat disebabkan oleh tindakan
kesewenang-wenangan ini, juga oleh pengakuan negeri ini terhadap eksistensi Negara
Israel. Khomaeni memimpin revolusi yang merupakan revolusi agama.[21]
Poin penting dalam despotisme dan
diktatorisme Rezim Pahlevi adalah bahwa hal tersebut mendapat dukungan penuh
dari negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat. Barat yang selalu mengklaim
diri sebagai pembela Hak Asasi Manusia, kebebasan, dan demokrasi, namun sebelum
kemanangan Revolusi Islam, mereka selalu melanggar hak-hak mendasar warga Iran.
Para pejabat Gedung Putih berulangkali menyatakan dukungan penuh mereka
terhadap Rezim Pahelvi. Presiden Amerika Serikat kala itu, Jimmy Carter, yang
mengklaim akan memperluas demokrasi dan HAM di dunia, ketika berkunjung ke Iran
pada tahun 1979, kepada Muhammad Reza Khan atau Shah ia mengatakan, "Iran
ibarat sebuah pulau yang aman di salah satu wilayah yang rawan di dunia. Ini
merupakan apresiasi terbaik yang dapat disampaikan kepada Anda (Shah) dan juga
pujian dan penghormatan terbaik oleh masyarakat Anda atas kepemimpinan
Anda".[22]
Shah mengubah UUD dalam rangka
mengokohkan kekuasaannya. Namun anehnya, ia sendiri tidak pernah mematuhi UUD
tersebut. Tidak ada partai yang diijinkan beraktivitas kecuali dua partai. Tak
lama, kedua partai tersebut dibubarkan dan dibentuk Partai Kebangkitan yang
dipimpin langsung oleh Shah. Masyarakat Iran pun dipaksa untuk memilih partai
tersebut. Pada saat yang sama, parlemen Iran nyaris tidak memiliki kekuatan dan
bersifat formalitas, karena anggotanya hanyalah para pendukung Rezim Pahelvi.
Secara keseluruhan, hanya perintah Shah yang berlaku di Iran. Kebebasan,
pemilu, partai, dan media massa, hanyalah sebuah mimpi bagi rakyat Iran. Pada
bulan Oktober tahun 1973, Shah dalam wawancaranya dengan seorang jurnalis
Italia, Uryana Flaci, secara terang-terangan ia memaparkan, "Saya
mengetahui bahwa seorang raja yang ucapan dan tindakannya tidak dapat diharapkan,
maka dipastikan ia akan sendirian". Kepada Flaci, Shah juga mengklaim
bahwa ia menerima wahyu dan mendapat dukungan langsung dari Allah swt.[23]
Satu poin menarik lainnya adalah
Shah beranggapan bahwa masyarakat Iran menyetujui politik represif dan anti-kemanusiaannya.
Pada hakikatnya, ini menjadi salah satu faktor mengapa Rezim Pahlevi dan badan
intelejennya sulit untuk memperhitungkan ketidakpuasan dan perlawanan rakyat.
Dengan kata lain, Shah dan para pendukungnya tidak memahami besarnya
penentangan rakyat sehingga sewaktu-waktu akan meletus gerakan perlawanan.
Mereka tidak memiliki analisa yang benar soal kebencian masyarakat terhadap
Rezim Pahlevi dan dukungan AS. Selain itu, hubungan harmonis Rezim Pahlevi
dengan Rezim Zionis Israel juga menjadi sebab lain munculnya penentangan rakyat
Iran. Hubungan Iran dan Israel saat itu mencakup kerjasama di bidang ekonomi,
politik, dan keamanan.[24]
Salah satu faktor penyulut lahirnya Revolusi
Islam adalah gencarnya serangan budaya Rezim Pahlevi terhadap keyakinan agama
masyarakat. Tercatat 98 persen warga Iran beragama Islam dan keyakinan mereka
ini telah mengakar dalam hati dan jiwa mereka. Tak mengherankan jika serangan
Rezim Pahlevi terhadap agama Islam menuai kegeraman warga. Sejak pertama kali
dibentuk Rezim Pahlevi telah melakukan aksi penistaan terhadap agama secara
konstan dan mencegah warga menunaikan kewajiban agama mereka. Dalam hal ini,
perlu ditekankan pula bahwa pada satu periode Rezim Pahlevi melakukan
pelaksanaan ritual mengenang kesyahidan Imam Husain as pada bulan Muharram
serta pemakaian jilbab. Meski demikian, masyarakat Iran bangkit melawan aksi
tersebut.[25]
Dari sisi karakter, Shah adalah
sosok westernis dan berupaya untuk menjiplak budaya materialisme Barat di Iran.
Padahal bangsa Iran sendiri memiliki latar belakang peradaban dan kebudayaan
kuno yang sangat berbeda dengan Barat. Pada masa itu, melalui media massa dan
lembaga-lembaga pendidikan, Shah memperkenalkan budaya Barat kepada masyarakat.
Adapun westernisme yang diupayakan oleh lembaga atau instansi yang berafiliasi
dengan rezim adalah, penafian budaya nasional, adat-istiadat, dan kebebasan
tanpa batas. Seorang pakar Islam, Yann Richard menulis, "Setelah dekade
1960 penentangan rakyat terhadap politik westernis Rezim Shah di seluruh sektor
semakin meluas sehingga masalah pengembalian identitas budaya nasional menjadi
tuntutan utama masyarkat saat itu".[26]
Di sisi lain, Rezim Shah secara
sengaja menebarkan sejarah peradaban bumi Persia sebelum munculnya Islam dan
melalui cara ini ia berupaya meredupkan keyakinan masyarakat terhadap Islam.
Dengan membanggakan kebesaran raja-raja Persia, Shah menyebut dirinya sebagai
pewaris imperium Persia. Pada tahun 1971, Shah menggelar pesta peringatan 2500
tahun era dinasti di Iran dengan mengundang para presiden, raja, dan pejabat
tinggi berbagai negara. Dana pesta tersebut sangat besar bagi bangsa Iran
mengingat sebagian besar masyarakat Iran hidup miskin dan menderita.[27]
Shah beranggapan
dengan memperluas budaya Barat dan menghidupkan kembali peradaban Persia kuno,
ia dapat memudarkan keyakinan masyarakat terhadap Islam. Adapun terhadap para
ulama, Shah melakukan berbagai represi. Terhadap Imam Khomeini misalnya, Shah
berulangkali memenjarakan dan pada akhirnya mengasingkan beliau ke luar negeri.
Seiring dengan semakin meningkatnya aksi destruktif Rezim Shah terhadap Islam,
penentangan warga terhadap politik-politik Rezim Pahlevi juga semakin
meningkat. Bahkan kesadaran masyarakat saat itu telah sampai pada titik
sehingga masyarakat bertekad untuk menggulingkan pemerintahan despotik Pahlevi.
Pada saat itu, Imam Khomeini dengan keikhlasan dan keberaniannya, tampil
sebagai figur pembimbing bangsa Iran dalam melawan Rezim Shah.[28]
·
Penyebab terjadinya Revolusi Iran dan kemunduran Dinasti Pahlevi akibat
kesalahan-kesalahan Shah Iran
Kebijakan Shah Iran yang kuat
untuk melakukan westernisasi dan kedekatan
dengan negara barat (Amerika Serikat) berbenturan dengan identitas Muslim
Syi’ah Iran. Hal ini termasuk pengangkatannya oleh Kekuatan Sekutu dan bantuan
dari CIA pada 1953 untuk mengembalikannya ke kekuasaan, menggunakan banyak
penasihat dan teknisi militer dari Militer Amerika Serikat dan pemberian
kekebalan diplomatik kepada mereka, semua hal tersebut membangkitkan
nasionalisme Iran, baik dari pihak kaum agama dan maupun sekuler menganggap Shah
Iran sebagai boneka barat. Pendukung
utama revolusi iran ini adalah kaum agamawan muslim terutama mereka yang
berasal dari golongan Syi’ah. Kota-kota basis pendukung revolusi ini adalah
Teheran, Qom dan Masyhad. [29]
Dampak revolusi iran dalam bidang
politik adalah bergantinya
bentuk kerrajaan menjadi republik islam dimana terdapat presiden dan jajaranya
sebagai kepala pemerintahan, namun juga terdapat dewan ulama yang menjadi
semacam atasan badan eksekutif, legislatif, yudikatif maupun angkatan
bersenjata. Pada awal revolusi islam dewan ini dipimpin oleh ayatollah rphollah
khomeini, sepeninggal beliau, kedudukanya digantikan olerh ayatollah ali
khameni. Bentuk pemerintahan seperti ini juga bisa disebut sebagai teokrasi,
yaitu dimana tuhan lah yang menjadi pemimpin negara, hanya saja ia diwakili
oleh pemuka agama atau pejabat yang memperoleh petunjuk illahi.[30]
Ayatollah adalah gelar peringkat
tinggi yang diberikan kepada Dua Belas Ulama Syiah Usuli.
Mereka yang membawa gelar tersebut adalah ahli dalam studi Islam seperti hokum,
etika, dan filsafat dan biasanya mengajar di seminari Islam. Para ulama
peringkat yang lebih rendah berikutnya adalah Hojatoleslam wal-muslemin.
Ayatollah adalah sama di peringkat Uskup atau Kardinal dalam Katolik, dan Rabbi
Kepala dalam Yudaisme.[31]
Nama "Ayatollah"
berasal dari Al-Qur'an di mana manusia juga dapat dianggap sebagai tanda-tanda
Allah, terjemahan literal dari judul. 51:20–21 of the Quran states: 51:20-21
dari Quran menyatakan:
“Di bumi adalah
tanda-tanda (ayat) untuk kaum yang meyakini, Seperti juga dalam diri Anda
sendiri: Apakah kamu tidak melihat?”
Dari sekian banyak ayatollah
dikenal sebutan ayatollah utama atau Grand Ayatollah, beberapa nama ayatollah
utama yang terkenal antara lain, Ayatollah Rohollah Khomeini, Ayatollah Ali
Khameni, dan ayatollah Ali sistani, mereka adalah beberapa nama ulama yang juga
menjadi pemimpin spiritual bangsa Iran.[32]Muhammad
Reza langsung mengasingkan diri ke Irak. Namun, revolusi menentang sistem yang
rusak ini masih terus berlangsung. Bahkan, semakin bertambah sehingga mendorong
Reza melarikan diri dari negeri itu bersama keluarganya pada tahun 1399 H/1979
M. Hal ini menandai berakhirnya masa kekuasaan Pahlevi. Imam khomeini lalu
kembali dan memulai kekuasaan para mullah (pemuka agama) di negeri Iran.[33]
KESIMPULAN
Kelemahan dinasti Qajar akhirnya memberi celah untuk Reza Khan merongrong
dan akhirnya mampu mengkudeta kedudukan dinasti tersebut dan memulai dengan
meretas dinasti baru yang disebut dengan Dinasti Pahlevi. Dalam sejarah Iran,
tercatat bahwa perjuangan melawan kolonialisme dan pembentukan negara bangsa
dimulai pada masa Dinasti Pahlevi ini. Reza mulai mewujudkan ambisinya untuk
memodernisasi Iran mulai dari mengembangkan industri besar-besaran, melaksanakan
proyek-proyek infrastruktur besar, membangun sistem rel kereta api
lintas-negara, membangun sistem pendidikan nasional publik, reformasi
peradilan, dan meningkatkan pelayanan kesehatan. Namun pasang surut dinasti
Pahlevi asti ini juga terjadi. Hubungan dengan ulama pun juga demikian dengan
adanya ketidak puasan atau protes dari para ulama atas kebijakan - kebijakan
penguasa. Dinasti ini berakhir dengan ditandai dengan meletusnya Revolusi
Iran.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, Jakarta: AKBAR
MEDIA, 2011
Dedi Supriyadi, Sejarah
Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008
http://sejarahituindah.blogspot.com/2011/07/runtuhnya-kekuasaan-shah-dan-timbulnya.html
http://oldindonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=6650:tiga-dekade-revolusi-islam-iran-02&catid=33:detik-detik-revolusi&Itemid=120
http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Reza_Pahlavi
http://belajar-sampai-mati.blogspot.com/2009/07/siapakah-reza-pahlevi.html
http://drugovi-sahabatsejati.blogspot.com/2011/02/berbagii-sejarah-berdirinya-dinasti.html
http://dinastipahlevi.html
[4] Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, Jakarta: AKBAR MEDIA, 2011, hlm. 440-441
[6] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka
Setia, 2008, hlm. 300
[8]
Ibid.
[9]
Ibid
[10]http://drugovi-sahabatsejati.blogspot.com/2011/02/berbagii-sejarah-berdirinya-dinasti.html diakses pada tanggal 17-12-2012
[11]
Ibid
[12]
Ibid
[13]
Ibid
[14]http://belajar-sampai-mati.blogspot.com/2009/07/siapakah-reza-pahlevi.html
diakses pada tanggal 17-12-2012
[15]
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam,
Jakarta: AKBAR MEDIA, 2011, hlm. 441
[16] http://belajar-sampai-mati.blogspot.com/2009/07/siapakah-reza-pahlevi.html diakses pada tanggal 17-12-2012
[17] http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Reza_Pahlavi diakses pada tanggal 17-12-2012
[18]
Ibid
[19] Ahmad
Al-Usairy, Sejarah Islam, Jakarta:
AKBAR MEDIA, 2011, hlm. 441
[20] Dedi
Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,
Bandung: Pustaka Setia, 2008, hlm. 300
[21] Ibid, Sejarah Islam, Jakarta: AKBAR MEDIA, 2011, hlm. 442
[22]
http://oldindonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=6650:tiga-dekade-revolusi-islam-iran-02&catid=33:detik-detik-revolusi&Itemid=120
diakses pada tanggal 19-12-2012
[23] Ibid
[24] Ibid
[25] Ibid
[26] Ibid
[27] Ibid
[28] Ibid
[29]
http://sejarahituindah.blogspot.com/2011/07/runtuhnya-kekuasaan-shah-dan-timbulnya.html
diakses pada tanggal 17-12-2012
[30] Ibid
[31] Ibid
[32] Ibid
[33] Ahmad
Al-Usairy, Sejarah Islam, Jakarta: AKBAR MEDIA,
2011, hlm. 442
Tidak ada komentar:
Posting Komentar