WILAYAH-WILAYAH
KEKUASAAN
TURKI UTSMANI
DISUSUN OLEH
YUSUF YASIN
10 42 0802
Dosen Pembimbing
Padila, S.S, M.Hum
JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2013
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Setelah
Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan
politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya
tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain saling
memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur
akibat serangan bangsa Mongol itu, keadaan politik umat Islam secara
keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya
tiga kerajaan besar, diantaranya Utsmani di Turki, Mughal di India dan Safawi
di Persia. Kerajaan Utsmani ini adalah yang pertama berdiri juga yang terbesar
dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya. Untuk mengetahui lebih
jelasnya, maka dalam makalah ini akan penulis terangkan lebih lanjut mengenai
Turki Utsmani.
2. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas makalah ini maka penulis akan merumuskan masalah
sebagai berikut
a.
Asal-Usul
Turki Utsmani
b.
Perkembangan
Turki Utsmani
c.
Kemajuan-kemajuan
Turki Utsmani
d.
Turki
Pasca Sulaiman Al-Qanuni
e.
Kemunduran
kerajaan Turki Utsmani
PEMBAHASAN
A. Asal-usul
Turki Utsmani
Nama kerajaan
Utsmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang
pertama, Sultan Utsmani Ibnu Sauji Ibnu Erthogrul Ibnu Sulaimansyah Ibnu Kia
Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah (Hamka,1975:205). Awal mula berdirinya
Dinasti ini banyak tertulis dalam legenda dan sejarah sebelum tahun 1300.
Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan
daerah utara negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka pindah ke
Turkistan, Persia dan Iraq.
Mereka masuk
Islam pada abad ke-9/10 ketika menetap di Asia Tengah (Bosworth,1990:163).Pada
abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari Mongol, akhirnya mereka
melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di antara saudara-saudaranya
yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia kecil (Hasan,
1989:324-325). Di bawah pimpinan Erthogrul, mereka mengabdikan diri kepada
Sultan Alaudin II yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan
mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin memberi
imbalan tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium.
Sejak itu
mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibu kota
(Badri Yatim, 2003:130). Erthogrul meninggal dunia tahun 1289. kepemimpinan
dilanjutkan oleh puteranya, Utsman. Putera Erthogrul inilah yang dianggap
sebagai pendiri kerajaan Utsmani. Utsman memerintah antara tahun 1290-1326 M.
Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol kembali menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam
pertempuran tersebut Sultan Alauddin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan Alauddin
tersebut, Utsman memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah
yang didudukinya.
Penguasa pertamanya
adalah Utsman yang sering disebut Utsman I. Setelah Utsman I mengumumkan
dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar keluarga Utsman) tahun
1300 M setapak demi setapak wilayah kerajaan diperluas.Dipilihnya negeri
Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Utsman mengirim surat kepada raja-raja kecil
guna memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang besar dan dia memberikan
tawaran agar raja-raja kecil itu memilih salah satu diantara tiga perkara,
yakni; memeluk Agama Islam, membayar Jizyah dan Perang.
Setelah
menerima surat itu, separuh ada yang masuk Islam ada juga yang mau membayar
Jizyah. Mereka yang tidak mau menerima tawaran Utsman merasa terganggu sehingga
mereka meminta bantuan kepada bangsa Tartar, akan tetapi Utsman tidak merasa
takut menghadapinya. Utsman menyiapkan tentaranya dalam menghadapi bangsa
Tartar, sehingga mereka dapat ditaklukkan. Utsman mempertahankan kekuasaan
nenek moyang dengan setia dan gagah perkasa sehingga kekuasaan tetap tegak dan
kokoh sehingga kemudian dilanjutkan dengan putera dan saudara-saudaranya yang
gagah berani meneruskan perjuangan sang ayah dan demi kokohnya kekuasaan nenek
moyangnya.
B. Perkembangan Turki Utsmani
Setelah Utsman
mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al Utsman (raja besar keluarga
Utsman), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang
daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian
pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.Pada masa pemerintahan
Orkhan (1326-1359 M), kerajaan Turki Utsmani ini dapat menaklukkan Azmir (1327
M), Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli
(1356 M). Daerah-daerah itulah yang pertama kali diduduki kerajaan Utsmani,
ketika Murad I, pengganti Orkhan berkuasa (1359-1389 M). Selain memantapkan
keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa.
Ia dapat
menaklukkan Adnanopel yang kemudian dijadikan ibukota kerajaan yang baru.
Merasa cemas terhadap ekspansi kerajaan ke Eropa, Paus mengobarkan semangat
perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur
Turki Utsmani, namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), dapat menghancurkan
pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut.
Ekspansi
Bayazid I sempat berhenti karena adanya tekanan dan serangan dari pasukan Timur
Lenk ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi antara tahun 1402 M dan pasukan
Turki mengalami kekalahan. Bayazid I dan putranya ditawan kemudian meninggal
pada tahun 1403 M (Ali, 1991:183). Kekalahan tersebut membawa dampak yang buruk
bagi Kerajaan Utsmani yaitu banyaknya penguasa-penguasa Seljuk di Asia kecil
yang melepaskan diri. Begitu pula dengan Bulgaria dan Serbia, tetapi hal itu
dapat diatasi oleh Sultan Muhammad I (1403-1421 M). Usaha beliau yang pertama
yaitu meletakkan dasar-dasar keamanan dan perbaikan-perbaikan dalam negeri.
Usaha beliau
kemudian diteruskan oleh Sultan Murad II (1421-1451).Turki Utsmani mengalami
kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II (1451-1484 M) atau Muhammad Al-Fatih.
Beliau mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M
yang merupakan kekuatan terakhir Imperium Romawi Timur. Pada masa Sultan Salim
I (1512-1520 M), ekspansi dialihkan ke Timur, Persia, Syiria (suriah) dan Mesir
berhasil ditaklukkannya. Ekspansi tersebut dilanjutkan oleh putranya Sulaiman I
(1520-1526 M) dan berhasil menaklukkam Irak, Belgaro,kepulauan Rhodes, Tunisia
dan Yaman. Masa beliau merupakan puncak keemasan dari kerajaan Turki Utsmani,
karena d ibawah pemerintahannya berhasil menyatukan wilayah yang meliputi
Afrika Utara, Mesir, Hijaz, Irak, Armenia, Asia Kecil, Krimea, Balkan, Yunani,
Bulgaria, Bosnia, Hongaria, Rumania sampai batas sungai Danube dengan tiga
lautan, yaitu laut Merah, laut Tengah dan laut Hitam.Utsmani yang berhasil
menaklukkan Mesir tetap melestarikan beberapa sistem kemasyarakatan yang ada
sekalipun dengan beberapa modifikasi.
Kekhalifahan
Utsmani menyusun kembali sistem pemerintahan yang memusat dan mengangkat
beberapa Gubernur militer dan pejabat-pejabat keuangan untuk mengamankan
pengumpulan pajak dan penyetoran surplus pendapatan ke Istambul. Peranan utama
pemerintahan Utsmani adalah menentramkan negeri ini, melindungi pertanian,
irigasi dan perdagangan sehingga mengamankan arus perputaran pendapatan pajak.
Dalam rentangan
abad pertama dan abad pertengahan dari perieode pemerintahan Utsmani, sistem
irigasi di Mesir diperbaiki, kegiatan pertanian meningkat dengan pesat dan
kegiatan perdagangan dikembangkan melalui pembukaan kembali beberapa jalur
perdagangan antara India dan Mesir. Demikianlah perkembangan dalam kerajaan
Turki Utsmani yang selalu berganti penguasa dalam mempertahankan kerajaannya.
Diantara mereka
(para penguasa) memimpin dengan tegasnya atas tinggalan dari nenek moyang agar
jangan sampai jatuh ke tangan negeri
penguasa lain selain Turki Utsmani. Hal ini terbukti dengan adanya para
pemimpin yang saling melengnkapi dalam memimpin perjuangannya menuju kejayaan
dengan meraih semua yang membawa kemajuan dalam kehidupan masyarakat.
Peta wilayah
kekuasaan Turki Ustman
Adapun
Negara-negara kekuasaan Turki Utsmani adalah sebagai berikut:
® Greece
® Polandia
® Arab Saudi
® Rumania
® Hongaria
® Albania
® Yunani
® Yugoslavia
® Bulgaria
® Algers
® Armenia
® Libya
® Irak
® Mesir
® Syria
® Hijaz
® Yaman
® Tunisia
® Aljazair
C. Kemajuan-Kemajuan Turki Utsmani
Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin
dalam mempertahankan Turki Utsmani membawa dampak yang baik sehingga
kemajuan-kemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Utsmani dapat diraihnya
dengan cepat. Dengan cara atau taktik yang dimainkan oleh beberapa penguasa
Turki seperti Sultan Muhammad yang mengadakan perbaikan-perbaikan dan
meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negerinya yang kemudian diteruskan oleh
Murad II (1421-1451M)
(Badri
Yatim, hal:133-134), Sehingga Turki Utsmani mencapai puncak kejayaan pada masa
Muhammad II (1451- 1484 M). Usaha ini ditindaklanjuti oleh raja-raja berikutnya,
sehingga dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qonuni.
Ia tidak
mengarahkan ekspansinya ke salah satu arah timur dan Barat, tetapi seluruh
wilayah yang berada di sekitar Turki Utsmani itu, sehingga Sulaiman berhasil
menguasai wilayah Asia kecil. Kemajuan dan perkembangan wilayah kerajaan
Ustmani yang luas berlangsung dengan cepat dan diikuti oleh kemajuan-kemajuan
dalam bidang-bidang kehidupan lain yang penting, diantaranya :
1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan
Untuk pertama
kalinya Kerajaan Utsmani mulai mengorganisasi taktik, strategi tempur dan
kekuatan militer dengan baik dan teratur. Sejak kepemimpinan Erthogrul sampai
Orkhan adalah masa pembentukan kekuatan militer. Perang dengan Bizantium
merupakan awal didirikannya pusat pendidikan dan pelatihan militer, sehingga
terbentuklah kesatuan militer yang disebut dengan Jenissari dan Inkisyariah.
Selain itu kerajaan Utsmani membuat struktur pemerintahan dengan kekuasaan
tertinggi di
tangan Sultan yang dibantu oleh Perdana Menteri yang membawahi Gubernur.
Gubernur mengepalai daerah tingakat I. Di bawahnya terdapat beberapa bupati.
Untuk mengatur
urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I dibuatlah Undang-Undang
yang diberi nama Multaqa Al-Abhur , yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan
Utsmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasanya ini, diujung
namanya ditambah gelar Al-Qanuni.
2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan
Turki Utsmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan diantaranya adalah
kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak
mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja.
Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap dari Bizantium. Dan
ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan
huruf diambil dari Arab (Toprak, 1981:60). Dalam bidang Ilmu Pengetahuan
di Turki Utsmani tidak begitu menonjol karena mereka lebih memfokuskan pada
kegiatan militernya, sehingga dalam khasanah Intelektual Islam tidak ada Ilmuan
yang terkemuka dari Turki Utsmani.
3. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi
masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik.
Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat
dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena
iru, ajaran-ajaran thorikoh berkembang dan juga mengalami kemajuan di Turki
Utsmani. Para Mufti menjadi pejabat tertinggi dalam urusan agama dan beliau
mempunyai wewenang dalam memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang
terjadi dalam masyarakat.
Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kerajaan Turki Utsmani tersebut tidak terlepas daripada kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, antara lain:
Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kerajaan Turki Utsmani tersebut tidak terlepas daripada kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, antara lain:
a.
Mereka
adalah bangsa yang penuh semangat, berjiwa besar dan giat.
b.
Mereka
memiliki kekuatan militer yang besar.
c.
Mereka
menghuni tempat yang sangat strategis, yaitu Constantinopel yang berada pada tititk temu
antara Asia dan Eropa.Disamping itu keberanian, ketangguhan dan kepandaian
taktik yang dilakukan olah para penguasa Turki Ustmani sangatlah baik, serta
terjalinnya hubungan yang baik dengan rakyat kecil, sehingga hal ini pun juga
mendukung dalam memajukan dan mempertahankan kerajaan Turki Utsmani.
D. Turki Pasca Sulaiman Al-Qanuni
Masa
pemerintahan Sulaiman I (1520-1566 M) merupakan puncak kejayaan daripada
kerajaan Turki Ustmani. Beliau terkenal dengan sebutan Sulaiman Agung atau
Sulaiman Al-Qonuni. Akan tetapi setelah beliau wafat sedikit demi sedikit Turki
Ustmani mengalami kemunduran. Setelah Sulaiman meninggal Dunia, terjadilah
perebutan kekuasaan antara putera-puteranya, yang nenyebabkan kerajaan Turki
Ustmani mundur akan tetapi meskipun terus mengalami kemunduran kerajaan ini
untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai militer yang tangguh. Kerajaan
ini memang masih bertahan lima abad lagi setelah sepeninggalnya Sultan Sulaiman
1566 Sultan Sulaiman di ganti Salim II.
Pada masa
pemerintahan Salim II (1566-1573 M), pasukan laut Ustmani mengalami kekalahan
atas serangan gabungan tentara Spanyol, Bandulia, Sri Paus dan sebagian armada
pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. Kekalahan ini menyebabkan
Tunisia dapat direbut musuh. Tetapi pada tahun 1575 M, Tunisia dapat direbut
kembali oleh Sultan Murad III (1574-1595 M). Pada masa pemerintahannya, keadaan
dalam negeri mengalami kekacauan. Hal itu disebabkan karena ia mempunyai
kepribadian yang buruk. Keadaan itu semakin kacau setelah naiknya Sultan
Muhammad III (1595-1603 M), Sultan Ahmad I (1603-1671 M) dan Musthofa I
(1617-1622 M), akhirnya Syeikh Al-Islam mengeluarkan fatwa agar Musthofa I
turun dari jabatannya dan diganti oleh Utsman II (1618-1622 M).
Pada masa
pemerintahan Sultan Murad IV (1623-1640 M), mulai mengadakan
perbaikan-perbaikan, tetapi sebelum ia berhasil secara keseluruhan, masa
pemerintahannya berakhir. Kemudian pemerintahan dipegang oleh Ibrahim
(1640-1648 M),yang pada masanya orang-orang Venesia melakukan peperangan laut
dan berhasil mengusir orang Turki Utsmani di Cyprus dan Creta pada tahun 1645
M. Pada tahun 1663 M pasukan Ustmani menderita kekalahan dalam penyerbuan ke
Hungaria. Dan juga pada tahun 1676 M dalam pertempuran di Mohakes, Hungaria.
Turki Utsmani dipaksa menandatangani perjanjian Karlowitz pada tahun 1699 M
yang berisi pernyataan penyerahan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar
Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg. Dan penyerahan Hermeniet, Padalia,
Ukraenia, More dan sebagian Dalmatia kepada penguasa Venesia.
Pada tahun 1770
M pasukan Rusia mengalahkan armada Utsmani di sepanjang pantai Asia Kecil.
Namun kemenangan ini dapat direbut kembali oleh Sultan Musthofa III (1757- 1774
M). Pada tahun 1774 M, penguasa Utsmani Abddul Hamid (1774-1789 M) terpaksa
menandatangani kinerja dengan Catherine II dari Rusia yang berisi penyerahan
benteng-benteng pertahanan di Laut Hitam kepada Rusia dan pengakuan kemerdekaan
atas Crimea (Ali, 1993:191).
Pemerintahan
Turki, masa pasca Sulaiman banyak terjadi kekacauan-kekacauan yang menyebabkan
kemunduran dalam mempertahankan Turki Utsmani. Hal ini dikarenakan banyaknya
berganti pemimpin atau penguasa yang hanya meperebutkan jabatan tanpa
memikirkan langkah-langkah selanjutnya yang lebih terarah pada tegaknya
kerajaan Utsmani. Sifat dari pada para pemimpin juga mempengaruhi keadaan
kerajaan Utsmani, seperti halnya sifat jelek yang dilakukan Sultan Murad III
(1574-1595 M) yakni yang selalu menuruti hawa nafsunya sehingga kehidupan moral
Sultan Murad yang jelek itu menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri
Utsmani itu sendiri. Banyaknya kemunduran yang dirasakan selama kurang lebih
dua abad ditinggal Sultan Sulaiman.
Tidak ada
tanda-tanda membaik sampai setengah pertama dari abad ke -19 M. Oleh karena
itu, satu persatu negara-negara di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan Utsmani
ini memerdekakan diri. Bukan hanya negeri-negeri di Eropa yang memang sedang
mengalami kemajuan memberontak terhadap kerajaan-kerajaan Utsmani, tetapi juga
beberapa didaerah Timur Tengah mencoba bangkit memberontak. Darisinilah dapat
disimpulkan bahwa kemunduran Turki Utsmani pasca Sulaiman disebabkan karena
banyaknya terjadi kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam
kerajaan Utsmani.
E. Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani
Kemunduran
Turki Utsmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni. Hal ini disebabkan
karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman meninggal
diantaranya perebutan kekuasaan antara putera beliau sendiri. Para pengganti
Sulaiman sebagian besar orang yang lemah dan mempunyai sifat dan kepribadian
yang buruk. Juga karena melemahnya semangat perjuangan prajurit Ustmani yang
mengakibatkan kekalahan dalam mengahadapi beberapa peperangan. Ekonomi semakin
memburuk dan sistem pemerintahan tidak berjalan semestinya. Selain faktor
diatas, ada juga faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Utsmani mengalami
kemunduran, diantaranya adalah :
1. Wilayah Kekuasaan Yang Sangat Luas
Perluasan
wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Utsmani, menyebabkan
pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama
pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan
Ustmani tidak beres. Tampaknya penguasa Turki Utsmani hanya mengadakan
ekspansi, tanpa mengabaikan penataan sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan
wilayah-wilayah yang jauh dari pusat mudah direbut oleh musuh dan sebagian
berusaha melepaskan diri.
2. Heterogenitas Penduduk
Sebagai
kerajaan besar yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan, mencakup
Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain, maka di kerajaan Turki
terjadi heterogenitas penduduk. Dari banyaknya dan beragamnya penduduk, maka
jelaslah administrasi yang dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi kerajaan Ustmani pasca Sulaiman tidak
memiliki administrasi pemerintahan yang bagus di tambah lagi dengan
pemimpin-pemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai perangai yang jelek.
3. Kelemahan Para Penguasa
Setelah sultan
Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-penguasa tersebut
memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang lemah akibatnya pemerintahan menjadi
kacau dan susah teratasi.
4. Budaya Pungli
Budaya ini
telah meraja lela yang mengakibatkan dekadensi moral terutama dikalangan
pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan (jabatan).
5. Pemberontakan Tentara Jenissari
Pemberontakan Jenissari
terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan
1826 M. Pada masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi menerapkan
prinsip seleksi dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh keturunan dan
golongan tertentu yang mengakibatkan adanya pemberontakan-pemberontakan.
6. Merosotnya Ekonomi
Akibat
peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin membengkak,
sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki
pun merosot.
7. Terjadinya Stagnasi Dalam Lapangan Ilmu Dan Teknologi
Ilmu dan
Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga keduanya sangat dibutuhkan dalam
kehidupan. Kerajaan utsmani kurang berhasil dalam pengembagan Ilmu dan
Teknologi ini karena hanya mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan
militer yang tidak diimbangi dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan
kerajaan Utsmani tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang
lebih maju.
KESIMPULAN
Nama kerajaan Ustmani
diambil dari nama Sultan pertama bernama Utsman.
Perluasan wilayah kerajaan Turki terjadi dengan cepat, sehingga
membawa kejayaan, disamping itu raja-raja yang berkuasa sangat mempunyai
potensi yang kuat dan baik. Banyak daerah-daerah yang dapat dikuasai (di Asia
Kecil) sehingga memperkuat berdirinya kerajaan Turki Utsmani. Salah satu
sumbangan terbesar kerajaan Turki Utsmani dalam penyebaran Islam adalah
penaklukkan kota benteng Constantinopel (Bizantium) ibukota Romawi Timur (1453
M), penaklukkan kota itu terjadi pada masa Sultan Muhammad II (1451-1481 M)
yang terkenal dengan gelar Al-Fatih.
Dari perkembangan yang
sangat baik itu maka Turki Utsmani mengalami kemajuan-kemajuan yang sangat
mendukung didalam pemerintahannya diantaranya:
·
Dalam
bidang kemiliteran dan pemerintahan. .
·
Dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya.
·
Dalam
Bidang Keagamaan.
Tanda kemunduran
kerajan Turki Utsmani terjadi setelah masa pemerintahan Sulaiman (1520-1566 M)
berakhir, yaitu terjadi pertikaian diantara anak Sulaiman untuk memperebutkan
kekuasaan. Turki Ustmani mengalami kekacauan, satu persatu daerah kekuasaannya
melepaskan diri, karena tidak ada pengganti pemimpin yang kuat dan cakap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar