Kamis, 08 Mei 2014

SPI, (KAWASAN, TURKI & ASIA TENGAH) PERKEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI DAN KEBUDAYAAN ISLAM


SPI, (KAWASAN, TURKI & ASIA TENGAH)
PERKEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI
DAN KEBUDAYAAN ISLAM





Disusun Oleh
          Nama                 : Irwansyah
          Nim                   : 10 42 0013
Tugas Individu

Dosen Pembimbing
Padilla, S. S.  M. Hum

FAKULTAS
ADAB DAN HUMANIORA
JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG 2013/2014
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Negara Turki adalah negara yang terletak di dua benua. Dengan luas wilayah sekitar 814.578 KM2, 97% (790.200 KM2) wilayahnya terletak di benua Asia dan sisanya sekitar 3% (24.378 KM2) terletak di benua Eropa. Posisi geografi yang strategis itu menjadikan Turki sebagai jembatan antara Timur dan Barat. Bangsa Turki diperkirakan berasal dari suku-suku Iran di Asia Tengah. Secara historis, bangsa Turki mewarisi peradaban Romawi di Anatolia, peradaban Islam Arab dan Persia sebagai warisan dari Imperium Utsmani serta pengaruh negara-negara Barat Modern. Bahkan, Dinasti Turki Utsmani dianggap sebagai satu-satunya sandungan bagi bangsa Eropa dalam melancarkan ekspansi ke dunia Timur.
Peradaban Islam dengan pengaruh Arab dan Persia menjadi warisan yang mendalam bagi masyarakat Turki sebagai peninggalan Dinasti Utsmani. Islam di masa kekhalifahan Turki Utsmani diterapkan sebagai Agama yang mengatur hubungan antara manusia sebagai makhluk dengan Khalik, dan juga suatu sistem Sosial yang melandasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Perkembangan selanjutnya memperlihatkan pengaruh yang kuat kedua peradaban tersebut (Arab-Persia) ke dalam kebudayaan bangsa Turki. Kondisi ini sering kali menimbulkan kekeliruan pada masyarakat awam yang sering menganggap bahwa bangsa Turki sama dengan bangsa Arab.

B.       Rumusan Masalah
Maka dari pada itu supaya makalah ini terarah maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Asal Mula Kerajaan Turki Utsmani
2.      Perkembangan Kerajaan Turki Utsmani
3.      Faktor-Faktor yang menyebabkan kehancuran Turki Utsmani
4.      Peradaban yang berkembang Pada bidang militer dan pemerintahan







PEMBAHASAN

A.      Asal Mula Kerajaan Turki Utsmani
Kerajaan Turki Utsmani dirikan oleh bangsa pengembara Turki dari kabilah Orguz yang mendiami daerah Asia tengah atau daerah utara Cina.[1]Mereka masuk Islam sekitar Abad ke-9 atau ke-10. Pada Abad ke-13, di karenakan adanya tekanan Bangsa Mongol, atas perintah kepala kabilah Sulaiman Syah, sejumlah kira-kira 400 kepala keluarga yang dipimpin oleh putranya Ertoghul mengungsi ke saudara mereka Turki Saljuk yang berpusat di Anatolia daerah dataran tinggi Asia Kecil, dan merekapun mengabdikan diri kepada Sultan Turki Saljuk Alauddin II yang kebetulan sedang berperang melawan kemaharajaan Romawi Timur Bizantim. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin II dapat meraih kemenangan dan Sultan menghadiahkan untuk mereka sebidang tanah di Asia kecil, yang berbatasan dengan Bizantium.
Sejak saat itu merekapun membangun daerahnya dan menjadikan Syukud sebagai ibu kota. Pada tahun 1289 M Erthoghul meninggal, di gantikan oleh putranya Utsman sebagai penerus kepemimpinan yang Sebagaimana ayahnya Utsman juga banyak berjasa kepada sultan  Kemenangan dalam setiap pertempuran banyak diraih Utsman sehingga Sultan pun semakin bersimpati dan banyak memberi hak istimewa pada Utsman. Hingga pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang dan mengakibatkan Sultan Alauddin II terbunuh dengan tampa meninggalkan putra sebagai pewaris tahta, Sebab itu Utsman pun memproklamirkan kemerdekaan sebagai Padisyah Al Utsman dalam kesultanan Utsmani. Dalam kepemimpinannya, Kerajaan semakin luas dan kuat sehingga dapat menduduki benteng-benteng Bizantium dan menaklukan kota Broessa yang pada tahun 1326 M menjadi ibu kota kerajaan[2].

B.       Perkembangan Kerajaan Turki Utsmani
1. Periode kemajuan
Sepeninggal Sultan Utsman pada Tahun 1326 M, Kerajaan dipimpin oleh anaknya Sultan  Orkhan I (1326-1359 M). Pada masanya berdiri Akademi militer sebagai pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan militer yang besar dan dengan mudahnya dapat menaklukan Sebagian daerah benua Eropa yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli 1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan Galliopoli 1356 M. Ketika Sultan Murad I (1359-1389 M)  pengganti Orkhan naik. Ia memantapkan keamanan dalam negeri dan melakukan perluasan ke benua Eropa dengan menaklukan Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru) , Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan Utsmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang dipimpin oleh Sijisman memerangi kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di Kosovo tahun 1389 M, namun musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan.
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid naik tahta(1389-1403 M), Perluasan berlanjut dan dapat menguasai Salocia, Morea , Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga pada  tahun 1394 M, memperoleh kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas. Selain menghadapi musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga dipaksa menghadapi pemberontak yang bersekutu dengan Raja Islam yang bernama Timur Lenk di samarkand. Pada tahun 1402 M pertempuran hebat pun terjadi di Ankara , yang pada akhirnya Sultan Bayazid dengan kedua putranya Musa dan Erthogrol, tertangkap dan meninggal di tahanan pada tahun1403 M. Sebab kekalahan ini Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya. Setelah Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan kekuasaan di antara putra-putranya (Muhammad, Isa dan Sulaiman) namun di antara mereka Sultan Muhammad I lah yang naik tahta (1403-1421 M), di masa pemerintahannya ia berhasil menyatukan kembali kekuatan dan daerahnya dari bangsa Mongol, terlebih setelah Timur Lenk meninggal pada tahun 1405 M. Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh anaknya, SultanMurrad II (1421-1484 M) hingga mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan Muhammad II/Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra Murrad II.
Pada Masa Muhammad II, Tahun 1453 M Ia dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstantinopel. Setelah Beliau meninggal digantikan oleh putranya Sultan Bayazid II Berbeda dengan Ayahnya, Sultan Bayazid II (1481-1512 M) lebih mementingkan kehidupan Tasawuf dari pada penaklukan wilayah, sebab itu muncul kontroversial akhirnya ia mengundurkan diri dan di gantikan putranya Sultan Salim I Pada masa Sultan Salim I (1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah perluasan, memfokuskan pergerakan ke arah Timur dengan menaklukan Persia, Syiria hingga menembus Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai Mamluk. Setelah Sultan Salim I Meninggal , Muncul Putranya Sultan Sulaiman I(1520-1566 M) sebagai Sultan yang mengantarkan Kerajaan Turki Utsmani pada masa keemasannya, karena telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga Austria, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis. Asia hingga Persia, Amenia, Siria . meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga daerah-daerah di sekitar kerajaan seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan Yaman .
2. Periode Kemunduran
Setelah Beliau meninggal di gantikan putranya Sultan Salim II (1566-1573 M)[3] yang mana sejarah mencatat sebagai titik awal masa kemunduran Kerajaan Turki Utsmani setelah Berkuasa lebih dari 2 setengah abad. Pada masa pemerintahan Salim II, Terjadi pertempuran dengan Armada Laut Kristen yang dipimpin oleh Don Juan dari Spanyol di Selat Liponto Yunani. Turki Utsmani Kalah yang mengakibatkan Tunisia dapat di rebut Musuh.Pengganti Salim II adalah Sultan Murad III (1574-1595 M) ia dapat menyerbu Kaukasus, dan menguasai Tiflis di laut Hitam pada tahun 1577 M, merebut kembali Tabriz, dan menundukan Georgia. Namun karena Berkepribadian Jelek dan suka memperturutkan Hawa nafsunya, muncul kekacauan dalam negeri. Kekacauan pun menjadi-jadi setelah Sultan Muhammad III (1595-1603 M) naik tahta, Austria berhasil memukul Kerajaan yang menjadikan Wibawa Kerajaan Turki Utsmani hilang di mata bangsa-bangsa Eropa Selanjutnya Sultan Ahmad I (1603-1617 M) Naik tahta, Ia bangkit kembali berusaha memperbaiki situasi dalam negeri, Namun hasilnya kurang maksimal.
Sesudah Sultan Ahmad I, Keadaan semakin memburuk setelah naiknya Sultan Mustafa (1617-1618 M dan 1622-1623 M) pada awalnya dia hanya setahun menjabat karena tidak bisa mengatasi gejolak Politik dalam negri sehingga di paksa turun melalui Fatwa Syaikh Al Islam Setelah Mustafa turun di gantikan oleh Sultan Utsman II (1618-1622 M), Namun Ia juga tidak mampu memperbaiki keadaan, hingga Persia lepas dari kekuasaan. Dan di lanjutkan kembali oleh Sultan Mustafa namun hanya setahun, Ia pun di gantikan oleh Sultan Murrad IV (1623-1640M) yang kemudian mampu memperbaiki, menyusun dan menertibkan pemerintahan kembali. 
Namun situasi kembali berubah setelah Sultan Ibrahim Naik tahta (1640-1648 M) pada masanya orang-orang Venesia berhasil mengusir Turki Utsmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M, Sebab kekalahan itu kekuasaan di pegang oleh Muhammad Koprulu sebagai perdana mentri yang di beri kekuasaan absolut, berhasil mengupayakan stabilitas negara. Sepeninggal Koprulu, kerajaan di pegang oleh anaknya, Ibrahim. Sejak dipimpin Ibrahim, Kerajaan selalu kalah dalam peperangan sehingga banyak wilayah yang melepaskan diri dari Kerajaan dan terebut oleh Bangsa Eropa. Pada tahun 1699 M, terjadi perjanjian Korlowith yang memaksa Kesultanan Turki Utsmani melepaskan Hongaria, Slovenia, Kroasia kepada Hapsburg dan Hemenietz. Podolia, Ukraina, Morea, dan Dalmatia kepada bangsa Venetia. Pada tahun 1770 M, Bangsa Rusia pun dapat mengalahkan Turki Utsmani di sepanjang pantai Asia kecil. Walaupun kelak dapat di kuasai kembali pada masa Sultan Mustafa III (1757-1774 M) Setelah sultan Mustafa III, di gantikan oleh Sultan yang lemah yaitu, Abdul Hamid (1774-1789 M), Di kutcuk kinerja ia mengadakan perjanjian kinerja dengan Catherine II dari Rusia. Yang mana Kerajaan di haruskan menyerahkan benteng-benteng yang ada dilaut hitam, mengizinkan Armada Rusia melewati Selat antara laut hitam dan putih, dan mengakui kemerdekaan Crimea.[4]
Sejak itu kemunduran terus berlanjut hingga muncul pergerakan Turki Muda sebagai Oposisi, dari kalangan pelajar perguruan tinggi yang berusaha menjatuhkan sistem monarki kesultanan Turki Utsmani, gerakan ini di pelopori oleh Murad Bey, Ahmad Reza, Dan pangeran Salahudin Pada tahun 1920 M, muncul pula pergerakan militer yang di kepalai oleh Mustafa kamal Attratuk berserta tokoh Nasionalis lainya seperti Yusuf Akcura dan Zia Gokalp, Mendirikan Dewan Nasional di Ankara. Pada tahun 1924M, Majlis ini pun mengeluarkan deklarasi yang mengangkat Mustafa kemal sebagai Presiden dan merubah kerajaan menjadi negara Republik.

C.      Adapun Berbagai Faktor Kehancuran Turki Utsmani Sebagai Berikut:
1.         Wilayah kekuasaan yang terlalu luas
2.         Heterogenitas penduduk 
3.         Kelemahan para Penguasa
4.         Pemberontakan-Pemberotakan
5.         Merosotnya Ekonomi
6.         Kurang berkembangnya Ilmu pengetahuan

D.      Adapun Peradaban Berkembang Bidang Militer Dan Pemerintahan
a.         Adanya Akademi militer sebagai pusat pendidikan dan pelatihan
b.         Terbentuknya tentara tangguh Jenissari dan Taujiah
c.         Adanya Kitab Muqtadha Al Abhur, sebagai UU Pemerintahan



A.      Pada Bidang Ilmu Pengetahuan dan  budaya
Kebudayaan Turki Utsmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam Istana Raja-Raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap dari Bizantium. Dan ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf diambil dari Arab. Dalam bidang Ilmu Pengetahuan di Turki Utsmani tidak begitu menonjol seperti Dinasti Islam sebelumnya.  karena mereka lebih memfokuskan pada kegiatan militernya, sehingga dalam khasanah Intelektual Islam tidak ada Ilmuan yang terkemuka dari Turki Utsmani. Adapun beberapa tokoh termasyhur dari beberapa disiplin Ilmu yang muncul kala itu, di antaranya :
1.         Abdulrauf Al Manawy dan Abdul Wahab Sya’rany , sebagai Ahli Hadis dan Tasawuf 
2.         As Shadar bin Abdurrahman Al Akhdhary, sebagai Ahli Filsafat dan Mantiq
3.         Daud Inthaqy dan Sahabudin bin Salamah Qaliyuby, Ahli dalam bidang Kedokteran
4.         Ibnu Hasan Samarkandy, sebagai Ahli Ilmu Politik
5.         Qari Al Harawy, sebagai Ahli Musik 
6.         Ibnu Diba Az zabidy dan Abdul Ghani An Nablusy, sebagai Ahli Sejarah
7.         Aisyah Ba’uniyah dan Ali khan, sebagai Ahli Sastra
8.         Abdulqadir Baghdady dan Az zabidy, sebagai Ahli Bahasa
9.         Muammar Sinan, sebagai Ahli di bidang Arsitektur 
10.     Musa Azam, Sebagai Ahli Seni[5]

B.       Kemajuan Budaya Sosial dan Seni
Budaya Turki Utsmani sangat di pengaruhi oleh tiga budaya. Yaitu kebudayaan Persia , kebudayaan Bangsa Arab dan kebudayaan dari Bizantium. Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam pengembangan Seni Arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan Masjid yang Indah, seperti Masjid Al-Muhammadi atau Masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman, dan Masjid Abi Ayyub Al-Anshari. Masjid-Masjid tersebut dihiasi dengan Kaligrafi-Kaligrafi yang Indah. Pada masa Sulaiman di kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak dibangun Masjid, Sekolah, Rumah Sakit, Gedung, Makam, Jembatan, Saluran Air, Villa, dan Pemandian Umum. Disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan itu dibangun di bawah koordinator Sinan, Seorang Arsitek dari Anatolia.

C.      Keagamaan-Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan Sosial dan Politik. Masyarakat di golongkan berdasarkan Agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan Syariat sehingga Fatwa Ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itu, Ajaran Ajaran Thorikot berkembang dan juga mengalami kemajuan di Turki Utsmani. Para Mufti menjadi pejabat tertinggi dalam urusan Agama dan mempunyai wewenang dalam memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang terjadi dalam masyarakat.
Pada Masa Turki Utsmani tarekat juga mengalami banyak kemajuan. Tarekat yang paling berkembang adalah Tarekat Bektasyi dan Tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak dianut oleh kalangan Sipil dan Militer. dipihak lain, Kajian Ilmu keagamaan seperti Fiqih, Ilmu Kalam, Tafsir, dan Hadits bisa dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung menegakkan satu faham (Madzhab) keagamaan dan menekan Madzhab yang lain. Misalnya saja Sultan Abd Hamid II, lebih fanatik terhadap Aliran Asy’ariyah. akibat kelesuan di bidang Ilmu keagamaan dan fanatik yang berlebihan, maka Ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya menulis dalam bentuk Syarah (Penjelasan) dan Hasyiyah (Semacam Catatan) terhadap karya masa klasik.[6]

D.      Kemajuan Ekonomi
Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri pada waktu itu di antaranya :Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun, Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.[7]






KESIMPULAN
Dinasti Utsmani di Turki merupakan kerajaan Islam yang berkuasa cukup lama hampir 7 Abad lamanya ( 1290-1924 M ) dan merupakan kerajaan yang besar. Kerajaan Utsmani di dirikan oleh Utsman 1 putra Ertoghul bangsa Turki dari kabilah Oghus yang mula-mula mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Cina. Dinasti Turki Utsmani mengalami kemajuaan dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang Ekspansi atau perluasan Agama Islam. Sebagai bangsa yang terkenal dengan meliter yang kuat, wilayah kekuasaannya meliputi tiga benua, Yaitu Asia, Afrika, dan Eropa.
            Peradaban Islam Turki Utsmani mengalami kemajuan antara lain di bidang kemeliteran dan pemerintahan, dimana Militer dan pemerintahan Turki sangat kuat. Dalam Segi Budaya, Sastra, Perekonomian dan Arsitek bangunan sangat berhasil. Dalam bidang keagamaan, suasana keagamaan juga cukup berhasil dengan baik. Adapun dalam bidang Ilmu pengetahuan, Turki Utsmani tidak begitu mengalami kemajaun yang berarti.




















DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2008).
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009).
Hasjmy, Ahmad, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang,1995).
http://www.scribd.com/doc/32948655/an-Islam-Pada-Masa-Kerajaan-Turki-Usmani




[1] Badri  Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010) hlm. 129
[2] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009) hlm. 195-197
[3] Ibid, samsul Munir, hlm. 205-206
[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo. 2010)hlm. 165
[5] A. Hasjmy, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995) hlm. 306-409
[6] Badri yatim, sejarah peradaban islam, (Jakarta :Rajawali Pers,1993),hlm 133-137.
[7]http://www.scribd.com/doc/32948655/an-Islam-Pada-Masa-Kerajaan-Turki-Usmani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar