SPI, (KAWASAN, TURKI & ASIA TENGAH)
PERKEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI
DAN KEBUDAYAAN ISLAM
Disusun
Oleh
Nama :
Irwansyah
Nim :
10 42 0013
Tugas Individu
Dosen Pembimbing
Padilla,
S. S. M. Hum
FAKULTAS
ADAB DAN HUMANIORA
JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG 2013/2014
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Negara Turki adalah negara yang terletak di dua benua. Dengan luas
wilayah sekitar 814.578 KM2, 97% (790.200 KM2) wilayahnya terletak di benua
Asia dan sisanya sekitar 3% (24.378 KM2) terletak di benua Eropa. Posisi
geografi yang strategis itu menjadikan Turki sebagai jembatan antara Timur dan
Barat. Bangsa Turki diperkirakan berasal dari suku-suku Iran di Asia Tengah.
Secara historis, bangsa Turki mewarisi peradaban Romawi di Anatolia, peradaban
Islam Arab dan Persia sebagai warisan dari Imperium Utsmani serta pengaruh
negara-negara Barat Modern. Bahkan, Dinasti Turki Utsmani dianggap sebagai
satu-satunya sandungan bagi bangsa Eropa dalam melancarkan ekspansi ke dunia
Timur.
Peradaban Islam dengan pengaruh Arab dan Persia menjadi warisan yang
mendalam bagi masyarakat Turki sebagai peninggalan Dinasti Utsmani. Islam di
masa kekhalifahan Turki Utsmani diterapkan sebagai Agama yang mengatur hubungan
antara manusia sebagai makhluk dengan Khalik, dan juga suatu sistem Sosial yang
melandasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Perkembangan selanjutnya
memperlihatkan pengaruh yang kuat kedua peradaban tersebut (Arab-Persia) ke
dalam kebudayaan bangsa Turki. Kondisi ini sering kali menimbulkan kekeliruan
pada masyarakat awam yang sering menganggap bahwa bangsa Turki sama dengan
bangsa Arab.
B. Rumusan
Masalah
Maka dari pada itu supaya makalah ini terarah maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Asal Mula Kerajaan Turki Utsmani
2. Perkembangan Kerajaan Turki Utsmani
3. Faktor-Faktor yang menyebabkan kehancuran Turki
Utsmani
4.
Peradaban
yang berkembang Pada bidang militer dan pemerintahan
PEMBAHASAN
A. Asal Mula
Kerajaan Turki Utsmani
Kerajaan Turki Utsmani dirikan oleh
bangsa pengembara Turki dari kabilah Orguz yang mendiami daerah Asia tengah
atau daerah utara Cina.[1]Mereka
masuk Islam sekitar Abad ke-9 atau ke-10. Pada Abad ke-13, di karenakan adanya
tekanan Bangsa Mongol, atas perintah kepala kabilah Sulaiman Syah, sejumlah
kira-kira 400 kepala keluarga yang dipimpin oleh putranya Ertoghul mengungsi ke
saudara mereka Turki Saljuk yang berpusat di Anatolia daerah dataran tinggi
Asia Kecil, dan merekapun mengabdikan diri kepada Sultan Turki Saljuk Alauddin
II yang kebetulan sedang berperang melawan kemaharajaan Romawi Timur Bizantim.
Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin II dapat meraih kemenangan dan Sultan
menghadiahkan untuk mereka sebidang tanah di Asia kecil, yang berbatasan dengan
Bizantium.
Sejak saat itu merekapun membangun
daerahnya dan menjadikan Syukud sebagai ibu kota. Pada tahun 1289 M Erthoghul
meninggal, di gantikan oleh putranya Utsman sebagai penerus kepemimpinan yang
Sebagaimana ayahnya Utsman juga banyak berjasa kepada sultan Kemenangan dalam setiap pertempuran banyak diraih
Utsman sehingga Sultan pun semakin bersimpati dan banyak memberi hak
istimewa pada Utsman. Hingga pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang dan mengakibatkan
Sultan Alauddin II terbunuh dengan tampa meninggalkan putra sebagai pewaris tahta,
Sebab itu Utsman pun memproklamirkan kemerdekaan sebagai Padisyah Al Utsman dalam
kesultanan Utsmani. Dalam kepemimpinannya, Kerajaan semakin luas dan kuat
sehingga dapat menduduki benteng-benteng Bizantium dan menaklukan kota Broessa
yang pada tahun 1326 M menjadi ibu kota kerajaan[2].
B. Perkembangan
Kerajaan Turki Utsmani
1. Periode kemajuan
Sepeninggal Sultan Utsman pada Tahun
1326 M, Kerajaan dipimpin oleh anaknya Sultan Orkhan I (1326-1359 M). Pada masanya
berdiri Akademi militer sebagai pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga
mampu menciptakan kekuatan militer yang besar dan dengan mudahnya dapat
menaklukan Sebagian daerah benua Eropa yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M,
Tawasyanli 1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan Galliopoli 1356 M. Ketika
Sultan Murad I (1359-1389 M) pengganti Orkhan naik. Ia memantapkan
keamanan dalam negeri dan melakukan perluasan ke benua Eropa dengan menaklukan
Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru) , Macedonia, Sopia,
Salonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan
Kerajaan Utsmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang dipimpin oleh Sijisman
memerangi kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di Kosovo tahun 1389 M, namun
musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan.
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid naik tahta(1389-1403 M), Perluasan berlanjut dan
dapat menguasai Salocia, Morea , Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga pada tahun 1394 M, memperoleh kemenangan dalam
perang Salib di Nicapolas. Selain menghadapi musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga
dipaksa menghadapi pemberontak yang bersekutu dengan Raja Islam yang bernama
Timur Lenk di samarkand. Pada tahun 1402 M pertempuran hebat pun terjadi di
Ankara , yang pada akhirnya Sultan Bayazid dengan kedua putranya Musa dan
Erthogrol, tertangkap dan meninggal di tahanan pada tahun1403 M. Sebab
kekalahan ini Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya. Setelah
Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan kekuasaan di antara putra-putranya (Muhammad,
Isa dan Sulaiman) namun di antara mereka Sultan
Muhammad I lah yang naik tahta (1403-1421
M), di masa pemerintahannya ia berhasil menyatukan kembali kekuatan dan
daerahnya dari bangsa Mongol, terlebih setelah Timur Lenk meninggal pada tahun
1405 M. Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh
anaknya, SultanMurrad II (1421-1484 M)
hingga mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan
Muhammad II/Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra Murrad II.
Pada Masa Muhammad II, Tahun 1453 M
Ia dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstantinopel. Setelah Beliau
meninggal digantikan oleh putranya Sultan Bayazid II Berbeda dengan Ayahnya, Sultan Bayazid II (1481-1512 M) lebih
mementingkan kehidupan Tasawuf dari pada penaklukan wilayah, sebab itu muncul
kontroversial akhirnya ia mengundurkan diri dan di gantikan putranya Sultan
Salim I Pada masa Sultan Salim I (1521-1520
M) terjadi perubahan peta arah perluasan, memfokuskan pergerakan ke arah
Timur dengan menaklukan Persia, Syiria hingga menembus Mesir di Afrika
Utara yang sebelumnya di kuasai Mamluk. Setelah Sultan Salim I Meninggal ,
Muncul Putranya Sultan Sulaiman I(1520-1566
M) sebagai Sultan yang mengantarkan Kerajaan Turki Utsmani pada masa
keemasannya, karena telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga Austria,
Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania, Afrika Utara
hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis. Asia hingga Persia, Amenia, Siria .
meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga
daerah-daerah di sekitar kerajaan seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes,
Tunis, Budapest dan Yaman .
2. Periode Kemunduran
Setelah Beliau meninggal di gantikan
putranya Sultan Salim II (1566-1573 M)[3]
yang mana sejarah mencatat sebagai titik awal masa kemunduran Kerajaan Turki Utsmani
setelah Berkuasa lebih dari 2 setengah abad. Pada masa pemerintahan Salim II,
Terjadi pertempuran dengan Armada Laut Kristen yang dipimpin oleh Don Juan dari
Spanyol di Selat Liponto Yunani. Turki Utsmani Kalah yang mengakibatkan Tunisia
dapat di rebut Musuh.Pengganti Salim II adalah Sultan Murad III (1574-1595 M) ia dapat menyerbu Kaukasus, dan
menguasai Tiflis di laut Hitam pada tahun 1577 M, merebut kembali Tabriz, dan
menundukan Georgia. Namun karena Berkepribadian Jelek dan suka memperturutkan
Hawa nafsunya, muncul kekacauan dalam negeri. Kekacauan pun menjadi-jadi
setelah Sultan Muhammad III (1595-1603 M)
naik tahta, Austria berhasil memukul Kerajaan yang menjadikan Wibawa Kerajaan
Turki Utsmani hilang di mata bangsa-bangsa Eropa Selanjutnya Sultan Ahmad I (1603-1617 M) Naik tahta,
Ia bangkit kembali berusaha memperbaiki situasi dalam negeri, Namun hasilnya
kurang maksimal.
Sesudah Sultan Ahmad I, Keadaan
semakin memburuk setelah naiknya Sultan
Mustafa (1617-1618 M dan 1622-1623 M) pada awalnya dia hanya setahun
menjabat karena tidak bisa mengatasi gejolak Politik dalam negri sehingga di
paksa turun melalui Fatwa Syaikh Al Islam Setelah Mustafa turun di gantikan
oleh Sultan Utsman II (1618-1622 M),
Namun Ia juga tidak mampu memperbaiki keadaan, hingga Persia lepas dari
kekuasaan. Dan di lanjutkan kembali oleh Sultan Mustafa namun hanya setahun, Ia
pun di gantikan oleh Sultan Murrad IV
(1623-1640M) yang kemudian mampu memperbaiki, menyusun dan menertibkan
pemerintahan kembali.
Namun situasi kembali berubah
setelah Sultan Ibrahim Naik tahta
(1640-1648 M) pada masanya orang-orang Venesia berhasil mengusir Turki Utsmani
dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M, Sebab kekalahan itu kekuasaan di pegang
oleh Muhammad Koprulu sebagai perdana mentri yang di beri kekuasaan
absolut, berhasil mengupayakan stabilitas negara. Sepeninggal Koprulu, kerajaan
di pegang oleh anaknya, Ibrahim. Sejak dipimpin Ibrahim, Kerajaan selalu
kalah dalam peperangan sehingga banyak wilayah yang melepaskan diri dari
Kerajaan dan terebut oleh Bangsa Eropa. Pada tahun 1699 M, terjadi perjanjian Korlowith
yang memaksa Kesultanan Turki Utsmani melepaskan Hongaria, Slovenia,
Kroasia kepada Hapsburg dan Hemenietz. Podolia, Ukraina, Morea, dan Dalmatia
kepada bangsa Venetia. Pada tahun 1770 M, Bangsa Rusia pun dapat mengalahkan
Turki Utsmani di sepanjang pantai Asia kecil. Walaupun kelak dapat di kuasai
kembali pada masa Sultan Mustafa III
(1757-1774 M) Setelah sultan Mustafa III, di gantikan oleh Sultan yang
lemah yaitu, Abdul Hamid (1774-1789
M), Di kutcuk kinerja ia mengadakan perjanjian kinerja dengan Catherine II dari
Rusia. Yang mana Kerajaan di haruskan menyerahkan benteng-benteng yang ada dilaut
hitam, mengizinkan Armada Rusia melewati Selat antara laut hitam dan putih, dan
mengakui kemerdekaan Crimea.[4]
Sejak itu kemunduran terus
berlanjut hingga muncul pergerakan Turki Muda sebagai Oposisi, dari
kalangan pelajar perguruan tinggi yang berusaha menjatuhkan sistem monarki
kesultanan Turki Utsmani, gerakan ini di pelopori oleh Murad Bey, Ahmad Reza,
Dan pangeran Salahudin Pada tahun 1920 M, muncul pula pergerakan militer yang
di kepalai oleh Mustafa kamal Attratuk berserta tokoh Nasionalis lainya seperti
Yusuf Akcura dan Zia Gokalp, Mendirikan Dewan Nasional di Ankara. Pada
tahun 1924M, Majlis ini pun mengeluarkan deklarasi yang mengangkat Mustafa
kemal sebagai Presiden dan merubah kerajaan menjadi negara Republik.
C. Adapun
Berbagai Faktor Kehancuran Turki Utsmani Sebagai Berikut:
1.
Wilayah
kekuasaan yang terlalu luas
2.
Heterogenitas
penduduk
3.
Kelemahan
para Penguasa
4.
Pemberontakan-Pemberotakan
5.
Merosotnya
Ekonomi
6.
Kurang
berkembangnya Ilmu pengetahuan
D. Adapun
Peradaban Berkembang Bidang Militer Dan
Pemerintahan
a.
Adanya
Akademi militer sebagai pusat pendidikan dan pelatihan
b.
Terbentuknya
tentara tangguh Jenissari dan Taujiah
c.
Adanya Kitab
Muqtadha Al Abhur, sebagai UU Pemerintahan
A. Pada Bidang Ilmu Pengetahuan dan
budaya
Kebudayaan Turki Utsmani merupakan
perpaduan bermacam-macam kebudayaan diantaranya adalah kebudayaan Persia,
Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil
ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam Istana Raja-Raja. Organisasi
pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap dari Bizantium. Dan ajaran tentang
prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf diambil
dari Arab. Dalam bidang Ilmu Pengetahuan di Turki Utsmani tidak begitu menonjol
seperti Dinasti Islam sebelumnya. karena
mereka lebih memfokuskan pada kegiatan militernya, sehingga dalam khasanah
Intelektual Islam tidak ada Ilmuan yang terkemuka dari Turki Utsmani. Adapun
beberapa tokoh termasyhur dari beberapa disiplin Ilmu yang muncul kala
itu, di antaranya :
1.
Abdulrauf Al
Manawy dan Abdul Wahab Sya’rany , sebagai Ahli Hadis dan Tasawuf
2.
As Shadar
bin Abdurrahman Al Akhdhary, sebagai Ahli Filsafat dan Mantiq
3.
Daud Inthaqy
dan Sahabudin bin Salamah Qaliyuby, Ahli dalam bidang Kedokteran
4.
Ibnu Hasan
Samarkandy, sebagai Ahli Ilmu Politik
5.
Qari Al
Harawy, sebagai Ahli Musik
6.
Ibnu Diba Az
zabidy dan Abdul Ghani An Nablusy, sebagai Ahli Sejarah
7.
Aisyah
Ba’uniyah dan Ali khan, sebagai Ahli Sastra
8.
Abdulqadir
Baghdady dan Az zabidy, sebagai Ahli Bahasa
9.
Muammar
Sinan, sebagai Ahli di bidang Arsitektur
10.
Musa Azam,
Sebagai Ahli Seni[5]
B. Kemajuan Budaya
Sosial dan Seni
Budaya Turki Utsmani sangat di
pengaruhi oleh tiga budaya. Yaitu kebudayaan Persia , kebudayaan Bangsa Arab
dan kebudayaan dari Bizantium. Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam
pengembangan Seni Arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan Masjid yang Indah,
seperti Masjid Al-Muhammadi atau Masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid
Agung Sulaiman, dan Masjid Abi Ayyub Al-Anshari. Masjid-Masjid tersebut dihiasi
dengan Kaligrafi-Kaligrafi yang Indah. Pada masa Sulaiman di kota-kota besar
dan kota-kota lainnya banyak dibangun Masjid, Sekolah, Rumah Sakit, Gedung,
Makam, Jembatan, Saluran Air, Villa, dan Pemandian Umum. Disebutkan bahwa 235
buah dari bangunan itu dibangun di bawah koordinator Sinan, Seorang Arsitek
dari Anatolia.
C. Keagamaan-Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki
mempunyai peranan besar dalam lapangan Sosial dan Politik. Masyarakat di
golongkan berdasarkan Agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan Syariat
sehingga Fatwa Ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itu, Ajaran Ajaran
Thorikot berkembang dan juga mengalami kemajuan di Turki Utsmani. Para Mufti
menjadi pejabat tertinggi dalam urusan Agama dan mempunyai wewenang dalam
memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang terjadi dalam masyarakat.
Pada Masa Turki Utsmani tarekat juga
mengalami banyak kemajuan. Tarekat yang paling berkembang adalah Tarekat
Bektasyi dan Tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak dianut oleh kalangan
Sipil dan Militer. dipihak lain, Kajian Ilmu keagamaan seperti Fiqih, Ilmu
Kalam, Tafsir, dan Hadits bisa dikatakan tidak mengalami perkembangan yang
berarti. Para penguasa lebih cenderung menegakkan satu faham (Madzhab)
keagamaan dan menekan Madzhab yang lain. Misalnya saja Sultan Abd Hamid II,
lebih fanatik terhadap Aliran Asy’ariyah. akibat kelesuan di bidang Ilmu
keagamaan dan fanatik yang berlebihan, maka Ijtihad tidak berkembang. Ulama
hanya menulis dalam bentuk Syarah (Penjelasan) dan Hasyiyah (Semacam
Catatan) terhadap karya masa klasik.[6]
D. Kemajuan Ekonomi
Tercatat beberapa kota yang maju
dalam bidang industri pada waktu itu di antaranya :Mesir sebagai pusat produksi
kain sutra dan katun, Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan
kawasan pertanian yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat
itu.[7]
KESIMPULAN
Dinasti Utsmani di Turki merupakan
kerajaan Islam yang berkuasa cukup lama hampir 7 Abad lamanya ( 1290-1924 M )
dan merupakan kerajaan yang besar. Kerajaan Utsmani di dirikan oleh Utsman 1
putra Ertoghul bangsa Turki dari kabilah Oghus yang mula-mula mendiami daerah
Mongol dan daerah Utara Cina. Dinasti Turki Utsmani mengalami kemajuaan dalam
berbagai bidang, terutama dalam bidang Ekspansi atau perluasan Agama Islam.
Sebagai bangsa yang terkenal dengan meliter yang kuat, wilayah kekuasaannya meliputi
tiga benua, Yaitu Asia, Afrika, dan Eropa.
Peradaban
Islam Turki Utsmani mengalami kemajuan antara lain di bidang kemeliteran dan
pemerintahan, dimana Militer dan pemerintahan Turki sangat kuat. Dalam Segi
Budaya, Sastra, Perekonomian dan Arsitek bangunan sangat berhasil. Dalam bidang
keagamaan, suasana keagamaan juga cukup berhasil dengan baik. Adapun dalam
bidang Ilmu pengetahuan, Turki Utsmani tidak begitu mengalami kemajaun yang
berarti.
DAFTAR
PUSTAKA
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban
Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2008).
Amin, Samsul Munir, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009).
Hasjmy, Ahmad, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: PT. Bulan
Bintang,1995).
http://www.scribd.com/doc/32948655/an-Islam-Pada-Masa-Kerajaan-Turki-Usmani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar