NEGARA
AZERBAIJAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
:
MAISARO
(10420016)
DOSEN
PEMBIMBING
PADILA,
S.S, M.Hum
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
JURUSAN
SEJARAH KEBUDAYAANISLAM “A”
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PELEMBANG
2012
PENDAHULUAN
Letak
Geografis Negara Azarbaijan (Baku)
Terletak di sebelah tenggara
Kafakasia di wilayah gunung Kaukaz dekat dengan laut Qaswin. Luasnya sekitar
86.630 km2. Jumlah penduduknya berdasarkan data statistic tahun 1419 H/1998 M
berjumlah7.900.000 jiwa, yang berasal dari keturunan Turki dan Mongolia.
Persentase kaum muslimim mencapai 87% (diantaranya ada yang memiliki ikatan
dengan syi’ah). Perekonomian negeri ini disandarkan pada minyak dan gas alam.
Produksi minyak tanah mencapai setengah dari hasil produksi ekonomi Negara. Minyak
tanah merupakan sumber kekayaan negari ini.[1]
PEMBAHASAN
1.
Sejarah Azerbaijan
Penandaan istilah Azerbaijan telah bervariasi dari
penandaan geografi historisnya dan ini telah menyebabkan beberapa diskusi
politik. Ada beberapa hipotesis yang berkaitan dengan asal nama
"Azerbaijan." Teori yang paling umum ialah secara eponim Azerbaijan
dinamai menurut Atropates, satrap
(gubernur) bangsa Media Iran,
yang menguasai sebuah kawasan yang ditemukan di Azarbaijan Iran
modern yang disebut Atropatene. Dipercaya nama Atropates diturunkan
dari akar Bahasa Persia Kuno yang berarti
"dilindungi oleh api."
Ada pula pendapat lain yang
mengatakan bahwa istilah ini ialah Turkifikasi
tipis dari Azarbaijan, versi nama Persia asli yang diarabkan Âzarâbâdagân,
tersusun atas âzar+âbadag+ân (âzar=api; âbâdag=daerah
olahan; ân=akhiran jamak); bahwa secara tradisional kata itu berarti
"tanah api abadi" atau "tanah api", yang mungkin menyatakan
secara tak langsung kuil api Zoroastrianisme
di negeri ini. Beberapa sejarawan Azeri berpendapat bahwa nama itu tersusun
atas 4 unsur bahasa Azerbaijan: az+er+bay+can,
yang berarti "tanah orang Azeri yang pemberani" atau "sebuah tempat
yang ditinggikan untuk kaum hartawan dan agung." Secara puitis Azerbaijan
juga disebut Odlar Yurdu ("Negeri Api (Abadi)").[2]
Para
ilmuan mendefinisikan Azerbaijan sebagai suatu wilayah yang kini dihuni oleh
bangsa Azerbaijan-Turk; yaitu orang-orang yang mendiami sebuah kawasan yang
membentang dari lereng bagian Utara pegunungan Kaukasus di sepanjang Laut
Kaspia hingga dataran tinggi Iran.
Pada penghujung millennium ke-4 SM dan awal
millennium ke-3 SM mulai tampak adanya pertumbuhan lapisan atas dalam
kelas-kelas social yang mempunyai cirri keunggulan peradaban proto-urban dan
telah memiliki embrio struktur kenegaraan. Pada masa ini aliansi suku-suku
bangsa telah membentuk sebuah Negara Aratta, Negara Lullubum (sejak 2300 SM)
dan Negara Gutian (setelah paruh kedua 3000 SM). Pada tahun 2175 SM rakyat
Gutian berhasil menundukkan Sumer dan Akkad serta menguasainya hingga satu abad
lamanya.
Antara abad 9 hingga 7 SM, kerajaan Mannaean mengguncang daerah sekitar Danau
Urmia. Kerajaan Simmeria-Scythia-Saka tumbuh pesat pada abad ke-7 dan 6 SM di
bagian Selatan–Barat Daya Azerbaijan. Pada pertengahan abad 6 SM kerajaan
Mannaean runtuh. Peran penting dalam sejaraha Azerbaijan dimainkan kerajaan
Atropaten yang muncul di bagian Selatan pada thun 520an SM. Kerajaan ini sangat
kental dipengaruhi tradisi Hellenisme.
Negara Albania di Kaukasus berdiri
di sebelah Utara Azerbaijan pada penghujung millennium ke-4 dan awal millennium
ke-3 SM dengan sungai Araz sebagai garis perbatasan di sebelah Selatan. Negara
ini berhasil mempertahankan wilayahnya dari serangan-serangan musuhnya hingga
pada akhirnya ditaklukkan Romawi pada tahun 66 SM. Bangsa Albania terdiri dari
berbagai kebangsaan yang pada umumnya berbicara dalam bahasa Turki.[3]
2.
Azerbaijan Pada Abad Pertengahan
Islamisasi
dan Perkembangannya
Islam
tiba di Azerbaijan dengan kedatangan orang Arab
pada abad ke-7,
berangsur-angsur menggantikan Zoroastrianisme
dan kepercayaan panag Azerbaijani. Pada abad ke-7 dan abad ke-8,
kebanyakan pengikut Zoroastrians berpindah ke India,
di mana mereka dikenali sebagai Parsi.
Sehingga Bolshevik Soviet
menghentikan amalan ini, pengunjung Zoroastrian dari India
dan Iran
mengembara ke Azerbaijan untuk menyembah tapak suci, termasuk Kuil Ateshgah
Temple di Surakhany pada Semenanjung Apsheron.
Seiring dengan invasi bangsa Arab,
maka sejak awal abad ke-8 M Islam menjadi agama dominan di Azerbaijan. Beberapa
Negara baru didirikan di wilayah Azerbaijan pada abad 9 M. Negara Shirwan
dengan ibukotanya Shemakha, merupakan Negara adikuasa yang diperintah dinasti
Mezyedi. Disamping itu beberapa Negara merdeka seperti Sajid, Salarid, Rvvadid
(masing-masing berpusat diibukota Maragha, Ardabil dan Tabriz) serta Shaddadids
(dengan ibukota Ganja) tumbuh di wilayah Azerbaijan pada abad 9 hingga abad 11
M. Azerbaijan pernah pula dikuasai dinasti Seljuk sejak akhir abad 11 M.
Setelah berkuasa dari tahun 1136-1225, pemerintahan Atabek Eldegiz di Azerbaijan
runtuh.[4]
Keragaman populasi yang terdiri dari
penduduk asli yang berbahasa Turki dan keturunan bangsa Turki serta kesamaan
keyakinan yang dianut (Islam) telah memungkinkan berlangsungnya proses
konsolidasi bangsa Azerbaijan yang mencapai puncaknya pada abad 11 dan 12 M.
Pada periode ini pula tampak perkembangan budaya Azerbaijan yang mengagumkan
yang telah menjadi warisan dunia berupa para filosof terkemuka, arsitek,
puisikus dan ilmuan-ilmuan terkenal. Kejayaan pemikiran social dan budaya Azerbaijan
pada era ini dapat dilihat dalam bentuk karya Nizami Ganjavi (1141-1209),
puisikus sekaligus filosof yang hingga kini dipandang sebagai salah satu
permata warisan khazanah peradaban dunia.
Sejak pertengahan abad 13 M,
Negara-negara di Azerbaijan jatuh dalam kekuasaan dinasti Mongol, Khulagu
(1258-1356). Pada pertengahan abad 14 M, seiring dengan bangkintya kesadaran
para penduduk pribumi untuk mengusir para penjajah, tokoh feudal setempat yang
bernama Jalairid memimpin pergerakan perjuangan dan mengambil alih kekuasaan di
Azerbaijan. Dengan dukungan para bangsawan Azerbaijan lainnya, ia berhasil
membentuk Negara Jalairid (1359-1410). Sejak akhir abad 14 M, Azerbaijan
kembali diduduki Tamerlan dan menjadi panggung teater dalam epoh peperangannya
melawan Horde Emas.
Dinasti-dinastiAzerbaijan
“Qara-Qoyunlu” dan “Aq-Qoyunlu” memerintah Azerbaijan pada tahun 1410-1468 dan
1468-1501. Di bawah pemerintahan kedua dinasti tersebut kekuatan Azerbaijan
telah tumbuh secara signifikan. Pada tahun 1501 negara Safawid didirikan di
Azerbaijan, yang kemudian disebut pula dengan dinasti Azerbaijan yang
beribukota di Tabriz. Di bawah dinasti ini, seluruh wilayah Azerbaijan berhasil
dipersatukan untuk pertama kalinya dalam sejarah yakni menjadi satu Negara
Azerbaijan. Wilayah dinasti Safawid membentang dari Sungai Amu Darya hingga
sungai Euphratdan dari Derben hingga pesisir pantai Teluk Persia. Entitas
politik ini terbentuk dan terus berkembang menjadi Negara Azerbaijan secara
essensial di mana seluruh kekuatan politik berada dalam kendali kaum bangsawan
Azerbaijan. Pegawai-pegawai senior di pengadilan, para jenderal militer dan
para gubernur diangkat dari kalangan bangsawan Azerbaijan. Tentara juga
dibentuk dari kelompok milisi yang berasal dari suku terkuat dan berkuasa di
Azerbaijan.
Pada abad ke-16, shah pertama bagi Dinasti Safavid, Ismail I (r. 1486-1524), menubuhkan Islam Syiah sebagai agama rasmi, sungguhpun sebagian
besar penduduk Azerbaijan kekal sebagai Sunni. Istana Safavid dipengaruhi oleh
kedua pengaruh Turki (Sunni) dan Iran (Syiah), bagaimanapun, yang mengukuhkan
asas dua agama dan kebudayaan Azerbaijan pada tempat tersebut. Sebagaimana
lain-lain tempat dalam dunia Muslim, kedua cabang Islam bertikai di Azerbaijan.
Penguat kekuasaan Islam Syi'ah sebagai agama resmi menimbulkan pergeseran
antara pemerintah Safavid di Azerbaijan dan pemerintahan Sunni di kesultanan Utsmaniyyah bersebelahan. Bahasa Azerbaijan
dijadikan bahasa resmi Negara Safawid. Pada akhir abad 16 M, ibukota negara
Safawid dipindahkan dari Isfahan dan shah mendapatkan dukungan penuh dari
kalangan bangsawan Persia. Di bawah pemerintahan dinasti Azerbaijan, negara ini
berkembang dengan corak ke-Persia-an.
3.
Kemerdekaan Negara-Negara Khanat Azerbaijan (Rusia dan Iran)
Pada pertengahan abad 18 M, seiring dengan
melemahnya kekuatan Shah Persia atas wilayah Azerbaijan, negara mengalami
perpecahan hingga menjadi duapuluh khanat yaitu: Ardabil, Ganja, Derbent,
Erivan, Javad, Karabakh, Karadakh, Khoi, Maku, Maragin, Nakhchivan, Quba, Baku,
Sarab, Shirvan, Sheki, Tabriz, Talysh dan Urumi. Selain itu negara juga
terpecah belah ke dalam beberapa kesultanan yaitu Kazah-Samshadil, Ilisu,
Arash, Gutgashen dan Nagorno-Karabakh, yang banyak dihuni oleh umat Islam
Azerbaijan dan sebagian umat Kristen Albania, membentuk suatu bagian integral
dalam khanat Karabakh yang meliputi wilayah yang membentang antara sungai Kura
dan Araxes. Bangsawan lokal (atau “melikdoms”) dari Dizak, Varanda, Kachen dan
Gulistan, yang seluruhnya terletak di antara wilayah pegunungan Karabakh, juga
merupakan bagian dari khanat tersebut, dimana penduduknya bersumpah setia
kepadanya sebagai daerah bawahan.
Pada penghujung abad 18 dan
pada sepertiga awal abad 19 Azerbaijan menjadi kawasan yang diperebutkan
Persia, Rusia dan Turki Usmani. Masing-masing kekuatan berupaya menancapkan
hegemoninya di Negara yang memiliki situasi dan letak strategis serta
menentukan secara geopolitik. Terjadi penambahan jumlah persenjataan khanat
guna mempertahankan kedaulatannya. Sementara itu kelompok yang lainpun
dipersenjatai sebagai upaya mempertahankan berbagai kepentingannya
masing-masing, dan atau untuk membuat kesepakatan-kesepakatan yang memposisikan
lawan menjadi berstatus taklukan.
Pada
abad ke 19, banyak Sunni Muslim berimigrasi dari Azerbaijan yang dikontrol
Rusia. Dengan demikian, pada akhir abad 19, penduduk Syi’ah menjadi mayoritas
di Azerbaijan. Antagonisme antara Sunni dan Syi’ah berkurang pada akhir abad
19. Ada pula komunitas Yahudi kecil di Azerbaijan. Ada tiga sinagog di Baku dan
beberapa di propinsi lainnya. Walaupun mayoritas Islam, namun seperti negara
berpenduduk Muslim lainnya, Azerbaijan adalah negara sekuler. Sebuah survey
memperkirakan bahwa yang ateis di negara ini mendekati 7%.
Pada masa
kekuasaan Rusia, populasi muslim sekitar 80% Syi’ah dan 20% Sunni, dan
kebanyakan Sunni bermukim di Sebelah Utara Daghestan, di daerah ini tampaknya
merupakan satu-satunya wilayah Kebudayaan Turki di Asia Tengah yang paling
banyak penganut Syia’ah nya. Hal ini tampaknya akibat langsung dari kekuasaan
Dinasti Shafawy masa Syah Isma’il (1501-1525) yang mempunyai pengaruh cukup
kuat di sekitar laut Kaspia. Kekaisaran Rusia akhirnya mampu menaklukkan
Khan-khan di Kaukasia melalui dua kali pertemuan yang berujung pada perjanjian
Ghulistan (1813) dan Turkmanchai (1823), kekuasaan militer ini terus berkuasa
samapai awal 1840-an. Dengan kekuasaan ini, undang-undang Kekaisaran Rusia telah
menghancurkan perpaduan hukum agama dan adat serta peran ulama, sekaligus
menyita habis seluruh tanah dan harta wakap kaum muslimin. Dengan ini fungsi
administrasi dan hukum yang dikembangkan para ulama telah diambil alih oleh
administrator Kekaisaran dan kekuasaan ekonomi mereka di Kebiri.
Kaisar
membentuk dewan ulama terpilih dari kalangan Sunni dan Syi’ah pada tahun
1840-an, sebagai metode upaya pengendalian terhadap komunitas muslim. Setiap
dewan ulama terdiri dari ketua yang dipilh oleh negara (dari Sunni disebut
Mufti dan dari Syi’ah disebut Syaikh Al-Islam), termasuk juga administrasi
pendukung dan administrasi hukumnya. Mereka disebar di setiap Provinsi seperti
Tiflis, Erevan, Elizavetpol (Ganje) dan Baku.[5]
Karenanya
pada tanggal 14 Mei 1805 sebuah piagam kesepakatan ditandatangani di tepian
sungai Kura antara Khan Ibrahim Khalil dari Azerbaijan yang menyatakan bahwa
kemerdekaan khanat Karabakh di Azerbaijan tunduk kepada pemerintahan Rusia.
Piagam ini seringkali diangkat ke permukaan akhir-akhir ini untuk membuktikan
bahwa secara historis Karabakh merupakan bagian dari Azerbaijan.
Perang
pertama Rusia-Persia pada tahun 1804-1813 pecah untuk memperebutkan dominasi
atas khanat Azerbaijan dan berakhir dengan pembagian wilayah Azerbaijan bagi
Rusia dan Persia. Piagam perdamaian Gulistan yang ditandatangani pada tanggal
12 Oktober 1813 oleh Rusia dan Persia telah memberikan legalitas yang mengakui
aneksasi yang dilakukan Rusia terhadap beberapa khanat di bagian Utara
Azerbaijan dengan pengecualian daerah Nakhchivan dan Erivan. Perang kedua Rusia-Persia
pecah pada tahun 1826-1828 diakhiri dengan penandatanganan piagam perdamaian
Turkmanchai pada tanggal 10 Pebruari 1828 yang memuat pernyataan resmi klaim
Persia atas wilayah Utara Azerbaijan serta pengakuan terhadap aneksasi yang
dilakukan Rusia terhadap Nakhchivan dan Erivan. Sejumlah khanat di atas,
tak terkecuali Karabakh yang dianeksasi Rusia, adalah sejatinya milik
Azerbaijan. Kesemuanya adalah bangsa Azerbaijan yang sesungguhnya, wilayah yang
dikuasai oleh rakyat Azerbaijan, serta komposisi etnis kelompok elite-feodal
yang dominan (baik meliputi para khan itu sendiri, maupun para pemilik tanah
serta para pemuka agama dan lainnya).
Berdasarkan maklumat Tsar Rusia,
Nicholas I, pada tanggal 21 Maret 1828 Khan Nakhchivan dan Erivan dibubarkan serta
dialihkan pemerintahannya menjadi sebuah administrasi baru yang disebut
“Armenian Oblast” dibawah kendali Rusia. Pada tahun 1849 “Armenian Oblast”
berganti nama menjadi provinsi Erivan.
Antara tahun 1828-1920, dalam rangka
mengikuti kebijakan yang bertujuan merubah keseluruhan demografi Azerbaijan,
bangsa Armenia bermaksud mengusir sejumlah besar penduduk Azerbaijan. Lebih
dari dua juta jiwa penduduk Azerbaijan terusir dari kampung halamannya dan
sejumlah lainnya tewas terbunuh. Dalam dua peristiwa pada tahun 1828 dan 1854,
Rusia menduduki bagian Timur Anatolia dan dalam kesempatan ini pula mereka
telah membawa serta seratus ribu orang Armenia pindah ke Kaukasus untuk merebut
posisi orang-orang Turki (dan juga Azerbaijan) yang terpaksa beremigrasi atau
meninggal dunia.
Pada perang 1877-1878, Rusia merampas
wilayah Kars-Ardahan dengan mengusir populasi muslim dan menempatkan tujuh
puluh ribu orang Armenia sebagai gantinya. Sekitar enam puluh ribu orang
Armenia kembali ditempatkan oleh Rusia di Kaukasus dalam perang 1895-1896.
Akhirnya migrasi pada perang dunia I terjadi secara besar-besaran dimana
sekitar empat ratus ribu orang Armenia dari Timur Anatolia dipindahkan untuk
ditukar dengan empat ratus ribu orang muslim Kaukasus.
Menurut informasi McCarthy,
antara tahun 1828-1920 sekitar lima ratus enam puluh ribu orang Armenia kembali
ditempatkan di Azerbaijan. Dengan kata lain, bahwa secara aktual pasca
pendudukan wilayah Selatan Kaukasus oleh Rusia jumlah orang Armenia di bumi
Azerbaijan, khususnya di bagian Utara sungai Araxes, telah bertambah secara
dramatis.
Tahun 1810 (sebelum
aneksasi Rusia) bahwa khanat Karabakh memiliki dua belas ribu rumah tangga yang
dihuni oleh sembilan ribu lima ratus jiwa orang Azerbaijan dan hanya kurang dari
dua ribu lima ratus jiwa orang Armenia. Menurut data tahun 1823, terdapat
sebuah kota di wilayah khanat Karabakh yaitu kota Susha dan enam ratus desa
yang empat ratus lima puluh diantaranya dihuni oleh orang Azerbaijan dan hanya
sekitar seratus lima puluh orang Armenia, dengan total populasi sembilan puluh
ribu jiwa. Angka-angka relative tentang rumahtangga Azerbaijan dan Armenia
di kota Susha mencatat seribu empat puluh delapan dan empat ratus tujuh puluh
empat, dan diperkirakan di daerah perkotaan lain dua belas ribu sembilan ratus
dua dan empat ribu tiga ratus tiga puluh satu.
Sejak pertengahan abad 19 M,
industri minyak tumbuh pesat di bagian Utara Azerbaijan. Untuk pertama kalinya
industri minyak berhasil diperoleh pada tahun 1848. Pada akhir abad 19 M dan
awal abad 20 M, daerah ini menyuplai 95% produksi minyak Rusia dan sekitar 50%
minyak dunia. Penghargaan-penghargaan dan Rathschilds banyak diraih
karena daya tarik minyak tersebut dan telah menjelma menjadi pendapatan yang
sangat diperhitungkan. Begitu banyak keuntungan yang diraup berkat hasil
industri minyak Azerbaijan.
4.
Republik Pertama : Republik Azerbaijan (1918-1920)
Setelah revolusi 1917 di
Rusia, proses keruntuhan dan disintegrasi Imperium tersebut menjadi semakin
nyata. Situasi dan kondisi ini banyak dimanfaatkan berbagai etnis di
daerah-daerah bekas imperium Rusia untuk membentuk Negara-negara yang merdeka.
Maka pada tanggal 28 Mei 1918 Republik Demokrasi Azerbaijan diproklamasikan di
daerah bagian Timur kawasan Selatan Kaukasus. Inilah demokrasi parlementer yang
pertama di dunia Timur; suatu demokrasi yang memainkan peran historis dalam
arus kebangkitan kembali dan pembentukan kesadaran identitas etnik maupun
identitas kenegaraan bangsa Azerbaijan. Pada saat itu, pemimpin Azerbaijan
adalah Muhammad Amin Rasulzade.
Perkembangan
Republik Demokrasi Azerbaijan baik sebagai bangsa dan Negara didasarkan atas
idea “Azerbaijanisme” yang memadukan prinsip-prinsip modernisme, Islamisme dan
Turkisme, sekaligus menyimbolkan aspirasi rakyat Azerbaijan untuk maju
berdasarkan kesadaran dan keyakinan bersama terhadap peradaban Islam dan
identitas ke Turki-an.[6]
Selama tak lebih dari dua tahun
eksistensi gemilang parlemen Azerbaijan yang multi-partai dan koalisi
pemerintahan memimpin negeri untuk mengambil langkah-langkah penting dalam
proses pembentukan bangsa dan pembangunan negara yang meliputi bidang
pendidikan, pembentukan angkatan bersenjata, kemandirian secara finansial dan
sistem ekonomi, serta menjaga citra baik dan pengakuan dunia internasional
terhadap Republik muda ini sebagai anggota penuh dalam konteks percaturan antar
bangsa. Pada tanggal 11 Januari 1920 diadakan Konferensi Damai Paris yang
menghasilkan Piagam Versailles yang mengabadikan pengakuan secara de fakto
kemerdekaan Republik Azerbaijan.
Di penghujung tahun 1919 dan awal
tahun 1920, situasi politik di Republik Demokrasi Azerbaijan baik domestik
maupun luar negeri mulai memburuk. Azerbaijan terjebak dalam peperangan antara
Entente, Rusia dan Persia, di mana masing-masing pihak mencoba menanamkan
tujuan politiknya terhadap kawasan penting dan strategis serta kaya minyak ini.
Ketika
Azerbeijan berada dibawah pemerintah Uni Soviet 1920-an, kebijakan anti agama
mulai digulirkan para ulama ditangkapi, masjid-masjid dan lembaga keagamaan
ditutup, sebagian dihancurkan dan sebagian lainya dijadikan pablik, gedung
pemerintahan atau asrama-asrama sekolah.
5.
Republik Kedua: Republik Sosialis Soviet-Azerbaijan
(1920-1991).
Ketika
Azerbeijan berada dibawah pemerintah Uni Soviet 1920-an, kebijakan anti agama
mulai digulirkan para ulama ditangkapi, masjid-masjid dan lembaga keagamaan
ditutup, sebagian dihancurkan dan sebagian lainya dijadikan pablik, gedung
pemerintahan atau asrama-asrama sekolah. Mulai dari tahun 1926 pemerintahan Uni
Soviet mengganti seluruh kurikulum sekolah dengan “Literatur Proletar” ; novel,
puisi, musik dan seni budaya Islam lainya diganti dengan “Realitas Sosial”.
Pendidikan merupakan satu-satunya cara untuk melakukan kampaye anti agama.[7]
Sebelum Soviet berkuasa,
sekitar 2000 masjid aktif di Azerbaijan. Kebanyakan masjid ditutup pada
1930-an, dan beberapa diizinkan untuk tetap buka selama Perang Dunia II. Tahun
1941 Jerman terhadap Uni Soviet kembali memberikan angin segar terhadap kaum
muslimin, karna konsesi kebudayaan kepada seluruh rakyat Uni Soviet. Pendirian
Dewan ulama kembali seperti semula zaman kekaisaran Rusia. Sekalipun kontrol
kegiatannya masih dilakukan oleh pemerintah.
Pendidikan hanya boleh di Bukhara, yakni Madrasah tingkat dasar (selama
7 tahun) dan di Tashket Madrasah tingkat atas (selama 4 tahun).
Usaha Uni Soviet menjauhkan agama dengan masyarakat tidak
sepenuhnya berhasil, paling tidak untuk daerah-daerah perkotaan berdasarkan
laporan tahun 1970-an penduduknya sebagian perayaan menyambut awal musim semi
oleh sebagian mayoritas penduduk
Azerbaijan. Selalu dikaitkan dengan hari Besar Islam. Mereka tidak terlalu
fanatik dalam paham keagamaan untuk membedakan antara Sunnidan Syi’ah. Mungkin
akibat tradisi sufisme yang begitu kental sehingga peran spiritualitas lebih di
utamakan.[8]
Pada tahun 1980 hanya dua masjid besar dan lima lebih kecil
di Baku. Menurut sumber Soviet, selama tahun 1970-an, sekitar 1.000 rumah
akhrinya digunakan sebagai tempat shalat secara sembunyi-sembunyi. Selama
Perang Dunia II, pemerintah Soviet mendirikan Dewan Muslim Spiritual
Transkaukasia di Baku sebagai badan Islam di Kaukasus, namun pada dasarnya
menghidupkan kembali tsaris Dewan Muslim Gerejawi abad kesembilan belas.Pada
1990, orang Azeri berkumpul untuk memprotes kekuasaan Soviet dan menuntut
kemerdekaan. Secara brutal demonstrasi itu ditindas oleh campur tangan Soviet
dalam peristiwa yang kini disebut orang Azeri sebagai Januari Hitam.[9]
Dimulai pada periode akhir
Gorbachev, dan terutama setelah kemerdekaan, jumlah masjid meningkat secara
dramatis. Politisi sekuler di Azerbaijan telah menyuarakan keprihatinan
mengenai kebangkitan Islam politik, tetapi yang lain berpendapat bahwa Islam di
Azerbaijan adalah fenomena multifaset; Islam hanya memainkan peran yang sangat
terbatas dalam bidang politik dan hanya sebagian kecil dari penduduk mendukung
gagasan untuk mendirikan pemerintah Islam. Hal ini disebabkan tradisi panjang
sekularisme di Azerbaijan. Namun, menurut beberapa analisis, pada jangka
panjang, jika politisi tidak mampu meningkatkan kondisi kehidupan sebagian
besar rakyat, rakyat Azerbaijan akan memilih Islam sebagai jalan
pemerintahannya.
Diperkirakan
sekitar 93% penduduk Azerbaijan adalah secara nominal sebagai Muslim. Azerbaijan adalah negara sekuler. Saldo penduduk memeluk kepercayaan lain atau tidak
beragama, meskipun mereka tidak diwakili secara resmi. Keputusan politik
yang diambil pemerintah Bolsheviks di Republik Sosialis Federasi Rusia untuk
tidak mengakui Republik Demokrasi Azerbaijan dengan mengirim “tentara merah
ke-11” ke Azerbaijan pada musim semi 1920, agresi yang dilancarkan rezim
Dashnak Armenia ke Azerbaijan di Karabakh dan Zangezur, kelompok-kelompok
teroris Armenia dan Bolshevik menggerogoti kedamaian penduduk Azerbaijan di
Azerbaijan dan krisis social serta ekonomi yang melanda negeri, adalah beberapa
factor yang telah menyebabkan melemahnya Republik Demokrasi Azerbaijan yang
berakhir dengan okupasi “tentara merah ke-11” pada tanggal 27-25 April 1920.
Seperti dimuat dalam telegram dari Staff Umum Front Kaukasus kepada komandan
“tentara merah ke-11” bertanggal 1 Mei 1920, menyebutkan: bahwa tentara Rusia
telah diinstruksikan untuk mengambil alih seluruh wilayah Azerbaijan yang
terdapat dalam wilayah Imperium Rusia, tanpa melanggar perbatasan dengan Persia. Selama
tujuh puluh tahun berikutnya, sebagai bagian dari Republik Sosialis Uni-Soviet,
dapat dianggap sebagai sebuah tahapan baru dan penting dalam perkembangan
Negara Azerbaijan karena selama itu pula Republik Sosialis Soviet-Azerbaijan
telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara social, ekonomi dan budaya.
Selama era Soviet daerah
bagian Nakhchivan dan wilayah-wilayah lainnya telah dianeksasi teroris
Zangezur, Goycha, dan digabungkan dengan tetangganya, Armenia. Sebagai
akibatnya, wilayah territorial Negara yang pada masa Republik Demokrasi
Azerbaijan seluas 114.000 km2 telah berkurang pada tahun 1920-1921 menjadi
hanya 86.600 km2. Terlebih lagi pada tanggal 7 Juli 1923, atas inisiatif para
pemimpin Moskow-Bolshevik, daerah otonom Nagorno-Karabakh yang secara dominan
telah dihuni populasi Armenia, secara artificial dicerabut dari cakupan wilayah
territorial sejarah Karabakh, yang dulunya dihuni mayoritas orang-orang
Azerbaijan. Kebijakan tersebut merupakan langkah awal kampanye
politik untuk menganeksasi Nagorno-Karabakh dari bekas wilayah Azerbaijan.
6.
Republik Ketiga: Republik Azerbaijan.
Pada tahun
1988-1990, gerakan nasional-demokratik di Azerbaijan mengkampanyekan pentingnya
melakukan restorasi kemerdekaan Negara. Pada tanggal 23 September 1989,
Azerbaijan merupakan salah satu Negara pertama yang memutuskan untuk segera
mengakhiri kekuasaan Republik Soviet. Dalam rangka menekan gerakan ini pada
tanggal 20 Januari 1990 dengan restu para pemimpin Soviet di bawah kepemimpinan
Mikhail Gorbachev, beberapa unit tentara Soviet dikirim ke Baku. Tindakan
represif pasukan ini cenderung sangat brutal sehingga mengakibatkan ratusan
jiwa rakyat Azerbaijan yang tak berdosa jatuh menjadi korban.
Situasi
gawat darurat segera diumumkan dan terus berlanjut hingga pertengahan tahun
1991. Perjuangan yang tak mengenal lelah terus dilakukan para pejuang patriotik
Azerbaijan hingga akhirnya berbuahkan Deklarasi Dewan Tertinggi Republik
Azerbaijan tanggal 31 Agustus 1991 tentang restorasi kemerdekaan Republik
Azerbaijan. Deklarasi tersebut mengukuhkan kemerdekaan Negara Republik
Azerbaijan dan menyempurnakan perjalanan panjangnya pada tanggal 18 Oktober
1991 dengan tersusunnya fondasi kenegaraan Azerbaijan yang merdeka, serta terumuskannya
prinsip-prinsip politik dan struktur perekonomian. Dengan deklarasi tersebut
Republik Azerbaijan sekali lagi, setelah tujuh puluh satu tahun lamanya,
menjadi negara yang merdeka.
Pada tahun 1991 Azerbaijan menjadi
negara anggota OKI, PBB, UNESCO dan pada tahun 1992 menjadi anggota Konferensi
Keamanan dan Kerjasama di Eropa (CSCE), yang kini dikenal dengan Organisasi
Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE). Pada tahun 1996 masuk keanggotaan Dewan
Eropa, dan pada tahun 1997 menjadi anggota GUAM serta lainnya. Dewasa ini
Azerbaijan telah menjadi anggota penuh pada sebagian besar
organisasi-organisasi regional maupun internasional.[10]
KESIMPULAN
Republik Azerbaijan adalah sebuah negara di Kaukasus di
persimpangan Eropa dan Asia Barat Daya. Azerbaijan adalah negara sekuler dan
telah menjadi anggota dari Dewan Eropa sejak 2001. Mayoritas populasi adalah
Muslim Syiah dan turunan Turki barat, dikenal sebagai Azerbaijani, atau
singkatnya Azeri. Negara ini resminya demokrasi, namun dengan peraturan otoritas
kuat. Jumlah penduduk Azerbaijan saat ini ialah 8.372.373 jiwa. Sekitar 99%
dari populasi adalah Muslim. Mayoritas kaum Muslim di negeri ini adalah Muslim
Syiah, dan Azerbaijan adalah negeri kedua dengan persentase pemeluk Syiah di
dunia setelah Iran.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Usairy
Ahmad, Sejarah Islam Sejak zaman nabi
adam hingga adab XX, Akbar Media Eka Sarana ,Jakarta; 2003
Tohir
Ajid, Studi Kawasan Dunia Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
2011
http://azembassy.or.id/ind/az/history.shtml
[9]
Ahmad
al- Usairy, Sejarah Islam Sejak zaman nabi adam hingga adab XX, Akbar
Media Eka Sarana ,Jakarta; 2003, hlm 511-512
gileee kereen disini juga ada loh gannn
BalasHapushttp://azerbajian1432.over-blog.com/
.